author-banner
Wisya Kiehl
Wisya Kiehl
Author

Novel-novel oleh Wisya Kiehl

30 Hari Menggapai Cinta

30 Hari Menggapai Cinta

Keluarga Anarta merupakan salah satu keluarga berada di Kota Suro. Mereka memiliki dua anak laki-laki, dengan si sulung bernama Wahyu Dwi Anarta dan anak bungsu bernama Grey Anarta. Wahyu yang telah menginjak usia 30 tahun dan menjadi anak sulung, ditunjuk menjadi pemimpin perusahaan keluarganya. Dia dituntut untuk bersikap dewasa agar dapat menjadi pewaris keluarga. Selasa siang, tepatnya di awal bulan April, Wahyu mendapat tugas dari perusahaan untuk menuju ke toko kain yang merupakan pemasok bahan utama perusahaannya. Di sanalah dia bertemu dengan Aprilia yang merupakan anak gadis dari pemilik toko kain. Wahyu merasa jatuh cinta pandangan pertama kepada April, begitupula sebaliknya. Namun sayangnya, kisah cinta mereka tidak berjalan dengan mulus karena kehadiran Anara sebagai pihak ketiga. Meskipun begitu, Wahyu tetap memilih April sebagai cintanya. Wahyu ingin memperjuangkan cintanya kepada April. Namun takdir berkata lain, penyakit Aritmia yang dideritanya menjadi semakin menjalar. Di saat Wahyu hendak melamar April di akhir bulan kelahirannya, April mendadak kolaps dan dilarikan ke rumah sakit. Di dalam perjalanan menuju rumah sakit, April mengembuskan napas terakhirnya. Cinta Wahyu yang bersemi indah pun berakhir di ujung bulan April. April telah menjadi sosok yang paling berharga di hati Wahyu. Dialah satu-satunya perempuan yang berhasil membuat dirinya jatuh cinta dan membuatnya berjuang untuk menggapai cintanya dalam 30 hari di bulan April.
Baca
Chapter: Sedikit Waktu yang Dimiliki
Sayangnya, Anara lebih memilih untuk tidak jatuh terlalu dalam karena pujian yang diberikan oleh Wahyu. Meski hatinya teramat senang saat ini, tetapi Anara memendamnya dengan cepat.Kedua matanya tertuju kepada Wahyu yang sekarang sedang memandang ke arahnya. Namun apa boleh buat jika Anara mengambil sikap biasa saja di hadapan sang atasan. Senyum lebar yang sempat kentara akhirnya dia hilangkan.“Aku tidak pernah gagal dalam membawa kepuasan bagimu, Pak,” kata Anara, sedikit membanggakan dirinya.“Ya, memang. Karena itulah tidak heran jika aku mengangkatmu menjadi sekretaris pribadiku,” kata Wahyu, menyetujui ucapan Anara.“Kalau seperti itu, jika kamu sudah setuju denganku kapan akan membuat angket pertanyaan untuk pekerja kita,” kata Anara.“Belum aku tentukan. Mungkin setelah ini sehabis jam makan siang?” tanya Wahyu, menimbang usulan dari Anara.“Aku akan ikut membantumu, Pak. Hubungi saja aku jika kamu membutuhkan aku,” kata Anara, menawarkan bantuan kepada Wahyu.Tanpa berpikir
Terakhir Diperbarui: 2025-05-05
Chapter: Mengobrol Sebentar di Ruangan
Anara tidak lagi melanjutkan percakapan singkat dengan Wahyu. Melainkan pandangan matanya tertuju kepada April yang sedang menunggu mereka berdua selesai bicara.“Jadi kamu mengajak perempuanmu datang ke sini, Pak?” tanya Anara.Sepertinya Anara menyadari jika April adalah kekasih Wahyu. Bahkan kehadiran April membuat sedikit rasa cemburu di hati Anara menjadi lebih terasa.Anara kemudian mengalihkan pandangan dari April menuju ke Wahyu. Seolah-olah meminta penjelasan yang lebih lanjut kepada pria yang menjadi atasannya.“Aku memang mengajak kekasihku ke kantor. Berharap dia dapat menemaniku sampai aku selesai bekerja,” kata Wahyu, memberi penjelasan kepada Anara.“Kenapa tidak bilang dulu padaku? Bukankah kita bisa bicarakan ini sebelumnya,” ujar Anara, terlihat tidak terima.“Untuk apa? April adalah pasanganku, perihal aku mengajaknya atau tidak itu terserah aku. Tidak perlu aku berbicara padamu,” kata Wahyu, mengungkapkan ketegasan kepada Anara.“Tapi jika begini, aku jadi tidak en
Terakhir Diperbarui: 2025-05-05
Chapter: Lebih Memilih Terkasih
Sementara itu Anara terlihat berbeda. Penampilan yang selalu elegan dan berkelas menjadikannya terlihat sebagai perempuan yang percaya diri. Wanita dengan pakaian formal mengenakan jas abu-abu itu berjalan mendekati Wahyu, pimpinannya.Sesampainya Anara berada di depan Wahyu, lekas langkah kakinya terhenti. Betapa mata indahnya itu tertuju langsung kepada sang pria yang menjadi pemimpin perusahaan ini. Bibir Anara tidak memperlihatkan senyuman, tetapi kegusaran yang melanda.“Pak Wahyu, saya sudah menunggu kamu untuk datang. Tetapi kenapa baru sampai di kantor jam segini,” kata Anara, memperlihatkan kekesalan yang dia rasakan.“Jam segini apa? Ini baru satu menit sebelum jam kerja dimulai. Kamu jangan memburu-buru aku seperti itu dong,” kata Wahyu, menunjukkan respon sederhana.“Bagaimana tidak saya cemas, Pak? Sedangkan banyak urusan yang harus saya selesaikan dengan kamu. Namun apa yang saya dapatkan, kamu malah baru datang dan terlihat abai,” kata Anara, masih tidak terima jika Wah
Terakhir Diperbarui: 2025-05-03
Chapter: Bertemu Rekan Kerja Wahyu
Setelah berucap demikian, Wahyu menepikan mobilnya ke area parkir. Di bawah pohon rindang, Wahyu memberhentikan mobil yang tadinya sedang melaju. Sesaat kemudian, Wahyu melepaskan kendali pada kemudi, dan menatap pada April.Tiada terkira jika wajah cantik sang kekasih tidak pudar. Malah di saat diam seperti ini, April terlihat jauh lebih manis dari biasanya. Tentu saja Wahyu terkesima dan membuat hatinya gembira.“Kita sudah tiba di depan kantor. Bukankah kamu yang bertanya tadi?” tanya Wahyu, sedikit menyeringai.April tersenyum, bukan main senyumannya sangat menawan. April tahu jika lelakinya itu sedang menggoda dirinya, tetapi apa boleh buat perempuan itu tidak bisa marah.“Bagaimana ya? Apa kita turun sekarang,” kata April, balik menggoda Wahyu.“Kalau kamu mau turun sekarang, aku akan ikut denganmu,” kata Wahyu, mengalah pada si kekasih.Untuk saat ini April belum memberi jawaban kepada Wahyu. Seakan-akan dia sengaja untuk tidak buru-buru menjawab hanya agar Wahyu merasa penasar
Terakhir Diperbarui: 2025-05-01
Chapter: Nasihat dari sang Kekasih
April menjumpai bapak yang sedang duduk santai di kursi seperti biasanya. Sementara pandangan bapak menghadap ke depan menunggu pembeli datang. April memutuskan menghampiri bapak yang sedang menjaga toko kain.“Bapak, aku akan pergi dengan Wahyu ke perusahaan miliknya. Semoga bapak mengizinkan kami berangkat bersama,” kata April.“Ya, pergilah dengan dia. Kekasihmu itu pasti sudah menunggu kamu sedari tadi,” kata Wahyu.“Aku mungkin tidak akan lama pergi dengannya, bapak. Mungkin sekitar jam tiga sore aku akan diantar pulang oleh dia,” kata April, mengucapkan secara jujur apa yang akan terjadi.“Bapak tidak keberatan kamu pergi bersama pasanganmu. Meskipun kalian pulang agak malam, bapak percaya bahwa kekasihmu tidak akan menelantarkan kamu,” kata bapak.“Terima kasih untuk rasa percaya bapak pada kami berdua. Itu tidak akan terhitung jumlahnya, bapak,” kata April, membalas kebaikan bapak.Bapak hanya memasang senyuman tipis di bibir. Wajahnya menjadi lebih berseri dibanding sebelumny
Terakhir Diperbarui: 2025-04-24
Chapter: Menghias Diri dengan Anggun
Bapak menunjukkan seraut senyum tipis saat melihat April senang. Kata-kata sederhana yang keluar dari putrinya tersebut seakan membuat hatinya lega pagi ini.“Tentu saja kamu kenyang, Pril. Satu piring nasi goreng lengkap dengan telur sudah kamu habiskan,” kata bapak, mengimbangi percakapan dengan April.“Kalau begitu, bapak. Biarkan aku membersihkan tubuhku setelah ini. Aku harus bersiap-siap sebelum Wahyu datang kemari,” ujar April, membalas ucapan bapak.“Jika itu yang menurutmu terbaik, maka lakukanlah. Bapak hanya bisa mendukung setiap perbuatan yang sudah kamu pikirkan matang-matang,” kata bapak.April menunjukkan sedikit anggukan lemah kepada bapak. Setelahnya, April beranjak meninggalkan ruang makan untuk menuju ke kamar mandi. Pagi ini rasanya seluruh badannya pegal, butuh sedikit air hangat untuk meleraikan penat yang terasa.April sudah masuk ke dalam kamar mandi. Langsung saja dia menyalakan shower dan memilih air hangat untuk mandi pagi ini. Setelah air hangat keluar dari
Terakhir Diperbarui: 2025-04-23
Takdir Cinta untuk Briella

Takdir Cinta untuk Briella

Briella Camelia seorang perempuan yang mengidap penyakit aritmia. Kesehariannya dihabiskan dengan kegiatan bekerja dan kontrol di rumah sakit. Tiada yang lebih penting baginya selain dirinya dan keluarganya. Namun satu yang takkan pernah terlupa, bahwa Briella telah memiliki calon suami. Namanya adalah Aden Sandero. Mereka berencana untuk melaksanakan pernikahan impian mereka. Namun, bisakah Briella bertahan hidup sampai di hari pernikahan itu? Ataukah justru Aden lah yang akan membatalkan pernikahan mereka?
Baca
Chapter: Menyambut Cinta
Setelah mengetahui apa yang dikatakan Aden adalah agar dirinya dapat mempersiapkan diri, Briella membulatkan mata. Tidak menyangka sedikitpun bahwa akan ada masa di mana mereka berdua tidak dapat menghabiskan waktu bersama.Briella sama sekali tidak menduga bahwa Aden memilih untuk menyibukkan diri di kantor, ketimbang bersamanya. Karena itulah, saat ini Briella hampir tidak akan menerima alasan apapun yang akan diucapkan Aden padanya."Jadi begitu kamu sekarang, Aden. Kamu lebih memilih untuk tidak menyisakan sedikitpun waktu bersamaku," kata Briella."Bukan begitu, Briell. Aku mendapat tugas untuk memeriksa seluruh perkembangan di kantorku. Tidak mungkin aku mengabaikan urusan penting semacam ini," kata Aden, menjelaskan yang terjadi sesungguhnya kepada sang tunangan.Meskipun Briella sudah mendengar alasan yang dikatakan Aden adalah benar, tetap saja hati perempuan itu tidak mau menerima. Rasanya dia masih tidak terima jika jatah waktu untuk bersama sang kekasih menjadi berkurang.
Terakhir Diperbarui: 2025-04-15
Chapter: Rasa Abai Aden kepada Gietta
Gietta mengangguk, tetapi dalam hatinya enggan untuk menggubris kata-kata Briella. Kedua matanya menjelajah ke seisi ruangan, seolah tidak bisa diam."Padahal aku sangat menantikan kedatangan Aden, Briel," kata Gietta."Kamu tunggu saja. Pasti nanti dia datang kemari," balas Briella.Gietta kemudian menunduk. Tangannya lekas menyodorkan sebungkus oleh-oleh yang sedari tadi dibawanya."Ini ada kue krim keju untukmu, Briel. Aku tadi sengaja mampir ke toko kue untuk membelikan ini," kata Gietta.Briella memandang ke arah bungkusan kue yang disodorkan Gietta. Tanpa banyak bicara, Briella pun lekas menerima bingkisan kue tersebut."Duduklah, Giet. Akan aku buatkan teh lemon untukmu," kata Briella.Gietta mengangguk setuju. Ia lantas duduk di sofa yang berada tidak jauh di belakangnya. Briella tersenyum, sesaat kemudian ia mulai berjalan menuju dapur.Ketika sampai di dapur, Briella membuka lemari pendingin dan mengambil racikan teh. Tangannya yang ramping dengan terampil meracik semua baha
Terakhir Diperbarui: 2025-04-10
Chapter: Belum Ingin Menikah
Mata Sandera mengekor pada kepergian Briella yang langsung masuk ke dalam kamar. Sandera hanya bisa menghela dengan kasar. Masih saja anak gadisnya satu itu tidak terketuk hati untuk segera melangsungkan pernikahan.Sandera berdiri dan menyusul Briella. Setelah tiba di depan pintu kamar Briella yang tertutup, Sandera mengetuk pintunya."Bukakanlah, Briel. Jangan membantah mama seperti ini," kata Sandera setengah berteriak agar Briella mendengar.Sandera masih mengetuk pintu kamar Briella. Hingga beberapa menit berlalu, Briella pun terusik dan membuka pintu kamarnya."Mari kita bicara. Ada banyak hal yang perlu kita bicarakan berdua," ujar Sandera.Meskipun awalnya Briella keberatan dan ingin menolak ajakan mamanya, tetapi Sandera langsung menarik lengan Briella. Inilah yang membuat Briella tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemauan mamanya.Sandera mengajak Briella untuk duduk di tepi ranjang. Meskipun tampaknya wajah Sandera sangat tegas dan terlihat seolah akan membicarakan h
Terakhir Diperbarui: 2025-04-10
Chapter: Rencana Sandera
"Perihal nikahan kalian berdua," ucap Sandera.Sekejap saja Aden membelalakkan matanya. Tiada angin tak ada hujan, tiba-tiba Sandera menanyakan tentang pernikahan mereka.Wajar saja jika Aden kaget. Dia lantas menatap kaku ke arah Briella yang sama kagetnya dengan dirinya."Pernikahan kami, Ma?" tanya Briella."Ya. Nikahan kalian. Bagaimana? Apa sudah terencana?" tanya Sandera.Briella spontan langsung terdiam. Ia menoleh ke arah Aden dan menatap calon suaminya tersebut. Briella menggeleng pelan."Kami masih belum ada rencana ke sana, Tante," ucap Aden."Bagaimana bisa? Kalian kan sudah lama bertunangan. Masa iya belum merencanakan pernikahan sama sekali," kata Sandera.Aden langsung terdiam seketika. Bibirnya menutup rapat sama seperti Briella. Tampaknya Aden dan Briella sama sekali tidak menyangka jika Sandera akan menanyakan tentang hal ini."Kalau kalian belum merencanakannya, mari kita bicarakan. Kebetulan Mama ada waktu senggang untuk kalian," kata Sandera.Aden menggaruk kepala
Terakhir Diperbarui: 2025-04-10
Chapter: Dua Hati, Dua Cinta
Briella menyadari bahwa Gietta sudah tidak seramah biasanya. Briella pun tersenyum kecut."Lantas kenapa masih di sini?" tanya Briella.Gietta mengulas senyum miring. Ia melihat ke arah Aden sekilas lalu mengalihkan pandangannya kepada Briella."Aku sedang menunggu temanku datang menjemputku," kata Gietta.Gietta lalu beringsut memandang ke arah Aden. Merasa dipandang, Aden segera menggendik dan mengarahkan pandangannya kepada Gietta."Kalau kamu mau menunggu, sebaiknya tunggu di lobi saja. Jangan di ruanganku karena nanti akan kukunci," ujar Aden.Mendengar ucapan Aden, Gietta semakin sebal. Ia sudah kesal karena diabaikan oleh Aden, malah ditambah dengan sikap Aden yang tidak ramah."Kamu mengerti dengan ucapanku, kan?" tanya Aden."Tentu. Tentu aku tahu," kata Gietta.Ia kemudian menatap ke arah Briella. Bibirnya menunjukkan seulas senyum yang dipaksakan. Hatinya tampak tidak senang melihat Briella dan Aden berdekatan."Aku akan tunggu di lobi. Kalian kunci saja ruangannya. Aku aka
Terakhir Diperbarui: 2025-04-07
Chapter: Panas Menyesakkan
"Sayang, jam berapa sekarang?" tanya Aden.Aden menatap pada Briella yang sedang berdiri menghadap ke arahnya. Seketika Aden langsung menghampiri Briella dan mendekapnya."Bukankah sudah waktunya untuk bekerja?" ujar Aden.Bahu Briella menggendik. Tatapan matanya kemudian beralih menuju ke arah jam dinding. Briella tersenyum miring."Ini sudah jam dua, Sayang. Semestinya kita sudah memulai pekerjaan kita," kata Briella.Aden mengalihkan pandangannya. Aden menatap Gietta yang sedang fokus memandang ke arah dirinya."Sudah jam dua. Berarti sisa satu jam lagi kau harus bisa menyelesaikan semua tugas ini," kata Aden."Tidak masalah. Aku bisa mengerjakannya dengan cepat," balas Gietta.Aden menyunggar rambutnya ke samping. Setelahnya, Aden beralih pandangan. Dia berbalik dan berjalan menuju ke kursi kerjanya."Kita mulai kerja sekarang. Tidak ada banyak waktu lagi yang tersisa," perintah Aden.Briella mengangguk yang disertai dengan anggukan dari Gietta. Selepas itu, mereka berdua menghada
Terakhir Diperbarui: 2025-04-07
Anda juga akan menyukai
Kekuatan Super Si Satpam Biasa
Kekuatan Super Si Satpam Biasa
Urban · Jose Alatas
2.2K Dibaca
UNPLACED
UNPLACED
Urban · SURIYANA
2.2K Dibaca
Gue, Adit. Mau Apa Lo?
Gue, Adit. Mau Apa Lo?
Urban · Liz andrea
2.2K Dibaca
Lost You in the Melody
Lost You in the Melody
Urban · FA Jasmine
2.2K Dibaca
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status