Share

Bab 5. Ernest Adalah Adik Carlisle?

"Ernest?" Carlisle beranjak dari sofa dan melangkahkan kakinya untuk menghampiri Adik lelakinya yang jarang sekali pulang ke mansion milik keluarganya. "Mengapa tidak menelpon terlebih dahulu kalau ingin pulang?" Ia memeluk Adiknya itu sambil tertawa senang.

Rosalia yang menyaksikan hal itu tentu saja sangat terkejut. Ia tidak pernah menduga kalau Ernest yang pernah ia temui di Klub ternyata memiliki hubungan dengan keluarga Gail.

"Maaf, aku mengejutkanmu, Kak."

Mata Rosalia membelalak sempurna mendengar panggilan yang Ernest berikan pada Carlisle.

"Kakak? Jadi dia... Dia adalah Pimpinan Gail Group?"

Sekujur tubuh Rosalia mendadak terasa dingin, seakan ruang tamu mansion keluarga Gail berubah menjadi freezer raksasa.

Tanpa Rosalia duga... Tiba-tiba Ernest berpaling ke arahnya lalu menatapnya dengan tajam. Membuat detak jantungnya menjadi semakin tidak beraturan.

Demi menghindari tatapan Ernest itu, Rosalia pun menundukkan kepalanya sambil meremas gaun yang ia kenakan. Ia membatin, "Oh, God. Semoga dia tidak ingat kalau aku adalah gadis ceroboh yang telah memaksanya untuk tidur bersama semalam."

"Selamat malam, Kakak Charlotte!"

Rosalia mencoba mengabaikan Ernest yang lewat tepat di hadapannya untuk menghampiri Charlotte dan kedua orang tuanya. Kakinya bahkan terasa lemas tidak bertulang ketika Ibunya meminta ia untuk berdiri dan menyambut uluran tangan Ernest yang sedang terarah kepadanya.

"Nona Rose, senang melihatmu."

Sedikit ragu, Rosalia memberanikan diri untuk meraih tangan Ernest, lalu menjabatnya dengan erat sambil memaksakan sebuah senyum di bibirnya.

"Se-selamat malam, Tuan Ernest. Aku juga senang bisa bertemu dengan anda."

"Hmmm... Nona Rose, anda terlalu formal."

Rosalia menggigit bibirnya untuk menahan gelenyar yang terasa di hatinya tatkala Ernest menarik tangannya dan mengecup punggung tangannya.

"Bukankah kamu masih berhutang padaku, Rosalia Heart?"

Mulut Rosalia sontak terasa kaku. Bahkan dengan susah payah ia mencoba untuk menelan salivanya yang seakan tertahan di pangkal tenggorokannya.

Glekk!!

"Kita harus bicara, Rosalia!"

Glekk!!

Sekali lagi Rosalia menelan salivanya. Tangan kirinya yang sedari tadi meremas gaun bahkan semakin terkepal kuat. Tidak peduli jika gaun yang ia kenakan akan terlihat kusut nantinya. Yang ia pikirkan saat ini hanyalah bagaimana caranya untuk membujuk Ibu dan Ayahnya agar segera menyudahi pertemuan ini? Bukankah kesepakatan sudah tercapai?

"Mengapa tidak mengabariku kalau ada pesta keluarga di mansion ini?"

Rosalia menghela napas lega setelah Ernest melepaskan tangannya. Ia kemudian duduk dengan cepat di samping Ibunya tanpa memedulikan ocehan Ernest pada Carlisle, begitu pula ketika ia mendengar Ernest menyapa Oliver dan Edward.

Setelah menempatkan bokongnya dengan nyaman, Rosalia memiringkan tubuhnya ke arah Ibunya, "Ibu, kapan ini akan berakhir?" bisiknya pada Ibunya dengan bibir bergetar.

Ia sadar, seharusnya ia tidak perlu segugup ini. Karena saat ini, ia bukanlah Rosalia. Ketika ia menyetujui perjodohan ini, ia pun harus bersandiwara menjadi Rose, sang calon tunangan keluarga Gail yang sebenarnya.

Namun, ia tetap tidak bisa mengendalikan rasa gugupnya dengan kehadiran Ernest di mansion ini. Seperti... Ada sesuatu pada pria itu yang membuatnya merasa sangat ketakutan.

"Ernest baru saja datang, Rose," bisik Elizabeth sambil menepuk punggung tangan putrinya. “Bertahanlah sebentar lagi.”

Rosalia tahu saat ini Ibunya sedang mencoba untuk menenangkannya, tapi rasa gugup yang ia rasakan tak kunjung reda. Ia terpaksa mengangguk pasrah kala Ibunya memintanya untuk bertahan sebentar lagi.

"Bagaimana, Alston? Kamu dan keluargamu sudah setuju, kan?" Carlisle kembali berbicara.

"Sudah, Carlisle. Baik, besok aku akan menunggu sopirmu di mansionku."

Rosalia hampir bersorak dalam hati setelah ia mendengar ucapan Ayahnya pada Carlisle. Itu berarti, acara ramah tamah ini akan segera berakhir. Tetapi kesenangan itu tidak bertahan lama hingga ia menemukan Ernest lagi-lagi menatap tajam ke arahnya.

Terlalu gugup berada di satu ruangan bersama Ernest, Rosalia lalu meminta ijin pada Carlisle untuk ke toilet.

"Aku pikir Nona Rose belum tahu di mana letak toilet mansion, Kak.” Rosalia baru mengangkat bokong untuk bersiap menuju toilet, saat Ernest menawarkan bantuan yang tidak ia harapkan. “Jadi... Bagaimana jika aku mengantarnya?"

Degg!!

Jantung Rosalia berpacu cepat seakan hampir melompat keluar dari tubuhnya.

"I-itu tidak perlu, Tuan Ernest! A-aku akan bertanya pada pelayan mansion nanti."

Sayang, ucapannya ini sama sekali tidak berpengaruh terhadap Ernest. Pria itu malah dengan arogan melewati dirinya dan bertitah, "Ikuti aku, Nona Rose!"

"Tenang saja, Rose. Ernest tidak akan memakanmu."

Ucapan Carlisle itu bukan justru menenangkan bagi Rosalia, tetapi malah membuatnya menjadi semakin takut.

"Ibu?" Rosalia melirik dan memberi isyarat pada Ibunya bahwa ia tidak ingin pergi bersama Ernest. Namun naasnya, Ibunya seolah sama sekali tidak mengerti isyarat darinya itu dan justru mengangguk padanya.

"Pergilah, Rose!"

Sembari menekuk wajahnya, dengan terpaksa Rosalia menyusul langkah Ernest yang telah mendahuluinya. Ia sengaja memilih berjalan di belakang Ernest daripada harus berjalan di samping pria itu yang mulai memasang wajah dinginnya. Wajah yang sama seperti ketika ia mengatakan akan menyewa Ernest untuk satu malam.

Setelah tiba di depan pintu toilet, Rosalia segera melewati Ernest. Namun, tiba-tiba Ernest menahan Rosalia menutup pintu toilet tersebut. "Kita perlu bicara, Rosalia!" tukas Ernest dengan wajah dingin.

Rosalia mematung. Keringat sebesar biji jagung perlahan-lahan memenuhi keningnya. "Maaf, a-aku tidak mengerti apa maksud anda, Tuan Ernest."

Ucapannya terbata.

"Di sini kita hanya berdua, Rosalia Heart. Jadi... Hentikan sandiwaramu itu!!" Ernest mendorong Rosalia ke dalam toilet tamu lalu menutup pintu toilet dengan cepat.

"Tu-Tuan Ernest, jangan begini, atau aku akan berteriak!" ancam Rosalia tak mau kalah.

Ia memang takut terhadap Ernest, tapi ia juga tidak ingin dipermainkan oleh pria ini seenaknya. Lagipula, sekarang ia sedang berlakon sebagai Rose. Tidak sepatutnya ia takut menghadapi pria yang seharusnya asing untuk Rose, bukan?

"Aku sudah tahu bahwa Rose sudah tidak lagi berada di kota ini, Rose sudah pergi ke Paris.” Ernest menyeringai, membuat bulu kuduk Rosalia meremang. “Itu artinya … saat ini hanya Adiknya, Rosalia Heart yang berada di kota ini!"

Rosalia kehabisan kata-kata untuk menjawab ucapan Ernest itu. Ia sama sekali tidak menduga bahwa Ernest telah mengetahui tentang kepergian Rose, dan bahkan mengetahui ke mana perginya Rose setelah Rose melarikan diri dari pertunangannya.

"Tu-Tuan Ernest, Tunggu! Apa yang ingin kamu lakukan?!" teriaknya histeris ketika Ernest lagi-lagi mendorongnya. Tubuh kecilnya semakin terdesak di antara kabinet toilet dan tubuh Ernest yang terus mendekat.

Tidak cukup sampai di situ, pria arogan itu juga mengungkung kedua tangannya, membuat ketakutan Rosalia semakin besar. Air mata Rosalia menetes bertepatan dengan Ernest membuka resleting dress yang ia kenakan.

"Jangan! Kumohon, Tuan Ernest. Jangan lakukan ini!"

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Allyaalmahira
aku tutup mata aah
goodnovel comment avatar
Viala La
lah mantap Ernest di toilet pun jadi...
goodnovel comment avatar
Rifatul Mahmuda
Ernest jangan macam-macam
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status