Adam menunggu kedatangan Dara dengan cemas. Sudah selarut ini tapi sang istri kecilnya tidak kunjung terlihat batang hidungnya. Berulang kali Adam menghubungi nomor Dara. Tapi hasilnya diluar jangkauan. Adam semakin gelisah, kalau pun ingin mencari Dara, ia harus cari ke mana? Dirinya tidak tahu Dara pergi ke mana.. "Dara,,,, kamu ke mana, kenapa belum pulang?" Gumam Adam. Karena tidak sabar jika ia harus berdiam diri di rumah menunggu kepulangan Dara. Adam memutuskan untuk mencari Dara meskipun ia tidak tahu cari ke mana. Adam mengambil kunci motornya lalu bergegas pergi untuk mencari Dara. Tujuan utamanya ada klub malam. Tiba-tiba saja ia teringat perkataan ibunya Dara jika Dara sering keluar malam dan biasanya ia pergi ke klub. Pikir Adam tidak masalah jika harus mencari Dara ke tempat itu. Tempat yang tidak pernah sekalipun ia injak , melihatnya saja ia tidak pernah. Satu persatu klub yang ada dikunjungi Adam. Ia masuk seraya terus mencari sosok sang istri. Jika tidak ada mak
Dara mulai mengerjap bulu mata lentiknya terlihat bergerak-gerak. Ia hendak membuka matanya namun kembali ia pejamkan kembali saat cahaya matahari dari celah jendela menyilaukan matanya. Perlahan, ia kembali membuka kedua matanya hingga mata indahnya bisa terlihat dengan jelas. Dara mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Tak lama ia memegangi pelipisnya kepalanya mendadak terasa cenat-cenut tidak karuan. "Aww, apa yang terjadi? Kenapa kepalaku rasanya mau pecah?" gumam Dara lalu ia berusaha untuk bangun. Saat ia sudah terduduk, ia berusaha mengingat sesuatu. Meskipun kepalanya terasa begitu sakit tapi Dara berusaha mengingat sesuatu. Lalu tatkala matanya mengarah pada baju yang ia pakai, bayangan malam itu terlintas. Malam di mana ia dan Morgan pergi ke klub lalu ia minum dan .... "Hah, ke-napa aku aku bisa ada di rumah pria kolot itu? Dan apa ini?...." Dara melihat ke arah baju tidur yang ia gunakan. Dara langsung menyilangkan kedua tangannya di atas dada dan menje
Tiba di kampus, pesan yang ia kirim ke nomor Morgan tidak kunjung sirespons. Itu membuat Dara semakin khawatir. Pikiran buruk pun terlintas di kepalanya. Jangan-jangan... Adam melakukan hal yang tidak-tidak. Di tengah rasa ketakutannya itu, tiba-tiba Mery--teman Dara datang dan mengejutkannya. Saking tekejut, handphone yang ada dalam genggamannya saja hampir terjatuh. Beruntung masih bisa Dara selamatkan. "Mery! Kau gila apa? Kau sengaja mau buat aku mati muda? Mati konyol gara-gara dikaget seperti ini?'' sewot Dara dengan kesalnya. Bahkan jantungnya begitu berdegup dengan cepatnya. Mery cengengesan seraya menggaruk kepalanya yang diperkirakan tidak merasa gatal itu. Mery bertingkah seolah-olah tidak memiliki dosa apa pun. "Sorry, Dar. Salah kamu sendiri. Kenapa masih pagi udah melamun.'' ujar Mery ia berkata seraya duduk di bangkunya yang ada di sebelah Dara. "Ada apa sih? Ngelamunin apa gitu?" Tanyanya lagi setelah ia berhasil duduk. "Ini masalah Morgan, Mer," jawab Dara tanpa
Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang. Kelas Dara baru saja selesai. Berhubung ada satu dosen yang tidak masuk hingga Dara bisa pulang lebih cepat.Tentu saja ini membuat Dara senang. Pasalnya kesempatan untuk bertemu dan mengetahui keadaan Morgan bisa secepatnya terealisasikan. Ia masih sangat khawatir'.Dengan buru-buru, Dara secepat kilat memasukkan buku dan notebook -nya ke dalam tas. Mery yang melihatnya hanya bisa mengerutkan kening tanda tidak mengerti. Temannya itu terlihat begitu terburu-buru."Kamu mau ke mana? Kok buru-buru gitu? Biasanya juga enggak," tanya Mery yang saat ini tengah melakukan kegiatan yang sama seperti Dara. Bedanya, Mery terlihat begitu santai.Bukannya menjawab, Dara malah tersenyum penuh arti. Seolah-olah Dara meminta pada Mery untuk menebaknya.CK!Mery nerdecak seraya sedikit memalingkan wajahnya dan kembali menatap Dara. Mery tahu apa jawabannya."Ketemu Morgan pasti, gak salah lagi. Lihat ekspresi berubah sumringah pasti karena dia," tebak Mery.D
Dara dan Morgan menghabiskan waktu bersama mereka hanya dengan menonton dan bercerita. Lebih tepatnya Dara yang terus mengoceh bercerita sedangkan Morgan jadi pendengar. Morgan merasa bosan, berulang kali ia tertidur namun, berhasil tersadar saat Dara menyadari jika Morgan tidur. Dara memukul paha Morgan. Selama satu tahun berpacaran kegiatan seperti ini yang sukses membuat Morgan begitu enggan. Ia selalu berpikir, pacaran macam apa yang tengah ia lakukan? No kiss dan satu hal yang biasanya selalu ia lakukan dengan para kekasihnya-- berhubungan badan. Tapi, anehnya Morgan malah mempertahankan Dara. Meski di belakangnya sering bersama wanita lain. Bukan sijdi kekasih hanya dijadikan sebagai pemuas nafsu belaka. "Beb, kamu dengerin aku ngomong, gak, sih? Tidur terus!" Keluh Dara saat ketahuan jika Morgan tertidur lagi. "Aku dengerin, kok, Beb." "Apa coba. Tadi aku ngomong apa?" Tanya Dara. "Eh ...." Bibir Morgan kelu. Ia terjebak dengan perkataan nya sendiri. "Tuh kan. Kamu gak
Adam menunggu kepulangan Dara di teras rumah. Dengan ekspresi datar tanpa sedikitpun ekspresi.Dara yang saat ini sudah sampai di depan rumah, hanya bisa diam dan tertunduk di dalam taksi. Ia Bisa melihat ekspresi Adam, tetiba perasaannya mendadak takut."Nona sudah sampai," ucapan sang supir menyadarkan Dara. Ia harus bisa menghadapi kenyataan. "Aku tahu pak supir. Tapi tidak bisakah kamu tetap membiarkan aku di sini? Aku costumer -mu." Ujar Dara, ia protes karena supir malah menegurnya dan menyadarkan dirinya, jika ia sudah sampai."Tapi..." Supir menjeda perkataannya, sepertinya ia ragu untuk mengatakan sesuatu."Apa?""Seseorang menunggu Nona di samping pintu taksi." Ujar Supir taksi kemudian.Dara tersentak. Ia lalu menoleh ke arah di mana katanya ada seseorang yang menunggu.Dara terperanjat, saat melihat Adam ada di samping taksi dengan berpangku tangan. Hanya berdiri dengan tangan yang dilipat di atas perutnya.Ia berpikir, sejak kapan Adam berdiri di sana? Bukankah beberapa
Saat Dara tertidur dengan lelapnya. Tiba-tiba ia mulai gelisah. Tubuhnya terus saja berguling ke kiri dan ke kanan. Jangan lupakan suara decitan ranjang begitu tersengar dan sangat mengganggu. Tidak tahan lagi, akhirnya Dara terbangun dengan tangan yang langsung memegangi perutnya. Ya, saat ini ia jadi tidak bisa tidur nyenyak karena rasa laparnya.Sekeras apa pun ia menahan, pada akhirnya ia kalah. Rasa laparnya tidak bisa untuk diajak kompromi."Aish, sialan!" Umpat Dara dengan tangan kanan yang terus mengelus-elus perutnya."Kenapa lapar begini, sih! Ini semua gara-gara pria Kolot itu. Aku jadi bersemangat membuat pria kolot itu membuat menyerah dan menyesal. Setelah itu kami cerai. Huh!"Setelah bergerutu tidak jelas, Dara memilih beranjak. Ia teringat perkataan Adam. Jika ia menyimpan makanan di meja makan. Setelah berada di depan pintu hendak membuka pintu, tiba-tiba Dara ragu. Ia berpikir yang aneh-aneh."Tunggu! Kalau aku makan makanan dari pria kolot itu bisa-bisa dia kegira
Keesokan paginya Dara terbangun, rupanya makanan semalam berhasil membuat Dara tidur nyenyak. Ia menggeliat meskipun tidurnya nyenyak tapi tubuhnya tetap terasa sakit dan pegal. Maklum, ia belum terbiasa tidur di kasur yang tingkat keempukannya rendah. Dara menguap seraya matanya menatap ke arah jam yang sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Setelah melihat jam, ia justru kembali tertidur membaringkan tubuhnya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. "Masih ada waktu dua jam untuk masuk kelas. Lebih baik aku tidur lagi," gumam Dara dari balik selimut. Baru saja Dara hendak kembali memejamkan kedua matanya. Suara handphone miliknya bergetar. Ia tak acuh, ia memilih untuk membiarkan. Kemudian setelah panggilan pertama mati handphone miliknya kembali berbunyi. Sekali lagi Dara tak acuh ia justru menutupi telinganya dengan bantal agar tidak mendengar suara handphone. Sialnya, untuk ketiga kalinya handphone miliknya berdering kembali. Ini sukses membuat Dara mengeram kesal. "Argh