Share

Chapter 6

    "Waktunya telah tiba."

    Tuan Li menyerahkan secarik kertas besar pada Yu Shi yang langsung membacanya. "Ujian seleksi pemilihan pejabat negara..." Ia mendongak, kembali memandang Tuan Li dengan bola mata melebar. "Pada minggu ini, Guru?"

    "Kenapa? Kau tak siap?"

    "Tidak! Tentu saja saya siap!..." Yu Shi buru-buru menukas. "Saya hanya merasa sedikit gugup..."

    "Oh, baguslah kalau hanya begitu. Aku nyaris khawatir kau tidak siap." Tuan Li tersenyum lebar. Sambil menepuk pundak muridnya, ia kembali meneruskan, "Kita telah berlatih sangat keras, Nak, dan kau telah memperlihatkan kemampuanmu yang sangat baik itu. Kau pasti akan lulus, Nak. Lebih dari itu, kau pasti akan menjadi zhuangyuan."

    Nampak jelas Tuan Li sangat yakin dengan kata-katanya, Yu Shi pun ikut tersenyum lebar. "Terima kasih, Guru. Murid tidak akan mengecewakan Guru."

    Keesokan harinya, Yu Shi disertai Tuan Li berangkat ke Ibukota An Chang.

    "Keadaan di An Chang sudah tidak semegah saat yang lampau," Tuan Li mendesah kecewa saat memandangi An Chang yang memang terlihat jauh lebih sepi ketimbang saat pemerintahan Han lalu. Hanya sedikit orang yang melintas di jalan-jalan, dan langkah mereka semua begitu terburu-buru.

    Yu Shi menukas, "Bagaimana tidak? Pemberontakan Cheng Xi Bo telah membuat mereka begitu trauma, apalagi mereka memang telah mengancam akan kembali membuat kerusuhan dalam waktu dekat. Semoga saja mereka tidak menyerang tepat di saat ujian kerajaan berlangsung."

    "Bila kaisar bodoh itu masih cukup pintar untuk menyadari pentingnya ujian kerajaan, ia akan menempatkan jauh lebih banyak prajurit untuk menjaga keamanan di hari itu."

    Mereka lalu masuk ke sebuah restoran mencakup rumah penginapan, kemudian memesan kamar. Mereka nyaris saja tidak mendapatkan kamar, saking ramainya rumah penginapan itu ditempati oleh orang-orang yang juga ingin mengikuti ujian. Begitu juga restoran di lantai bawah, juga dipenuhi oleh para pengikut ujian. Mereka makan dan minum sambil membaca bahan ujian, atau membicarakan hal yang bertemakan masalah dalam ujian.

    Salah satu topik yang banyak dibahas dalam obrolan mereka adalah kemunculan anak-anak para saudagar kaya yang telah diramalkan akan menempati posisi-posisi teratas tahun ini. Para peserta ujian yang membicarakan hal itu biasanya akan dilanda perasaan frustrasi, merasa yakin mereka akan kalah dari mereka dan selanjutnya terpaksa pulang kampung dengan tangan hampa.

    "Jangan kaupedulikan omongan mereka. Itu sudah jadi gosip tahunan para peserta ujian. Bahkan di zaman Han sekalipun," ujar Tuan Li sembari menarik Yu Shi agar mengikutinya naik ke lantai dua, kembali ke kamar mereka. "Lebih baik kau beristirahat supaya bisa mengikuti ujian dengan baik esok harinya."

    Yu Shi tak pelak harus mengakui bahwa ia memang tegang. Hasil ujian ini bukan hanya menentukan nasib dan masa depannya, melainkan juga menjadi langkah awal untuk mengembalikan kejayaan dinasti yang dibangun para pendahulunya. Ia tidur dalam kegelisahan, terbangun sebelum matahari terbit, dan melakukan segala sesuatu dengan saraf yang menegang. Begitu juga saat ia memberikan salam saat hendak berangkat ujian. Tuan Li memandanginya dengan khawatir.

    "Kau jangan terlalu tegang begitu, nanti salah jalan ke tempat lain. Seperti waktu itu," sang Guru mengingatkan.

    Yu Shi tersipu. "Itu dulu. Tapi kali ini tidak akan, Guru."

    Ketakutan Tuan Li tidak terbukti, Yu Shi cukup mampu mengendalikan kesadarannya sehingga dapat tiba di tempat ujian yang tepat. Kelihatannya ia tiba cukup terlambat, ruang ujian telah dipenuhi para peserta, dan ketika ia melangkah masuk, para pengawas ujian yang kebetulan masuk bersamaan dengannya membentak, "Kenapa kau datang begitu terlambat, anak muda. Ayo cepat masuk, ujian akan segera dimulai!"

    Lekas-lekas Yu Shi menuju tempat duduknya, menunggu dengan harap-harap cemas para pengawas ujian yang mulai mengedarkan soal ujian. Dan saat lembaran soal disodorkan di hadapannya, Yu Shi mengangkat kuas tintanya, bersiap menuliskan jawaban.

    Tapi sedetik kemudian, tangan kanannya membeku di udara, sementara bola matanya membelalak, tak dapat mempercayai apa yang dilihatnya tertera di lembaran soal tersebut.

    I... Ini... Bagaimana aku harus menjawabnya? Ya, bagaimana ia harus menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang begitu menjebak. Ia adalah keturunan langsung Dinasti Han, sementara lembaran soal ujian di hadapannya mengharuskannya membuat essay yang mengomentari dan menghujat pemerintahan Han. Terutama pemerintahan Kaisar Han Cheng Shi yang membawa negeri menuju kehancuran.

    Yu Shi benar-benar terjepit dalam dilema. Ia tidak mungkin menuliskan essay untuk menjelekkan keluarganya sendiri, namun bila ia memberikan essay yang membela keluarganya, bukankah malah membawanya kembali ke dalam lembah kekelaman? Tangannya yang menggantung di udara perlahan-lahan kembali turun ke atas meja, akan tetapi tidak seperti peserta lain yang kini sibuk menuliskan jawaban, ia hanya bisa termangu tanpa bisa menuliskan apa-apa. Dan saat waktu ujian dinyatakan habis, hanya lembaran kosong yang dapat ia serahkan pada para pengawas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status