Beranda / Urban / 30 Hari Menggapai Cinta / Menolak Halus Keinginan Anara

Share

Menolak Halus Keinginan Anara

Penulis: Wisya Kiehl
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-12 09:38:37

Wahyu tidak lekas memberikan jawaban untuk perkataan Anara. Meskipun dia tahu bahwa sekretaris pribadinya itu hanya penasaran dengan kehidupan asmaranya, tetapi Wahyu enggan untuk memberitahu Anara.

Pandangannya masih tertuju kepada jalanan. Wahyu lebih memilih untuk tidak memandang Anara, dan memutuskan untuk terpaku menyetir mobil. Meski tatapan mata Anara terasa mengusik, Wahyu hanya mengembangkan senyum tipis.

“Aku sedang dekat dengan seorang wanita. Dia adalah anak dari si pemilik toko kain yang bekerjasama dengan perusahaan kita. Tapi aku rasa masih terlalu dini untuk mengungkapkan masalah perasaan padanya,” jelas Wahyu.

“Baru dekat dengan seorang wanita. Berapa bulan? Apa dia juga tahu jika Bapak menyukainya. Maafkan saya jika terasa saya terlalu mencampuri urusan Bapak,” kata Anara.

Anara masih melanjutkan rasa penasarannya. Seolah tidak puas dengan jawaban sederhana dari atasannya. Anara merasa dia perlu tahu percintaan Wahyu sebelum memutuskan untuk mengambil langkah lebih lanjut.

“Belum sampai satu bulan. Sekitar hanya satu minggu. Aku pikir dia tidak tahu jika aku memiliki rasa suka padanya. Aku juga belum memiliki rencana untuk menyatakan perasaanku,” kata Wahyu.

Wahyu mengernyit, dia merasa janggal dengan sikap Anara yang sedari tadi selalu bertanya mengenai perjalanan cintanya. Bukannya tidak suka, tetapi Wahyu merasa risih ketika diberikan pertanyaan perkara wanita yang sedang dekat dengannya.

Untuk menghadapi rasa curiganya, Wahyu memutuskan untuk mempertanyakan alasan Anara. Dia menoleh sekilas hanya untuk memastikan keadaan sekretaris pribadinya saat ini.

“Memangnya ada apa hingga kamu terus bertanya mengenai wanita yang sedang kusukai? Apa kamu penasaran dengan kisah cintaku,” kata Wahyu.

“Oh, maafkan saya, Pak. Mungkin ini terkesan sedikit terburu-buru. Tetapi saya rasa perlu untuk diungkapkan apa yang saya pikirkan. Jika menurut saya Bapak sebaiknya memiliki pasangan yang sepadan dengan Bapak. Misalkan jika Bapak mau, dengan saya,” kata Anara.

Anara mulai secara terang-terangan menawarkan dirinya sebagai pasangan Wahyu. Seolah tidak ada keraguan di dalam hatinya, ucapan Anara terdengar begitu tegas. Tatapan mata Anara masih tertuju kepada atasannya, seakan-akan sedang menunggu jawaban.

“Apa kamu tahu jika seorang pimpinan perusahaan dan sekretaris pribadi menjalin hubungan akan menjadi masalah di kantor? Aku rasa kamu sudah bekerja lama di perusahaan jahit ini, semestinya sudah tahu perkara ini,” kata Wahyu.

“Saya tahu masalah itu, Pak. Tetapi niatan saya untuk menjadi pasangan Bapak sudah tidak dapat ditahan lagi. Saya pikir tidak akan jadi masalah besar jika kita coba untuk mulai menjalin hubungan asmara,” kata Anara, dia masih bersikeras dengan keinginannya.

“Mungkin untuk saat ini tidak. Aku lebih baik tidak melibatkan diri dalam masalah. Mungkin tidak mengapa jika jalani hubungan mesra beberapa hari, tetapi ke depannya, aku yakin jika jalinan cinta itu akan menimbulkan perkara besar,” kata Wahyu.

Seketika Anara terdiam. Dia tidak menyangka jika atasannya akan menolak secara halus permintaannya untuk menjalin hubungan bersama. Anara tidak lagi berkata-kata, dia memalingkan pandangannya dari Wahyu.

“Jadi lebih baik, kita lupakan saja pembicaraan ini. Anggap saja kamu tidak pernah memiliki keinginan untuk menjalin cinta denganku. Berhubung sekarang kita sudah sampai di restoran, ada baiknya jika kita cepat turun sekarang,” kata Wahyu.

“Baik, Pak. Saya akan ikut denganmu,” kata Anara, dia memberikan jawaban kepada Wahyu.

Wahyu dan Anara lekas turun dari dalam mobil. Mereka berjalan berdampingan menuju restoran yang letaknya tak jauh di depan mereka. Wahyu berjalan lebih dahulu di depan Anara, sedangkan di belakang Anara terlihat lemas mengikuti langkah Wahyu.

Ketika berada di dalam restoran, Wahyu dan Anara memilih untuk duduk di bangku yang berada di atas atap. Selama tiba di restoran, semua yang Anara lakukan hanya diam. Sedangkan Wahyu lebih memilih untuk membaca buku menu yang telah disiapkan oleh pelayan.

“Dua nasi goreng nanas dan dua milkshake stroberi. Tolong antarkan pesanan itu kepada saya, terima kasih,” kata Wahyu kepada pelayan.

“Baik, Pak. Tunggu sebentar. Akan kami buatkan pesanannya untuk Bapak,” kata pelayan, memberi balasan untuk Wahyu.

Setelah pelayan pergi, Wahyu Kembali menghadapkan fokusnya kepada Anara. Tetapi sayangnya, apa yang dia lihat hanyalah seorang sekretaris pribadi yang sedang memandang kepada handphonenya.

“Jadi bagaimana dengan jadwal pekerjaan kita berikutnya? Apa kamu sudah mengaturnya untukku, aku tidak ingin ada hal-hal mendesak yang tidak aku ketahui,” kata Wahyu.

Anara mendengar apa yang Wahyu katakan. Namun dia sengaja untuk tidak menghiraukan atasannya beberapa detik. Setelah rasa sesak di dadanya mereda, Anara memasukkan handphonenya ke dalam tas. Kini dia menegakkan wajahnya untuk mengarahkan pandangan kepada sang atasan.

“Saya sudah mengatur jadwal untuk Bapak. Sekitar dua jam lagi Bapak memiliki jadwal untuk bertemu dengan pelanggan. Rekan kantor kita yang berada di sebelah barat kota Suro ingin menemui Bapak untuk membahas kelanjutan peluang kerjasama dengan perusahaan kita,” kata Anara.

“Begitu rupanya. Sebelum ini aku tidak diberitahu jika mereka ingin membahas mengenai peluang kerjasama dengan kita,” kata Wahyu, dia memberikan balasan untuk perkataan sekretaris pribadinya.

“Tidak masalah, Pak. Saya sudah siapkan materi dan apa-apa saja yang perlu Bapak pelajari. Bapak tidak perlu khawatir mengenai jadwal pertemuan nanti,” kata Anara.

“Baiklah kalau begitu. Nanti akan aku pelajari,” kata Wahyu, dia memberikan balasan singkat.

Setelahnya, seorang pelayan datang untuk mengantarkan pesanan. Pelayan itu menatakan makanan dan minuman yang telah dipesan Wahyu. Dua nasi goreng nanas dan dua milkshake stroberi telah tersedia di atas meja.

Pelayan pergi, meninggalkan Wahyu dan Anara di tempat duduknya. Wahyu melihat bahwa pesanannya sudah lengkap diletakkan di atas meja. Dia memandang sekilas kepada Anara.

“Kita makan saja sekarang. Makanannya sudah datang,” kata Wahyu.

“Iya, Pak. Akan saya makan segera,” balas Anara.

Baik Wahyu maupun Anara sekarang mengarahkan perhatiannya kepada makanan yang ada di depan masing-masing. Anara terlihat biasa saja ketika mendapati makanan yang telah dipesan oleh atasannya.

Sedangkan Wahyu terlihat sudah menyantap makanan. Nasi goreng dengan irisan nanas mungkin terasa cocok untuk dijadikan makan siang. Wahyu terlihat tidak menghiraukan situasi di sekitarnya lagi, dia lebih memilih untuk melahap makanan yang sudah disajikan.

“Jika sudah selesai makan siang, mungkin saya akan menyerahkan beberapa materi yang perlu Bapak pelajari,” kata Anara.

Begitu mendengar ucapan Anara, Wahyu langsung menoleh. Dia mengarahkan pandangannya kepada Anara, meski keningnya berkerut, tetapi Wahyu masih bisa mengangguk. Dia menyetujui apa yang disarankan Anara kepadanya.

“Ya, kamu berikan saja padaku. Aku akan mempelajarinya dengan cepat,” kata Wahyu.

Wahyu kemudian menurunkan pandangannya lagi. Perhatiannya kembali tertuju kepada sepiring nasi goreng nanas yang masih tersisa setengah. Wahyu kembali menyendok sesuap untuk dimasukkan ke dalam mulutnya.

Ketika mengunyah makanan, Wahyu tiba-tiba teringat jika dia ingin menemui April. Dia berpikir jika masih ada waktu selama tiga puluh menit untuk dimanfaatkan. Rasanya tidak akan masalah jika digunakan untuk mengunjungi toko kain itu.

“Tapi sepertinya aku akan pergi sebentar. Setelah mengantarkan kamu ke kantor, aku akan berangkat lagi menuju Jalan Kura Nomor 40. Ada toko kain yang harus aku kunjungi,” kata Wahyu.

“Tapi, Pak. Apa waktunya sempat? Saya kira jika Bapak pergi ke jalan itu untuk mengunjungi toko kain, maka waktu Bapak untuk mempelajari materi tersita sedikit,” kata Anara.

“Aku bisa mengatur waktuku sendiri. Kamu tidak perlu khawatir soal itu. Lagipula aku tidak akan lama berada di sana, hanya menyelesaikan sebuah masalah,” kata Wahyu, dia menegaskan kata-katanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Percakapan di Antara Kita

    Wahyu mengangguk-angguk sambil tersenyum dengan kepuasan. Dirinya tak pernah sangka jika tempat duduk pilihannya akan disukai oleh April. Bagi perempuan itu, posisi duduk di sini sangat membuatnya betah.Tatapan mata Wahyu masih tertuju kepada sang kekasih. Tidak sedikitpun berpindah dari wajah manis April. Tampaknya Wahyu ingin memandangi April saja sampai jenuh kali ini.“Oh, ya. Kamu ajak aku ke sini karena untuk menghilangkan rasa lelah. Tidak sia-sia kurasa, karena setelah berada di dalam kedai ini aku menjadi sedikit lebih baikan,” kata April.“Memang aku mengajakmu kemari karena berencana untuk menyenangkan hatimu. Barangkali saja di cuaca panas seperti ini es krim bisa meredakan hati kita,” kata Wahyu.“Es krim jenis apa yang akan kamu pesan?” tanya April.Wahyu lantas mengerutkan kening. Ucapan yang sengaja dibuat sebagai pertanyaan oleh April terlihat sedikit membuat Wahyu menjadi berpikir. Sampai membuat Wahyu harus mencari-cari buku menu di kedai ini.“Kamu mau pesan es kr

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Keceriaan seperti Bunga Hati

    Wahyu hanya melengkungkan senyuman tipis di bibir setelah mendengar ucapan April. Belum lama, lelaki itu sudah menggenggam tangan April dan mengelus-elusnya dengan lembut. Lantas diciumnya tangan April dengan kecupan yang sangat halus.“Aku akan kembali bekerja lagi setelah ini. Kuharap kamu masih mau menunggu,” kata Wahyu.“Pasti aku akan menunggu kamu di sini. Biar aku dan kamu bisa pulang bersama-sama,” ujar April.Percakapan mereka berdua terhenti setelah mendengar suara pintu yang dibuka. Rupanya Anara yang telah masuk ke dalam ruangan. Wahyu lantas saja mengalihkan pandangannya kepada sekretaris pribadi yang sudah membawa beberapa lembar kertas untuknya.“Selamat siang, Pak. Ini saya bawakan beberapa lembar dokumen untuk kamu baca,” kata Anara.“Berikan kepadaku. Aku akan mempelajarinya setelah ini,” kata Wahyu, memberi balasan.Anara tidak menjawab melainkan hanya memberi anggukan. Setelahnya, Anara memberikan beberapa lembar dokumen ke tangan Wahyu. Tentu Wahyu menerima lembar

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Kembali ke Rutinitas

    April tertegun setelah mendengar bisikan dan suara lirih dari Wahyu. Betapa tidak sebab ucapan dari pria yang menjadi kekasihnya itu sangat menyentuh hati. Bahkan sebelum ini, belum pernah April menerima ucapan kasih sayang dari seorang laki-laki.Dengan bibir yang masih terdiam, April bahkan hampir tidak menyangka akan membalas seperti apa ujaran Wahyu. Bagi wanita itu, ungkapan semacam ini hanya sanggup untuk dia dengar.“Jadi tolong jangan kecewakan aku. Aku tidak sanggup apabila dikecewakan oleh orang yang paling aku sayangi,” kata Wahyu.April menoleh hanya untuk sekedar memandang pada Wahyu. Pria yang saat ini sedang mengarahkan pandangannya kepada April itu menunjukkan binar mata yang jernih. Seakan-akan menandakan bahwa setiap kata yang dia keluarkan adalah hal yang paling berarti.“Aku tidak akan membuat kamu kecewa, sayang. Aku akan usahakan apapun yang terbaik bagi kita berdua,” ujar April.“Jika memang seperti itu, aku akan senang mendengarkannya. Aku tidak akan meragukan

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Menghabiskan Saat Berdua

    Wahyu masih mengarahkan pandangannya kepada April. Tak dia sangka jika perempuan itu akan memandangi minuman yang dia berikan. Tanpa sadar pula Wahyu melengkungkan senyuman di bibir karena ulah April yang terlihat menggelikan.“Minum saja, jangan hanya melihat pada bungkusannya. Aku jamin rasanya pasti enak,” kata Wahyu.“Ya, tentu. Sebentar lagi aku akan meminumnya,” ujar April, membalas kata-kata Wahyu.“Selamat minum es jeruk passionnya, sayang,” kata Wahyu, melembutkan suaranya untuk April.Wahyu lantas berpaling wajah dari April. Setelah tak lama, April lekas mendekatkan bungkusan es ke dalam mulut. April menyedot minuman dari sedotan plastik hingga terasa bahwa rasa jeruk dan buah passion terasa menyegarkan.April seakan ingin mencobanya lagi dan lagi. Baru sekali menyedot saja kerongkongannya sudah terasa dilegakan, apalagi kalau berulang kali. Rasanya tidak sia-sia jika Wahyu telah membelikannya minuman dengan rasa seperti itu.“Apa kamu menyukai es yang aku belikan untuk kamu

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Kencan setelah Bekerja

    April terlihat masih sabar dalam menghadapi Wahyu. Ucapan kekasihnya yang baru saja dia dengar tidak dia masukkan ke dalam hati. Karena bagaimanapun Wahyu memang masih membutuhkan Anara dalam hal pekerjaan.“Aku tidak masalah jika kamu masih berurusan dengan wanita itu. Mungkin saja dia memang perempuan terbaik untuk menjadi sekretaris pribadi kamu,” kata April.“Benar seperti itu. Aku senang jika kamu bisa memahami kondisiku,” ujar Wahyu.“Iya, tak mengapa. Bukan masalah besar agar aku bisa mengerti kamu,” kata April.Wahyu lantas menunjukkan senyuman lebar di depan April. Tak menyangka jika April tidak ingin marah, melainkan membalas senyumannya dengan wajah yang penuh ketulusan.“Baiklah, berhubung sekarang aku tidak ada pekerjaan lagi. Tidak ada yang harus kuselesaikan secepat ini,” kata Wahyu.“Benarkah demikian? Jika memang begini, lebih baik kita pergi keluar sebentar dari ruangan ini,” ujar April, mencoba memberikan usulnya.“Kamu ingin cari udara segar?” tanya Wahyu.Secepatn

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Sedikit Cemburu yang Kentara

    Anara menujukan pandangannya kepada April. Perempuan yang menjadi kekasih Wahyu itu saat ini sedang terlihat bingung. Mungkin saja April tidak memiliki niat apapun untuk menaruh rasa kecurigaan kepada Anara.“Apakah kamu tidak mengerti maksud dari ucapanku?” tanya Anara lagi, seakan-akan menunjukkan ketidaksabarannya terhadap April.“Aku tahu, tetapi aku tidak ingin memancing keributan denganmu. Lagipula agar apakah kamu bertanya kepadaku seperti itu?” ujar April, memberikan tanggapan atas pertanyaan Anara.“Sekedar ingin tahu. Apa kamu masih mau menunggu pasanganmu di dalam ruangan seperti ini,” kata Anara, menanggapi dengan kesal.“Jawaban dariku sangat jelas, bukan? Aku tidak bosan meski harus disuruh menunggu di ruangan kerja semacam ini,” ujar April, sedikit menegaskan ucapannya.Jelas terlihat di hadapannya bahwa kedua perempuan itu sedang terlibat dalam emosi yang terpendam. Wahyu menyadari baik Anara atau April sedang memendam rasa kesalnya agar tidak sampai terjadi keributan.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status