Home / Romansa / 2nd (second) Destiny / 5. Antara keraguan.

Share

5. Antara keraguan.

Author: Ryu_kirara
last update Last Updated: 2021-05-21 23:11:11

Di Rumah Sakit Sammuel bersikeras melarang Edward agar tidak mengisi formulir persyaratan rawat inap Risha. Namun ternyata usahanya sia-sia, Edward tetap bersikeras membantah larangan adiknya dan mencoba menenangkan Sammuel yang terlihat cemas dan khawatir akan keselamatan mereka berdua. 

Sedangkan disisi lain Sammuel tampak gelisah sambil terus waspada mengamati sekitar Ruang Lobi Rumah Sakit dengan sedikit was-was penuh kejelian. 

"Permisi, silahkan lengkapi formulir ini Pak dan Membayar biaya administrasi awal terlebih dahulu. Apa bapak membawa kartu identitas pasien guna melengkapi data kami?" tanya perawat tadi sambil menyodorkan beberapa lembar kertas dan pena. 

Edward hanya mengangguk dan menyerahkan kartu identitas Risha yang dia ambil dari dompet Risha.

"Dari mana kakak dapat itu?" tanya heran Sammuel yang terkejut mendapati dompet Risha sudah berada di tangan Edward. 

"Ada di meja sebelah tempat tidurnya tadi, aku mengambilnya sebelum membopongnya," jawab enteng Edward sambil tersenyum tipis kearah Sammuel. 

"Ini pak kartunya, Terima Kasih. Silahkan tunggu, dokter sedang memeriksa pasien," ucap perawat sambil menyodorkan kartu identitas Risha kepada Edward. 

Edward hanya menjawab dengan anggukan kemudian melihat serta membolak balikan kartu identitas Risha yang berada di tangannya.

"Verisha Aghita Darmana," lirih Edward mengeja nama Risha, "Masih berumur 25 di tahun ini dan ternyata disini dia hanya merantau," lirih Edward yang mana membuat Sammuel menoleh kearah Edward.

Tak berapa lama seorang perawat memanggil Edward kembali.

"Wali dari nona Verisha Aghita Darmana," Ucap lantang perawat tadi dari balik meja resepsionis.

Seketika Edward dan Sammuel berlari menghampiri perawat tadi.

"Gimana keadaanya suster?" tanya Edward sedikit cemas. 

"Untung segera di bawa ke Rumah Sakit, luka di lehernya ternyata sudah terkena infeksi itu yang menyebabkan kondisinya lemah, tapi sudah ditangani dengan baik, mungkin beberapa hari harus dirawat di Rumah Sakit guna mendapat perawatan yang intensif," jelas perawat itu. 

"Baik suster, berikan yang terbaik untuknya," pinta Edward dengan sungguh-sungguh.

"Kami akan berusaha semampu mungkin, Pak," jawab Perawat tersebut, "kalau boleh tau hubungan anda dengan pasien apa ya? " lanjut perawat itu menelisik informasi mengenai pasien yang baru saja ia terima. 

"Teman suster, dia teman saya. Dia merantau disini, keluarganya ada di luar pulau," jawab Edward tenang. 

"Oow ya sudah, lebih baik keluarganya di hubungi saja dan diberi kabar, biar tak khawatir," jelas perawat itu kemudian berlalu pergi meninggalkan Edward dan sammuel. 

"Baik suster," jawab singkat Edward.

Sammuel hanya berdiam diri disamping Edward sambil mengamati situasi disekelilingnya.

Cekrek

Suara kamera ponsel berbunyi

"Kenapa kakak memfoto Kartu Identitas perempuan itu?" ketus Sammuel yang heran dengan tingkah kakaknya akhir-akhir ini .

"Ini pasti berguna, pasti!" jelas Edward tersenyum tipis kearah Sammuel. 

Kemudian Edward dan Sammuel di antarkan oleh salah satu perawat ke kamar Rawat inap Risha. 

Disana sudah ada Risha yang terbaring lemah dengan infus yang menancap di tangan kirinya dan beberapa selang kabel yang terpasang dibadannya yang tersambung dengan monitor disebalah brankar yang memantau detak jantung dan keadaan pasien. 

"Lebih baik sekarang kamu hubungi Axelo, dia sudah tau letak posisi kita. Jelaskan secara rinci apa yang terjadi kepada kita kepadanya jangan ada yang ditutupi," ucap Edward sambil menggenggam tangan Risha dan memandang lekat Risha yang terbaring di Ranjang Pasien. 

"Tapi kak?" Ucap Sammuel ragu dan bimbang dengan keputusan Edward.

"Tenang, yang menghianati kita bukan Axelo. Jika dia yang menghianati kita, pasti perusahaan beserta aset-asetnya sudah berpindah tangan sejak lama," Jawab santai Edward menghilangkan keraguan sang adik, Sammuel. 

Sammuel keluar untuk menghubungi Axelo dan menjelaskan situasi serta kondisi yang sedang mereka hadapi saat ini.

Sedangkan Edward menetap di Ruangan pasien untuk menjaga Risha.

"Maaf, apakah ini sakit?" tanya lirih Edward sambil membelai lembut plaster luka di leher Risha. 

Cups

Satu kecupan dari Edward mendarat di kening Risha, Edward memandang lekat Risha dan membelai lembut pipi Risha. "Sekali lagi maaf," lirih Edward sambil menggenggam tangan Risha serta melayangkan beberapa kecupan lembut di punggung tangan Risha. 

Jangan lupa vote, like dan komen yaa...

Trim's

~ Ryukirara ~

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sasa Sasa
aqu suka cerita y
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • 2nd (second) Destiny   159. Masalah Yang Lain.

    “Apa Nona mencari Tuan Samm?” sapa Emily yang datang ke ruang rawat inap Risha dengan membawa seikat bunga mawar putih yang semerbak wanginya langsung memenuhi ruangan itu. Wajah Risha seketika menjadi sedikit bersemu merah dengan sedikit menunduk seolah sedang menghindari tatapan mata dengan gadis cantik yang menjadi sekertaris pribadi Sammuel itu. Bukan karena takut, tapi Risha tahu betul jika berurusan dengan Emily seakan dirinya tengah dikuliti hidup-hidup. Karena Emily bisa tahu betul apa yang sedang Risha pikirkan dan Risha ucapkan dalam hati. Bahkan hanya lewat tatapan mata saja Emily bisa tahu apa yang sedang ada di dalam benak Risha. “Aku hanya sedang melihat keindahan pantai saja, jangan berpikiran yang tidak-tidak dan jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan,” jawab dusta sekaligus sedikit tergugup dari Risha sambil terus menghindari tatapan mata dari Emily. Dapat Emily tangkap semua tanda vital dan gestur tubuh dari Risha yang menyatakan jika gadis di depannya ini sedan

  • 2nd (second) Destiny   158. Pengalihan Misi Lain.

    “Semuanya sudah siap?” pekik Sammuel yang datang ke basecamp Brian dan pasukannya yang sudah terlihat siap siaga dengan pakaian seragam VantaBlack yang lengkap dengan atribut dan senjata sudah di bawa setiap masing-masing personil pasukan yang Brian pimpin. “Semua sudah siap, Tuan. Armada darat, laut, dan udara juga sudah siap menunggu perintah,” jawab Brian yang langsung mendapat anggukan pelan oleh Sammuel. “Baiklah, ayo segera kita selesaikan misi ini. Tetapi, untuk kali ini aku meminta kepada kalian, aku mohon jaga diri kalian baik-baik. Jangan gegabah, ingatlah, nyawa kalian hanya satu tak ada cadangan ataupun gantinya, oleh sebab itu, berhati-hatilah,” ucap Sammuel yang membuat sebagian dan beberapa orang yang menyimak pidato absurb yang singkat dari Sammuel tertawa lirih, Sammuel tahu jika semua yang berada di sana tersenyum hanya saja senyum mereka tak bisa terlihat karena topeng yang mereka kenakan. “Apa aku terlambat?” pekik Kiev yang datang dengan sedikit berlari ke arah

  • 2nd (second) Destiny   157. Dendam Yang Tak Tersalurkan.

    Deru suara tembakan masih saling bersahutan, diiringi dengan beberapa kali terdengar suara ledakan yang terdengar dari kejauhan. “Bagaimana kondisi di sana?” ucap Dimitri sambil memegang earpiece yang terpasang di telinganya. Dimitri masih menyimak suara yang ia dengar dari alat komunikasi yang terhubung dengan beberapa pasukan dan markas pusat dengan di selingi beberapa anggukan kepala serta ke dua matanya masih terus mengawasi dan waspada dengan kondisi di sekitarnya. Demian yang berada di samping Dimitri juga ikut menyimak suara yang sama terdengarnya di alat bantu komunikasi sambil mencocokan dengan iPad yang berada di pangkuannya, rupanya Demian sedang memantau kondisi di sekitar dengan bantuan beberapa drone yang ia terbangkan di beberapa sudut. “Masih ada beberapa musuh dengan persenjataan lengkap di beberapa titik. Melihat dari pola serangan, sepertinya tujuan mereka bukan menyerang pasukan kita, tetapi menurut dugaanku, sepertinya mereka menyasar gudang yang berada di ujung

  • 2nd (second) Destiny   156. Serangan Tak Terduga.

    “Apakah urusanmu sudah selesai, Son?”“Kenapa?” jawab sewot Dimitri yang sedang merakit senjata yang menumpuk dan berada di depannya.“Ibumu sedang mengkhawatirkan kalian. Cepat hubungi dia dan kabari dia, aku sudah lelah di terornya seharian ini, sampai-sampai aku memblokir nomornya hanya untuk pergi ke kamar mandi saja, sungguh menyebalkan sekali,” keluh Sammuel sambil merebahkan tubuhnya di kursi yang berada di samping Demian yang nampak serius sedang menyetel sudut teropong senjata miliknya agar terlihat presisi.Demian menoleh ke arah Dimitri yang masih asik merakit senjatanya tanpa mempedulikan ucapan Sammuel sama sekali, bahkan menoleh sedikitpun tak Dimitri lakukan.“Kenapa lagi dia? Jelek sekali mukanya jika sedang cemberut seperti itu,” sambung Sammuel yang bertanya kepada Demian, yang membuat Demian menoleh ke arah Sammuel yang terlihat mengerutkan keningnya kala memandang Dimitri.“Dia sedang terkena virus malarindu tropi kangen,” jawab spontan Demian tanpa memalingkan muk

  • 2nd (second) Destiny   155. Menjengkelkan.

    “Bagaimana persiapan di Markas, Ben?” ucap Sammuel yang melihat ke arah jalanan yang ternyata sudah mendekati menuju area Markas miliknya. “Semuanya sudah siap, Tuan.” “Baiklah, kita gunakan jalan rahasia di tikungan pertama. Perintahkan pengawas membuka akses ke sana, untuk tamu yang sedari tadi membuntuti kita itu, terserah kalian saja, mau kalian apakan mereka aku tak peduli, hubungi Kiev jika urusannya selesai, aku akan menghubungi Moppie untuk membersihkannya,” jawab Sammuel dengan terus mengawasi pergerakan Klan Hargov yang menyerang bagian timur markas di iPad yang terhubung langsung dengan satelit milik Klan Collins Brothers. “Apa kamu ada acara setelah ini, Ben?” “Sebetulnya saya ingin bergabung dengan Tim Jack, Tuan. Agaknya badan saya sudah terlalu lama tidak berolah raga beberapa waktu ini, ikut andil di Tim Jack mungkin bisa sedikit meregangkan otot-otot saya yang kaku,” sarkas Benny yang sebenarnya ingin ikut dalam misi dari Tim Jack yang sedang menunggu kedatangan tam

  • 2nd (second) Destiny   154. Penuh Kejutan.

    Mobil semi truk berwarna biru dongker itu melaju membelah jalanan ibukota. Mobil yang di rancang khusus untuk misi penyamaran itu bahkan sudah sangat detail sekali segala desainnya untuk menyerupai mobil yang biasa digunakan oleh beberapa masyarakat umum dan kalangan luas. Memang terlihat sangat lusuh dan sangat begitu kotor serta banyak sekali titik noda atau beberapa bagian body mobil yang terlihat berkarat seperti tak terawat, namun itu hanya kamuflase saja untuk menyembunyikan kemewahan dan kecanggihan fasilitas yang terdapat di dalam mobil yang memang dirancang khusus untuk keperluan melarikan diri dan menghindar dari musuh. Mobil berbodi besar dan kekar itu bahkan sering kali digunakan Sammuel untuk misi penyamaran beberapa tahun silam, Mobil RAM pick up yang biasa disebut Dodge RAM ini adalah mobil Double Cabin dengan bagian belakang terdapat bak terbuka yang biasa digunakan untuk mengangkut berbagai barang keperluan, seperti layaknya sekarang ini, di belakang mobil sudah terd

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status