Beranda / Romansa / 30 Hari Dalam Jeratan Sang Casanova. / Bab 5. Ernest Adalah Adik Carlisle?

Share

Bab 5. Ernest Adalah Adik Carlisle?

Penulis: Abigail Briel
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-10 13:16:11

"Ernest?" Carlisle beranjak dari sofa dan melangkahkan kakinya untuk menghampiri Adik lelakinya yang jarang sekali pulang ke mansion milik keluarganya. "Mengapa tidak menelpon terlebih dahulu kalau ingin pulang?" Ia memeluk Adiknya itu sambil tertawa senang.

Rosalia yang menyaksikan hal itu tentu saja sangat terkejut. Ia tidak pernah menduga kalau Ernest yang pernah ia temui di Klub ternyata memiliki hubungan dengan keluarga Gail.

"Maaf, aku mengejutkanmu, Kak."

Mata Rosalia membelalak sempurna mendengar panggilan yang Ernest berikan pada Carlisle.

"Kakak? Jadi dia... Dia adalah Pimpinan Gail Group?"

Sekujur tubuh Rosalia mendadak terasa dingin, seakan ruang tamu mansion keluarga Gail berubah menjadi freezer raksasa.

Tanpa Rosalia duga... Tiba-tiba Ernest berpaling ke arahnya lalu menatapnya dengan tajam. Membuat detak jantungnya menjadi semakin tidak beraturan.

Demi menghindari tatapan Ernest itu, Rosalia pun menundukkan kepalanya sambil meremas gaun yang ia kenakan. Ia membatin, "Oh, God. Semoga dia tidak ingat kalau aku adalah gadis ceroboh yang telah memaksanya untuk tidur bersama semalam."

"Selamat malam, Kakak Charlotte!"

Rosalia mencoba mengabaikan Ernest yang lewat tepat di hadapannya untuk menghampiri Charlotte dan kedua orang tuanya. Kakinya bahkan terasa lemas tidak bertulang ketika Ibunya meminta ia untuk berdiri dan menyambut uluran tangan Ernest yang sedang terarah kepadanya.

"Nona Rose, senang melihatmu."

Sedikit ragu, Rosalia memberanikan diri untuk meraih tangan Ernest, lalu menjabatnya dengan erat sambil memaksakan sebuah senyum di bibirnya.

"Se-selamat malam, Tuan Ernest. Aku juga senang bisa bertemu dengan anda."

"Hmmm... Nona Rose, anda terlalu formal."

Rosalia menggigit bibirnya untuk menahan gelenyar yang terasa di hatinya tatkala Ernest menarik tangannya dan mengecup punggung tangannya.

"Bukankah kamu masih berhutang padaku, Rosalia Heart?"

Mulut Rosalia sontak terasa kaku. Bahkan dengan susah payah ia mencoba untuk menelan salivanya yang seakan tertahan di pangkal tenggorokannya.

Glekk!!

"Kita harus bicara, Rosalia!"

Glekk!!

Sekali lagi Rosalia menelan salivanya. Tangan kirinya yang sedari tadi meremas gaun bahkan semakin terkepal kuat. Tidak peduli jika gaun yang ia kenakan akan terlihat kusut nantinya. Yang ia pikirkan saat ini hanyalah bagaimana caranya untuk membujuk Ibu dan Ayahnya agar segera menyudahi pertemuan ini? Bukankah kesepakatan sudah tercapai?

"Mengapa tidak mengabariku kalau ada pesta keluarga di mansion ini?"

Rosalia menghela napas lega setelah Ernest melepaskan tangannya. Ia kemudian duduk dengan cepat di samping Ibunya tanpa memedulikan ocehan Ernest pada Carlisle, begitu pula ketika ia mendengar Ernest menyapa Oliver dan Edward.

Setelah menempatkan bokongnya dengan nyaman, Rosalia memiringkan tubuhnya ke arah Ibunya, "Ibu, kapan ini akan berakhir?" bisiknya pada Ibunya dengan bibir bergetar.

Ia sadar, seharusnya ia tidak perlu segugup ini. Karena saat ini, ia bukanlah Rosalia. Ketika ia menyetujui perjodohan ini, ia pun harus bersandiwara menjadi Rose, sang calon tunangan keluarga Gail yang sebenarnya.

Namun, ia tetap tidak bisa mengendalikan rasa gugupnya dengan kehadiran Ernest di mansion ini. Seperti... Ada sesuatu pada pria itu yang membuatnya merasa sangat ketakutan.

"Ernest baru saja datang, Rose," bisik Elizabeth sambil menepuk punggung tangan putrinya. “Bertahanlah sebentar lagi.”

Rosalia tahu saat ini Ibunya sedang mencoba untuk menenangkannya, tapi rasa gugup yang ia rasakan tak kunjung reda. Ia terpaksa mengangguk pasrah kala Ibunya memintanya untuk bertahan sebentar lagi.

"Bagaimana, Alston? Kamu dan keluargamu sudah setuju, kan?" Carlisle kembali berbicara.

"Sudah, Carlisle. Baik, besok aku akan menunggu sopirmu di mansionku."

Rosalia hampir bersorak dalam hati setelah ia mendengar ucapan Ayahnya pada Carlisle. Itu berarti, acara ramah tamah ini akan segera berakhir. Tetapi kesenangan itu tidak bertahan lama hingga ia menemukan Ernest lagi-lagi menatap tajam ke arahnya.

Terlalu gugup berada di satu ruangan bersama Ernest, Rosalia lalu meminta ijin pada Carlisle untuk ke toilet.

"Aku pikir Nona Rose belum tahu di mana letak toilet mansion, Kak.” Rosalia baru mengangkat bokong untuk bersiap menuju toilet, saat Ernest menawarkan bantuan yang tidak ia harapkan. “Jadi... Bagaimana jika aku mengantarnya?"

Degg!!

Jantung Rosalia berpacu cepat seakan hampir melompat keluar dari tubuhnya.

"I-itu tidak perlu, Tuan Ernest! A-aku akan bertanya pada pelayan mansion nanti."

Sayang, ucapannya ini sama sekali tidak berpengaruh terhadap Ernest. Pria itu malah dengan arogan melewati dirinya dan bertitah, "Ikuti aku, Nona Rose!"

"Tenang saja, Rose. Ernest tidak akan memakanmu."

Ucapan Carlisle itu bukan justru menenangkan bagi Rosalia, tetapi malah membuatnya menjadi semakin takut.

"Ibu?" Rosalia melirik dan memberi isyarat pada Ibunya bahwa ia tidak ingin pergi bersama Ernest. Namun naasnya, Ibunya seolah sama sekali tidak mengerti isyarat darinya itu dan justru mengangguk padanya.

"Pergilah, Rose!"

Sembari menekuk wajahnya, dengan terpaksa Rosalia menyusul langkah Ernest yang telah mendahuluinya. Ia sengaja memilih berjalan di belakang Ernest daripada harus berjalan di samping pria itu yang mulai memasang wajah dinginnya. Wajah yang sama seperti ketika ia mengatakan akan menyewa Ernest untuk satu malam.

Setelah tiba di depan pintu toilet, Rosalia segera melewati Ernest. Namun, tiba-tiba Ernest menahan Rosalia menutup pintu toilet tersebut. "Kita perlu bicara, Rosalia!" tukas Ernest dengan wajah dingin.

Rosalia mematung. Keringat sebesar biji jagung perlahan-lahan memenuhi keningnya. "Maaf, a-aku tidak mengerti apa maksud anda, Tuan Ernest."

Ucapannya terbata.

"Di sini kita hanya berdua, Rosalia Heart. Jadi... Hentikan sandiwaramu itu!!" Ernest mendorong Rosalia ke dalam toilet tamu lalu menutup pintu toilet dengan cepat.

"Tu-Tuan Ernest, jangan begini, atau aku akan berteriak!" ancam Rosalia tak mau kalah.

Ia memang takut terhadap Ernest, tapi ia juga tidak ingin dipermainkan oleh pria ini seenaknya. Lagipula, sekarang ia sedang berlakon sebagai Rose. Tidak sepatutnya ia takut menghadapi pria yang seharusnya asing untuk Rose, bukan?

"Aku sudah tahu bahwa Rose sudah tidak lagi berada di kota ini, Rose sudah pergi ke Paris.” Ernest menyeringai, membuat bulu kuduk Rosalia meremang. “Itu artinya … saat ini hanya Adiknya, Rosalia Heart yang berada di kota ini!"

Rosalia kehabisan kata-kata untuk menjawab ucapan Ernest itu. Ia sama sekali tidak menduga bahwa Ernest telah mengetahui tentang kepergian Rose, dan bahkan mengetahui ke mana perginya Rose setelah Rose melarikan diri dari pertunangannya.

"Tu-Tuan Ernest, Tunggu! Apa yang ingin kamu lakukan?!" teriaknya histeris ketika Ernest lagi-lagi mendorongnya. Tubuh kecilnya semakin terdesak di antara kabinet toilet dan tubuh Ernest yang terus mendekat.

Tidak cukup sampai di situ, pria arogan itu juga mengungkung kedua tangannya, membuat ketakutan Rosalia semakin besar. Air mata Rosalia menetes bertepatan dengan Ernest membuka resleting dress yang ia kenakan.

"Jangan! Kumohon, Tuan Ernest. Jangan lakukan ini!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (7)
goodnovel comment avatar
ida Sari
ya Allah itu mau ngapain coba tuh Ernest,main buka aja tuh resleting dres nya rosi,, bahaya banget nih Ernest
goodnovel comment avatar
Nheng Hernii ShaianKk Misua II
waaw Ernest mau di tiolet juga kah ?
goodnovel comment avatar
Allyaalmahira
aku tutup mata aah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • 30 Hari Dalam Jeratan Sang Casanova.    Bab 196. Aku Bersumpah Rosi!

    Ini sudah dua hari sejak terakhir Ernest datang menemui Rosalia di rumah peristirahatan milik Ayah mertuanya. Dan selama dua hari ini, suaminya itu sudah tidak pernah lagi mengganggu dirinya. Tidak menemuinya sama sekali. Membuat Rosalia menjadi bingung dan juga berpikir, apakah Ernest benar-benar telah menyerah padanya. "Ed, aku ingin kembali bekerja!" cetusnya di meja makan, saat ia sarapan pagi bersama Edward. Namun Edward hanya menatapnya dengan wajah seolah kurang yakin kalau ia sudah siap untuk bekerja. "Bagaimana tubuhmu, Rosi? Kau yakin ingin melakukan hal ini?"Rosalia mengangguk tegas, keseriusannya itu juga ia tunjukkan lewat tatapan matanya yang tertuju pada Edward. "Aku bosan, Ed," ungkapnya, mencoba menjelaskan alasan tentang mengapa ia memutuskan untuk pergi bekerja. Sesaat, ia sempat menangkap raut wajah Edward tiba-tiba tampak aneh. Seolah ada sesuatu yang sedang disembunyikan Edward darinya. Tapi apa? "Baik, tapi sebaiknya aku menghubungi Luis terlebih dahulu, b

  • 30 Hari Dalam Jeratan Sang Casanova.    Bab 195. Halusinasi Atau Nyata?

    Di dalam kamarnya, duduk bersandar di atas ranjang, Rosalia terus menunggu seandainya Ernest naik ke lantai dua rumah peristirahatan. Lalu menggedor pintu kamarnya sambil berteriak marah memanggil namanya. Tapi hal itu tidak terjadi sama sekali, terlalu hening, terlalu sepi, membuat ia ingin menangis. Tak lama, suara sedan terdengar di pekarangan rumah. Suara itu seolah bergerak menjauh, pergi menjauhi rumah peristirahatan. "Dia menyerah? Haha ... ternyata hanya begitu." Rosalia tertawa lirih, dan di penghujung tawanya, ia justru terisak pelan. Menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, meringkuk, dan terus terisak di sana hingga ia tertidur. 1 jam kemudian, gagang pintu kamar Rosalia tiba-tiba bergerak turun. Berselang beberapa detik, pintu itu yang ternyata tidak terkunci bahkan didorong perlahan dari luar oleh sesosok tubuh tinggi besar. Sesaat, pria ini melemparkan pandangannya ke arah ranjang. Menatap cukup lama pada Rosalia yang telah tampak pulas, baru kemudian melangkah perlah

  • 30 Hari Dalam Jeratan Sang Casanova.    Bab 194. Permohonan Maaf.

    Malam hari, usai makan malam. Rosalia terus mengunci dirinya di dalam kamar, duduk termangu di atas ranjang sambil menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya yang sengaja ia tekuk. Hari ini ia jengkel sekali, sangat jengkel atas semua yang telah Ernest lakukan padanya. Dan ... bagaimana bisa suaminya itu merayunya, menggodanya, menyentuhnya dengan tangan yang pernah menyentuh Barbara sebelumnya, tanpa merasa bersalah pada dirinya? Ernest anggap apa dirinya? 'Itu karena kau juga sengaja membiarkannya melakukan hal itu padamu, Rosi! Kau ... selalu takluk ketika Ernest menyentuhmu. Kau selalu menyerah di bawah kecupannya. Pria itu menyadarinya, Rosalia Heart! Dia mengetahui kelemahanmu!'Rosalia memiringkan kepalanya, mencoba mengacuhkan semua jeritan yang diteriakkan hatinya padanya. Meski ia tahu kalau semua itu memang benar adanya. Yah, ia memang selemah itu di hadapan Ernest. Itu benar, dan ia tidak menampiknya. Ia juga sadar kalau ia tidak bisa melihat sekelilingnya karena h

  • 30 Hari Dalam Jeratan Sang Casanova.    Bab 193. Apakah Sudah Terlambat?

    Perlahan-lahan, Edward membalikkan tubuhnya. Dan ia sontak membeku saat telah berhadapan sempurna dengan Pamannya. Sebab wajah Ernest kini tampak sangat menakutkan. Beberapa saat yang lalu, Ernest hampir berhasil melepaskan satu-satunya kain yang masih melekat di tubuh Rosalia, namun konsentrasinya tiba-tiba terganggu oleh suara bel. Selama beberapa saat ia mencoba untuk mengacuhkannya, tapi naasnya ... suara bel kedua justru membuat Rosalia seketika membuka matanya. Istrinya itu menatap lekat ke arahnya, ia bahkan melihat ada kebencian di wajah Rosalia saat itu. Dan lebih sialnya lagi, suara bel kembali terdengar. Semakin sering, hingga Rosalia yang semula telah terpengaruh oleh sentuhannya, langsung mendorong tubuhnya. Istrinya itu bahkan segera memunguti semua pakaiannya dan bergegas berlari ke kamar mandi. Keributan itu tentu saja membuat Ernest meradang. Karena gara-gara suara bel, gairahnya yang semula telah berada di puncak, akhirnya langsung terjun bebas akibat penolakan Ros

  • 30 Hari Dalam Jeratan Sang Casanova.    Bab 192. Apakah Rosalia Yang Telah Membuka Pintu?

    Pukul 11 siang, Edward, Ben, dan juga Elio tampak memasuki lobby hotel. Ketika ketiganya telah memasuki lift, Edward yang sudah menahan kesabarannya sejak turun dari mobil, langsung membuka mulutnya. "Ini terlalu siang!" protesnya pada Ben, "Kau dengar? Rosi pasti sangat kelaparan sekarang," sungutnya. Ben tidak menanggapi celotehan Edward itu, melainkan melirik arloji mewah yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sekarang sudah pukul 11? Seharusnya saat ini Tuan sudah terbangun, 'kan? Dan juga sudah berbicara pada Nyonya, 'kan? Apa mereka baik-baik saja?" gumamnya pelan, ada keresahan di dalam nada suara Ben. Begitu pula kala ia melihat lampu lift yang menunjukkan pergantian lantai semakin mendekati lantai tempat di mana kamar Ernest berada. Tepat di saat lift tiba dan pintu lift telah terbuka, dengan wajah ragu ia keluar dari lift. Edward masih berkicau bak burung merpati yang belum diberi makan, namun Ben sengaja menulikan telinganya. Ia bahkan tidak mengerti sejak kapan Edwar

  • 30 Hari Dalam Jeratan Sang Casanova.    Bab 191. Dua Hati Yang Saling Merindukan.

    'Jangan!' erang hati Ernest, saat Rosalia tiba-tiba membuka piyama yang ia kenakan. Lalu mengusap tubuhnya yang memanas dengan menggunakan ... apapun itu, kini benda sialan itu sedang menari-nari di atas kulit tubuhnya. Membuat ia sontak menahan nafas ketika benda itu perlahan bergerak turun dan menyusuri perutnya. Menuju ke area ... "Bagaimana ini? Tubuh Ernest semakin panas, apa yang harus kulakukan sekarang? Dan di mana mereka?"Fiuh, Ernest menghela nafas lega. Karena bertepatan ia membuka matanya— di saat yang sama Rosalia tiba-tiba melemparkan pandangannya ke arah pintu kamar. Namun tangan istrinya itu masih mengusap perutnya, bahkan handuk yang Rosalia genggam di tangannya hampir menyentuh ... Ernest melirik benda lembut berwarna putih itu sambil kembali menahan nafas. Sebab, jika benda sialan itu sampai menyentuh miliknya, Rosalia pasti akan segera tahu kalau ia telah terjaga. 'Jangan ke sana! Ukh ....' Ia sontak merapatkan bibirnya kala jari kelingking Rosalia tiba-tiba me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status