“Hamil?” Baik Dominic maupun Austin saling berpandangan, dengan tatapan mata yang mengandung banyak arti. Austin menatap Dominic dan dokter di depannya secara bergantian. Dia sangat terkejut dengan kabar yang baru saja disampaikan. Daniella hamil? Entah ini kabar gembira, atau justru kabar yang kurang menyenangkan bagi Austin. Satu yang pasti, Austin terlalu terkejut hingga dia tidak bisa mengucap sepatah kata pun, setelah mendengar jika Daniella sedang hamil. Sementara itu, Dominic terkejut bukan karena kehamilan Daniella. Yang membuatnya lebih terkejut adalah fakta bahwa Austin yang sudah menahan gadis tersebut sudah lebih dari satu bulan. Siapa pun pasti akan mengira jika gadis tersebut hamil dengan Austin. “Ya, sekali lagi selamat, Mr. Wilson. Kalau kau mau, aku bisa merekomendasikan dokter obgyn di rumah sakit ini, dan membuatkan jadwal untuk kalian.” “Aku—“ “Janjikan pertemuan sekarang juga.” Dominic menatap wanita berjubah putih itu dengan serius. Tentu saja hal terse
Daniella masih berbaring membelakangi Austin yang sedang duduk di kursi di samping ranjang. Dia sudah dipindahkan ke ruang perawatan, dan masih belum tahu sakit apa yang sampai membuatnya pingsan tadi. Austin memang meminta dokter dan perawat yang menjaga Daniella untuk tidak mengatakan apa pun karena dia sendiri yang berbicara dengan Daniella. "Daniella.""Keluar, Austin! Harus berapa kali kukatakan padamu jika aku tidak ingin melihatmu di sini?""Kita harus bicara, Daniella. Ini sangat penting." Daniella bergeming. Namun, gadis itu tetap tidak berbalik sama sekali. Dia hanya sedikit penasaran dengan sesuatu yang Austin katakan penting tadi. "Aku sakit parah?" tanya Daniella setelah cukup lama. Nada suaranya mulai melemah, tidak sekeras tadi. Austin menggeleng cepat seolah Daniella sedang melihatnya sekarang. "Kenapa kau berpikir seperti itu?""Tidak tahu. Tiba-tiba saja hanya hal itu yang terlintas di benakku." Daniella langsung berbalik. Dia menatap Austin dengan wajah datar. "
Dominic berkata benar. Jika dia dan Daniella tidak saling menyukai, bagaimana mereka bisa menikah? Tentang bayi itu ... Austin masih terus memikirkannya. Kalau mereka tidak menikah, bagaimana dengan nasib anaknya nanti? "Daniella," panggil Austin lagi kepada gadis yang duduk di hadapannya sekarang. Setelah dua hari di rumah sakit, akhirnya Daniella diperbolehkan pulang dengan banyak aturan yang sudah dokter katakan pada Austin. "Kumohon jangan gugurkan bayi itu. Ini salahku." Austin masih menatap Daniella yang masih kelihatan pucat. Kondisi emosional Daniella sudah sedikit membaik, dan dia juga sudah mau bertemu dengan Austin. "Ini memang salahmu.""Ya, maka dari itu. Aku mohon jangan hukum bayi yang baru saja akan hidup. Aku akan bertanggungjawab, Daniella. Aku janji."Daniella mendongakkan kepalanya, lalu dia melihat ketulusan di mata Austin. Sebuah rasa takut kehilangan yang selama ini tidak pernah Daniella lihat. Bahkan saat Anna menolak Austin dulu, pria itu tidak sekhawat
Sore itu, Austin langsung terbang untuk kembali ke New York, tanpa berpamitan sama sekali pada Daniella. Lebih tepatnya dia tidak bisa menemui gadis tersebut karena Daniella terus saja menolaknya. Sekarang, Austin hanya bisa pasrah dan berharap agar Anna bisa membujuk Daniella. Tentang syarat yang diberikan oleh Anna, akan dia pikirkan. Merubah semua sikap buruknya? Itu cukup sulit, tetapi Austin akan berusaha. Setidaknya dengan cara itu dia bisa menikah dan dekat dengan bayinya nanti. Sementara itu, Di Vermont Anna masih setia menemani Daniella. Dia takut temannya itu akan berubah pikiran sewaktu-waktu dan menyakiti dirinya sendiri. Ya, isi kepala seseorang siapa yang tahu. "Jika kau terus di sini, Tuan Dominic pasti akan marah, An." Daniella menghempaskan bokongnya ke atas kursi di ruang makan. "Tidak. Lagi pula sebentar lagi aku akan pulang. Oh, ya, kata Dominic kau tidak perlu masuk kerja dulu jika memang belum sehat." "Apa aku masih boleh bekerja?" Anna mengan
Harry menjemput Austin di bandara begitu pria itu bilang jika dia kembali ke New York, tanpa tahu kegaduhan apa yang sudah terjadi di Vermont. "Bagaimana kabarmu, Austin?" tanya Harry begitu Austin masuk ke dalam mobil. Tidak lama setelah itu, Harry segera menginjak pedal gas dan mobilnya mulai meninggalkan area bandara. "Seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja.""Aku dengar Dominic ada di Vermont. Lalu kenapa kau kembali ke New York?"Mendengar pertanyaan Harry tentang Dominic, Austin akhirnya menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke belakang. Apa dia harus menceritakan segalanya kepada Harry? Akan tetapi, kalau sampai Harry tahu, bisa-bisa pria itu menertawakannya karena sudah melanggar sendiri aturan yang dia buat, tentang jangan pernah menghamili wanita sekali pun itu pasangan mereka. "Austin," panggil Harry ketika mendapati temannya itu diam saja. "Kau terlibat masalah dengan Dominic?""Tidak! Yang benar saja. Siapa yang berani membuat masalah dengan Dominic?""Lalu kenapa
Sudah lebih dari satu pekan setelah Austin meninggalkan Sky Crystal. Tidak ada yang berbeda bagi Dominic di hari-hari kemarin. Dia menghabiskan hari-hari seperti biasanya. Menemani Anna yang sedang hobi memasak, atau memadu kasih di setiap sudut kabin dengan fantasi mereka yang semakin liar. Akan tetapi, ada yang berbeda hari ini. Setelah Anna selesai membuat sarapan, dia sedikit heran mendapati Dominic yang masih berbaring di atas tempat tidur. Tidak hanya itu, wajah Dominic juga terlihat pucat. "Kau sakit, Dom?" tanya Anna dengan menyentuh dahi Dominic. Tidak panas dan juga demam! Namun, mengapa Dominic terlihat tidak berdaya? Dominic hanya menggeleng pelan. Dia memang tidak demam, hanya saja kepalanya terasa sangat berat. Padahal hari ini dia harus ke kantor untuk memeriksa laporan bulanan Sky Crystal. Orang kepercayaan yang akan menggantikan Austin secara sementara, baru akan datang sore nanti. Jadi, Dominic tidak punya pilihan selain harus mengerjakan semuanya
Setelah pulang dari rumah Daniella, Anna masih terus memikirkan perkataan gadis itu siang tadi. Hamil? "Tidak mungkin. Seharusnya aku yang merasakan gejala kehamilan, seperti muntah-muntah dan sensitif kalau memang benar sedang hamil. Bukannya Dominic." Anna tertawa kecil dengan perasaan geli. Bisa-bisanya dia memikirkan perkataan Daniella secara berlebihan begini. "Kau sedang menertawakan apa, Sayang?" tanya Dominic yang tiba-tiba saja muncul. Pria itu sepertinya baru kembali dari kantor. "Tidak ada. Aku hanya sedang mengingat obrolan dengan Daniella saja. Kau mau makan apa malam ini, Dom?" Dominic mendadak mual begitu membayangkan berbagai macam makanan yang biasa mereka makan di malam hari. Dari mulai pasta, daging panggang, sup, ataupun ayam benar-benar membuatnya mual. "Kau kenapa lagi, Dom?" tanya Anna saat melihat Dominic menutup mulutnya. Wajah pria itu juga mendadak menjadi pucat. "Mual lagi?" Dominic hanya mengangguk pelan. Pria itu segera duduk di sofa dan me
Pagi itu, di kabin Dominic mulai heboh karena pria itu kembali mual dan muntah. Dia bahkan menolak semua sarapan yang sudah Anna masakkan. Perutnya benar-benar menolak segala jenis makanan yang ada di depan mata. Hanya buah-buahan tertentu saja yang bisa Dominic terima."Kita ke rumah sakit saja. Kalau seperti ini terus kau bisa kekurangan cairan, Dom." Anna masih terus berusaha membujuk Dominic. Seharusnya mereka hari ini pulang ke New York, tetapi jika kondisi Dominic terus seperti ini, maka kemungkinan terbesarnya mereka tetap akan tinggal di Sky Crystal untuk beberapa hari lagi. "Aku tidak mau, Sayang. Lagi pula aku bisa makan beberapa buah, kan? Jadi, jangan terlalu khawatir." Dominic menarik pundak Anna, dan pria itu langsung memeluk istrinya dengan erat. Dia juga menyusupkan wajahnya di ceruk Anna. "Kenapa kau keras kepala sekali, sih? Kalau seperti ini kapan kita bisa kembali ke New York. Mama juga sudah menelpon tadi karena kau tidak mengangkat panggilannya.""Kita tetap