Share

5. Antara keraguan.

Di Rumah Sakit Sammuel bersikeras melarang Edward agar tidak mengisi formulir persyaratan rawat inap Risha. Namun ternyata usahanya sia-sia, Edward tetap bersikeras membantah larangan adiknya dan mencoba menenangkan Sammuel yang terlihat cemas dan khawatir akan keselamatan mereka berdua. 

Sedangkan disisi lain Sammuel tampak gelisah sambil terus waspada mengamati sekitar Ruang Lobi Rumah Sakit dengan sedikit was-was penuh kejelian. 

"Permisi, silahkan lengkapi formulir ini Pak dan Membayar biaya administrasi awal terlebih dahulu. Apa bapak membawa kartu identitas pasien guna melengkapi data kami?" tanya perawat tadi sambil menyodorkan beberapa lembar kertas dan pena. 

Edward hanya mengangguk dan menyerahkan kartu identitas Risha yang dia ambil dari dompet Risha.

"Dari mana kakak dapat itu?" tanya heran Sammuel yang terkejut mendapati dompet Risha sudah berada di tangan Edward. 

"Ada di meja sebelah tempat tidurnya tadi, aku mengambilnya sebelum membopongnya," jawab enteng Edward sambil tersenyum tipis kearah Sammuel. 

"Ini pak kartunya, Terima Kasih. Silahkan tunggu, dokter sedang memeriksa pasien," ucap perawat sambil menyodorkan kartu identitas Risha kepada Edward. 

Edward hanya menjawab dengan anggukan kemudian melihat serta membolak balikan kartu identitas Risha yang berada di tangannya.

"Verisha Aghita Darmana," lirih Edward mengeja nama Risha, "Masih berumur 25 di tahun ini dan ternyata disini dia hanya merantau," lirih Edward yang mana membuat Sammuel menoleh kearah Edward.

Tak berapa lama seorang perawat memanggil Edward kembali.

"Wali dari nona Verisha Aghita Darmana," Ucap lantang perawat tadi dari balik meja resepsionis.

Seketika Edward dan Sammuel berlari menghampiri perawat tadi.

"Gimana keadaanya suster?" tanya Edward sedikit cemas. 

"Untung segera di bawa ke Rumah Sakit, luka di lehernya ternyata sudah terkena infeksi itu yang menyebabkan kondisinya lemah, tapi sudah ditangani dengan baik, mungkin beberapa hari harus dirawat di Rumah Sakit guna mendapat perawatan yang intensif," jelas perawat itu. 

"Baik suster, berikan yang terbaik untuknya," pinta Edward dengan sungguh-sungguh.

"Kami akan berusaha semampu mungkin, Pak," jawab Perawat tersebut, "kalau boleh tau hubungan anda dengan pasien apa ya? " lanjut perawat itu menelisik informasi mengenai pasien yang baru saja ia terima. 

"Teman suster, dia teman saya. Dia merantau disini, keluarganya ada di luar pulau," jawab Edward tenang. 

"Oow ya sudah, lebih baik keluarganya di hubungi saja dan diberi kabar, biar tak khawatir," jelas perawat itu kemudian berlalu pergi meninggalkan Edward dan sammuel. 

"Baik suster," jawab singkat Edward.

Sammuel hanya berdiam diri disamping Edward sambil mengamati situasi disekelilingnya.

Cekrek

Suara kamera ponsel berbunyi

"Kenapa kakak memfoto Kartu Identitas perempuan itu?" ketus Sammuel yang heran dengan tingkah kakaknya akhir-akhir ini .

"Ini pasti berguna, pasti!" jelas Edward tersenyum tipis kearah Sammuel. 

Kemudian Edward dan Sammuel di antarkan oleh salah satu perawat ke kamar Rawat inap Risha. 

Disana sudah ada Risha yang terbaring lemah dengan infus yang menancap di tangan kirinya dan beberapa selang kabel yang terpasang dibadannya yang tersambung dengan monitor disebalah brankar yang memantau detak jantung dan keadaan pasien. 

"Lebih baik sekarang kamu hubungi Axelo, dia sudah tau letak posisi kita. Jelaskan secara rinci apa yang terjadi kepada kita kepadanya jangan ada yang ditutupi," ucap Edward sambil menggenggam tangan Risha dan memandang lekat Risha yang terbaring di Ranjang Pasien. 

"Tapi kak?" Ucap Sammuel ragu dan bimbang dengan keputusan Edward.

"Tenang, yang menghianati kita bukan Axelo. Jika dia yang menghianati kita, pasti perusahaan beserta aset-asetnya sudah berpindah tangan sejak lama," Jawab santai Edward menghilangkan keraguan sang adik, Sammuel. 

Sammuel keluar untuk menghubungi Axelo dan menjelaskan situasi serta kondisi yang sedang mereka hadapi saat ini.

Sedangkan Edward menetap di Ruangan pasien untuk menjaga Risha.

"Maaf, apakah ini sakit?" tanya lirih Edward sambil membelai lembut plaster luka di leher Risha. 

Cups

Satu kecupan dari Edward mendarat di kening Risha, Edward memandang lekat Risha dan membelai lembut pipi Risha. "Sekali lagi maaf," lirih Edward sambil menggenggam tangan Risha serta melayangkan beberapa kecupan lembut di punggung tangan Risha. 

Jangan lupa vote, like dan komen yaa...

Trim's

~ Ryukirara ~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status