Tidak hanya Dominic, Anna, Austin, dan Emily juga sama terkejutnya saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Harry. "Harry, maksudmu apa?" tanya Emily bingung. Gadis itu terlihat sangat penasaran. Sementara itu, Dominic terlihat menelan ludahnya dengan susah payah setelah melihat senyum penuh arti di wajah Harry. Harry memang teman yang paling peka. "Dominic menyukai siapa dan apa?" Kali ini Austin yang berbicara. Anna hanya diam dan melihat Dominic dan Harry secara bergantian. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya Harry bicarakan, tetapi Anna yakin Dominic tahu maksudnya. "Dia sepertinya sedang mengigau!" sanggah Dominic. Pria itu tertawa hambar, dan langsung diam ketika semua tatapan orang-orang tertuju padanya. "Honey!" "Dominic suka dengan pasta yang Anna masak tadi. Benar, bukan?"Dominic mendesah kasar lalu mengangguk lemah. "Ya, sekarang masakannya sudah jauh lebih baik."Mendengar hal itu, Austin dan Emily hanya mengangguk saja. Mereka percaya begitu saja. Akan teta
"Austin, apa Anna baik-baik saja?" tanya Daniella ketika melihat Austin masuk. "Kau di sini?""Jawab aku, Anna tidak mengalami masalah yang serius, kan? Dia pergi cukup lama dengan pria asing itu."Austin menoleh sebentar ke arah Daniella, lalu membuka mantel dan menggantungkannya di balik pintu. Setelah itu dia berjalan menghampiri Daniella yang berdiri dengan wajah resah di depan perapian. "Austin!""Tidak. Dia baik-baik saja, hanya saja pipinya sedikit lebam karena terjatuh di hutan tadi."Daniella terlihat menghembuskan napasnya. Raut wajah gadis itu terlihat kembali normal. "Kenapa kau datang ke rumahku? Aku tidak ada mengundangmu, bukan?" tanya Austin. Pria itu kemudian berjalan menuju dapur, tanpa menunggu jawaban Daniella. Daniella mengikuti langkah kaki Austin, dan tanpa aba-aba dia memeluk tubuh Austin dari belakang. Menyandarkan kepalanya pada punggung lebar milik pria itu. "Aku tidak bisa tidur. Aku terus memikirkan tentang Anna. Lagi pula kau yang melarangku ikut tad
Anna menatap angin yang bertiup kencang melalui jendela kaca di kabin milik Dominic. Sejak semalam dia tidak pulang karena badai salju yang kembali terjadi. Badai kali ini cukup besar hingga membuat Anna tidak berani keluar sama sekali. Sesekali mata gadis itu melirik ke arah Dominic yang sedang duduk di sofa dengan santai. Pria itu terlihat sangat fokus dengan laptopnya dengan sesekali terlihat mengerutkan kening. "Sudah hampir dua minggu di sini. Kau belum bosan?" Anna bertanya tanpa menoleh sama sekali. Dia memegang cangkir berisi coklat panas sejak pagi tadi. "Kontrak kita satu bulan. Jadi, aku tidak akan pulang sebelum itu.""Kau tidak rindu rumah, atau keluargamu. Aku lihat ibumu sering menelpon.""Ya, dia menghubungiku hanya untuk memaksaku pulang saja."Anna menoleh dan melihat Dominic yang masih terlihat tenang. "Hubungan kalian terlihat cukup baik," tukas Anna. Ada sedikit nada kecemburuan dalam perkataan gadis itu. Dia tidak pernah dihubungi oleh ibunya. Meski ibunya ti
"Harry!""Ya, Sayang." Harry menoleh dan menatap Emily dengan lembut. Gadis itu masih bergelung di bawah selimut. "Kau kenal Anna dari mana?""Anna?"Emily mengangguk cepat. Dia segera duduk dan menanti jawaban Harry. "Kenapa? Kau cemburu lagi, ya? Ingat, Emily, aku hanya mengenal Anna begitu saja, tidak lebih.""Tidak, bukan seperti itu." Emily melambaikan tangannya dan meminta Harry untuk duduk di sampingnya. Harry menuruti permintaan Emily tanpa banyak tanya. Dia tidak mau merusak mood pacarnya di pagi hari. "Lalu?" tanya Harry tidak mengerti. "Kelihatannya Anna gadis yang baik, ya. Dia bekerja di sini?"Harry hanya mengangguk. Pria itu memilih untuk fokus menatap Emily, sembari menciumi rambutnya. "Katanya kau mau bercerita kenapa Dominic bisa bertemu dengan gadis itu. Cepat ceritakan sekarang!""Sudahlah. Jangan ingin mencari tahu kehidupan mereka.""Tapi, aku penasaran."Harry menghembuskan napasnya dengan kasar saat melihat senyum penuh harap di mata Emily. "Jangan memak
"Kau terlihat cantik jika sedang diam."Anna langsung mendorong tubuh Dominic cukup kuat hingga pria itu sedikit terkejut. "Kenapa kau mendorongku dengan kasar begitu?" gerutu Dominic. Pria itu hampir saja terjatuh dari sofa. "Maaf, tapi kau yang membuatku terkejut, Dom.""Memangnya aku hantu!" keluh Dominic. Sorot teduh dari matanya kini berganti dengan ekspresi kesal. Anna menggeleng cepat. Gadis itu segera berdiri dengan wajah gugup dan berniat kembali pergi, tetapi .... "Kau mau ke mana?" tanya Dominic yang langsung membuat Anna berhenti. "Ke-ke belakang.""Kau ingin menghindar dariku?" tanya Dominic lagi. "Tidak, Dom. Aku memang ingin ke belakang saja.""Jelas-jelas kau sedang berusaha menjauh dariku. Memangnya aku melakukan apa?" tanya Dominic bingung. Dia tidak melakukan apa pun yang buruk, lalu kenapa Anna terlihat begitu gugup dan sangat kaget? Anna mengigit bibirnya. Rasanya dia mengatakan pada Dominic jika dia cukup terkejut dengan perkataan pria itu. Dominic baru
Suasana menjadi hening seketika. Menyadari hal itu, Dominic langsung tertawa pelan. Dia senang melihat wajah Anna yang terlihat seperti orang bingung. "Bercyanda!""Dasar Brengsek!" maki Anna. Tidak lama setelah itu, dia juga ikut tertawa bersama Dominic. Malam ini mereka menghabiskan makan malam dengan damai di tengah badai musim dingin. ***"Ini. Aku rasa hanya pakaian ini yang bisa kau pakai." Dominic menyerahkan sepasang sweater lengan panjang dengan celana training. Anna menerima sepasang pakaian itu dengan senyum simpul. Setelah itu dia langsung berdiri. "Thanks, Dom. Besok jika badai sudah berhenti aku akan pulang dan mencucinya."Dominic mengangguk. Pria itu kemudian berjalan mengambil karpet tebal untuk bawa di depan perapian. "Kau tidur di kamarku saja malam ini.""Tidak usah. Aku akan tidur di sini saja," tolak Anna tidak enak. Dia sudah meminjam pakaian pria itu dan tidak enak rasanya jika akan meminjam kamarnya juga. "Ya, sudah. Kalau begitu kita akan tidur bersama d
Anna menatap Dominic tanpa suara. Bibirnya ingin menolak, tetapi tidak dia tidak bisa. Apalagi saat melihat wajah lelah Dominic. "Kemari."Dominic menyambut uluran tangan Anna dengan senyum tipis. Pria itu merengkuh tubuh Anna, dan meletakkan kepalanya di bahu gadis itu. Dominic suka berada dalam dalam pelukan Anna. Aroma tubuh gadis itu membuat Dominic merasa tenang. Sementara itu, Anna menepuk kepala Dominic dengan lembut. Dia mengusap rambut ikal Dominic dengan pelan. Anna tahu jika jiwa Dominic sedang tidak baik-baik saja. Terlepas dari semua obrolan mereka tadi, pria itu sudah menyimpan rasa lelah yang berusaha disembunyikan. "Anna, aku suka aroma tubuhmu," lirih Dominic. Pria itu melepaskan dekapannya dan menatap mata biru Anna lamat-lamat. Anna hanya mengangguk dengan senyuman tulus. Dia tidak tahu mengapa menyukai perlakuan Dominic. Dia juga suka ketika Dominic memeluknya dengan hangat. "Aku juga suka dengan senyummu.""Sungguh? Kupikir kau tidak serius lagi kali ini, Do
"Apa katamu, Dam?""Charles mengalami kecelakaan, Dom. Kau harus segera kembali ke New York. Keadaan Nyonya Elena sangat kacau sekarang."Dominic langsung berdiri dan berjalan menjauhi Anna. Pria itu terlihat sedikit kaget dan bingung untuk sesaat. Dia tidak sedang bermimpi, kan? "Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Dominic. Pria itu berdiri di dekat sofa dengan khawatir. "Tidak baik. Setelah ini akan kupesankan tiket untuk kau dan Harry.""Aku tidak bisa langsung pulang sekarang. Di sini sedang terjadi badai salju sejak kemarin, dan mungkin saja penerbangan ditutup sementara.""Kau jangan mencoba berbohong lagi, Dom!" gerutu Adam. "Aku sudah mencari tahu di Spanyol tidak ada badai apa pun.""Aku tidak pernah pergi ke sana. Aku berada di Vermont.""Tapi, kau dan Harry kompak mengatakan jika kalian liburan ke Spanyol!""Aku mengatakan hal itu agar kau tidak datang menyusulku kemari," jawab Dominic jujur. "Dasar brengsek!" maki Adam. Sepertinya pria itu sangat kesal dengan Dominic.