Sore itu, Austin langsung terbang untuk kembali ke New York, tanpa berpamitan sama sekali pada Daniella. Lebih tepatnya dia tidak bisa menemui gadis tersebut karena Daniella terus saja menolaknya. Sekarang, Austin hanya bisa pasrah dan berharap agar Anna bisa membujuk Daniella. Tentang syarat yang diberikan oleh Anna, akan dia pikirkan. Merubah semua sikap buruknya? Itu cukup sulit, tetapi Austin akan berusaha. Setidaknya dengan cara itu dia bisa menikah dan dekat dengan bayinya nanti. Sementara itu, Di Vermont Anna masih setia menemani Daniella. Dia takut temannya itu akan berubah pikiran sewaktu-waktu dan menyakiti dirinya sendiri. Ya, isi kepala seseorang siapa yang tahu. "Jika kau terus di sini, Tuan Dominic pasti akan marah, An." Daniella menghempaskan bokongnya ke atas kursi di ruang makan. "Tidak. Lagi pula sebentar lagi aku akan pulang. Oh, ya, kata Dominic kau tidak perlu masuk kerja dulu jika memang belum sehat." "Apa aku masih boleh bekerja?" Anna mengan
Harry menjemput Austin di bandara begitu pria itu bilang jika dia kembali ke New York, tanpa tahu kegaduhan apa yang sudah terjadi di Vermont. "Bagaimana kabarmu, Austin?" tanya Harry begitu Austin masuk ke dalam mobil. Tidak lama setelah itu, Harry segera menginjak pedal gas dan mobilnya mulai meninggalkan area bandara. "Seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja.""Aku dengar Dominic ada di Vermont. Lalu kenapa kau kembali ke New York?"Mendengar pertanyaan Harry tentang Dominic, Austin akhirnya menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke belakang. Apa dia harus menceritakan segalanya kepada Harry? Akan tetapi, kalau sampai Harry tahu, bisa-bisa pria itu menertawakannya karena sudah melanggar sendiri aturan yang dia buat, tentang jangan pernah menghamili wanita sekali pun itu pasangan mereka. "Austin," panggil Harry ketika mendapati temannya itu diam saja. "Kau terlibat masalah dengan Dominic?""Tidak! Yang benar saja. Siapa yang berani membuat masalah dengan Dominic?""Lalu kenapa
Sudah lebih dari satu pekan setelah Austin meninggalkan Sky Crystal. Tidak ada yang berbeda bagi Dominic di hari-hari kemarin. Dia menghabiskan hari-hari seperti biasanya. Menemani Anna yang sedang hobi memasak, atau memadu kasih di setiap sudut kabin dengan fantasi mereka yang semakin liar. Akan tetapi, ada yang berbeda hari ini. Setelah Anna selesai membuat sarapan, dia sedikit heran mendapati Dominic yang masih berbaring di atas tempat tidur. Tidak hanya itu, wajah Dominic juga terlihat pucat. "Kau sakit, Dom?" tanya Anna dengan menyentuh dahi Dominic. Tidak panas dan juga demam! Namun, mengapa Dominic terlihat tidak berdaya? Dominic hanya menggeleng pelan. Dia memang tidak demam, hanya saja kepalanya terasa sangat berat. Padahal hari ini dia harus ke kantor untuk memeriksa laporan bulanan Sky Crystal. Orang kepercayaan yang akan menggantikan Austin secara sementara, baru akan datang sore nanti. Jadi, Dominic tidak punya pilihan selain harus mengerjakan semuanya
Setelah pulang dari rumah Daniella, Anna masih terus memikirkan perkataan gadis itu siang tadi. Hamil? "Tidak mungkin. Seharusnya aku yang merasakan gejala kehamilan, seperti muntah-muntah dan sensitif kalau memang benar sedang hamil. Bukannya Dominic." Anna tertawa kecil dengan perasaan geli. Bisa-bisanya dia memikirkan perkataan Daniella secara berlebihan begini. "Kau sedang menertawakan apa, Sayang?" tanya Dominic yang tiba-tiba saja muncul. Pria itu sepertinya baru kembali dari kantor. "Tidak ada. Aku hanya sedang mengingat obrolan dengan Daniella saja. Kau mau makan apa malam ini, Dom?" Dominic mendadak mual begitu membayangkan berbagai macam makanan yang biasa mereka makan di malam hari. Dari mulai pasta, daging panggang, sup, ataupun ayam benar-benar membuatnya mual. "Kau kenapa lagi, Dom?" tanya Anna saat melihat Dominic menutup mulutnya. Wajah pria itu juga mendadak menjadi pucat. "Mual lagi?" Dominic hanya mengangguk pelan. Pria itu segera duduk di sofa dan me
Pagi itu, di kabin Dominic mulai heboh karena pria itu kembali mual dan muntah. Dia bahkan menolak semua sarapan yang sudah Anna masakkan. Perutnya benar-benar menolak segala jenis makanan yang ada di depan mata. Hanya buah-buahan tertentu saja yang bisa Dominic terima."Kita ke rumah sakit saja. Kalau seperti ini terus kau bisa kekurangan cairan, Dom." Anna masih terus berusaha membujuk Dominic. Seharusnya mereka hari ini pulang ke New York, tetapi jika kondisi Dominic terus seperti ini, maka kemungkinan terbesarnya mereka tetap akan tinggal di Sky Crystal untuk beberapa hari lagi. "Aku tidak mau, Sayang. Lagi pula aku bisa makan beberapa buah, kan? Jadi, jangan terlalu khawatir." Dominic menarik pundak Anna, dan pria itu langsung memeluk istrinya dengan erat. Dia juga menyusupkan wajahnya di ceruk Anna. "Kenapa kau keras kepala sekali, sih? Kalau seperti ini kapan kita bisa kembali ke New York. Mama juga sudah menelpon tadi karena kau tidak mengangkat panggilannya.""Kita tetap
Selama di perjalanan, tidak ada pembicaraan satu sama lain dari ke empat orang tersebut. Baik Harry, Austin, maupun Anna membiarkan Dominic yang langsung tertidur nyenyak begitu masuk ke dalam mobil. Sepertinya pria itu benar-benar kelelahan. "Anna!" panggil Austin yang memecah keheningan. Kepala pria tersebut menoleh ke belakang dan menatap istri Dominic itu dengan sedikit ragu. "Ada apa? Kau ingin mengatakan sesuatu, Austin?""Ya ... bagaimana dengan Daniella? Apa kau berhasil membujuknya?" tanya Austin dengan penuh harap. Namun, sepertinya Austin tidak menyadari jika mereka berempat di dalam mobil sekarang, dan Harry sedang menatapnya dengan kening berkerut. "Tunggu dulu. Aku seperti pernah mendengar nama itu," ujar Harry yang membuat Anna tidak jadi untuk menjawab pertanyaan Austin. Oh, sialan! Austin baru sadar jika ada Harry di sampingnya. Sejak tadi dia tidak bisa berpikir dengan benar, sehingga mengabaikan keberadaan Harry. Entah mengapa sejak melihat kedatangan Domin
Daniella merebahkan dirinya di atas ranjang. Dia sudah mulai bekerja di Sky Crystal selama dua hari ini, dan malam ini tubuhnya benar-benar terasa lelah. Bekerja dalam kondisi hamil memang tidak mudah, dan terasa lebih berat. Akan tetapi, Daniella tidak punya pilihan lain. Dia harus mengumpulkan banyak uang untuk membiayai hidupnya nanti. "Kenapa tubuhku cepat lelah? Padahal usia kehamilanku masih baru beberapa bulan," keluh Daniella dengan menutup mata. Seharusnya, matanya bisa terpejam saat kelelahan seperti ini, tetapi sayangnya, Daniella belum bisa melupakan bayang-bayang Austin. Entah sampai kapan, tetapi Daniella berharap agar dia bisa melupakan pria itu selamanya. Tring! Ponsel Daniella yang berdering, membuat gadis itu mau tidak mau harus bangun juga. Sudah beberapa hari ini, ponselnya selalu sepi tanpa ada notifikasi sama sekali. "Austin?" lirih Daniella ketika melihat nama pria tersebut terpampang di layar ponselnya. "Untuk apa dia menelpon? Apa dia tidak mengerti ji
Dominic dan Anna langsung pergi ke rumah sakit, begitu Adam memberikan kabar. Pria itu berhasil menemukan dokter sesuai dengan permintaan Dominic. Jadi, disinilah sepasang suami istri itu berada. Di dalam ruangan seorang dokter wanita yang sedang tersenyum ramah ke arah mereka. Untuk berjaga-jaga, Adam sengaja mencari dokter wanita yang sudah menikah, dan cukup berumur. Dia tidak mau jika nanti Nyonya mudanya cemburu. "Selamat pagi, Mr dan Mrs. Williams. Senang bisa bertemu dengan kalian." Dokter wanita itu tersenyum hangat menyapa Dominic dan Anna. Dia juga mempersilakan pasangan suami istri itu untuk duduk. Sebelumnya, Adam juga sudah memberitahu keluhan apa yang dirasakan oleh Nyonya muda Williams itu. "Jadi, Mrs. Williams, apa sakit perutmu sangat menganggu?" Anna langsung tergagap dan menatap Dominic, seolah meminta pria itu untuk menjawab pertanyaan dokter yang ada di depannya. "Begini, Dokter," sahut Dominic yang mengambil alih. "Sebenarnya bukan istri saya yang