Kejora tak pernah tahu kalau bertemu pria bule bernama Mike ini menimbulkan efek berkepanjangan. Jelas-jelas pria itu memiliki pesona mematikan dengan mata biru dan rambut jagungnya yang dibiarkan berantakan malah menimbulkan kesan seksi yang tak terkendali saat ini.
Tangannya mendadak mengeluarkan keringat dingin nan deras dan jantungnya terus berdetak hebat menyuarakan kegugupannya yang kian kencang seiring matanya menatap dalam-dalam sosok bertubuh tinggi besar tengah menuju ke arahnya sembari melemparkan senyuman mautnya.
Deg!
Deg!
Deg!
‘Berhenti kau jantung sialan!’ maki Kejora dalam hatinya sendiri saat ini.
Degupan jantungnya seolah-olah terdengar sampai keluar, dia merasa semua orang memperhatikannya dan mencuri-curi pandang ke arah Mike. Jelas saja, pria itu memang paling berbeda penampilannya di kafe ini.
Batinnya tengah bergulat mencoba menghentikan rasa gugupnya, bibirnya terkaatup rapat seiring dengan suaranya yang tiba-tiba tertelan mendadak dan juga tangannya menggenggam ponselnya yang sudah berselubung keringat.
‘Oh shit! Bloody hell!’ umpatnya mati-matian.
Dia mencoba tersenyum walau hasilnya meringis.
Sungguh dirinya dilanda kegugupan saat ini.
“Hai, Kejora.” Sapaan dari suara bass milik Mike sudah mengalun gentle di pendengaran Kejora sampai-sampai tubuhnya kaku seakan tersengat arus listrik tiba-tiba.
Kejora mencoba membuka mulutnya, membalas sapaan Mike yang juga mengulurkan tangannya untuk bersalaman. “Ha—Hai,” balasnya sambil tersenyum meringis dan tangannya yang berkeringat mampu terangkat untuk bersalaman.
Kejora semakin memaki dalam hatinya, bisa-bisanya suara yang dia keluarkan seperti tikus terjepit begini?!
Kejora memejamkan matanya sesaat untuk mencoba memupuk rasa percaya dirinya.
“Sorry to get you wait for me,” imbuh Kejora kembali, kepalanya menengadah guna melihat wajah Mike.
Pria bule itu paham kalau Kejora, gadis mungil yang ada di hadapannya itu tengah gugup bukan main. Lantas dia tertawa begitu saja, merasa lucu mendapati pertemuan ini diselimuti rasa gugup. Padahal, wanita lainnnya tak seperti ini.
Langka.
“Hahaha, thats oke, no problem. Come on, let we sit at first moment,” ajak Mike sambil menurunkan tangannya setelah berjabat tangan dengan Kejora saat ini.
Kejora mengikuti langkah panjang Mike, kegugupannya tengah dipaksa berhenti oleh rasa malunya sendiri.
Mereka duduk berhadapan dengan Mike yang terus menerus memandanginya seolah-olah ingin menelannya bulat-bulat.
“Why you see me like that?” cicit Kejora yang semakin dibuat malu, pandangannya lama-lama kian beralih ke kiri dan ke kanan, asal tak saling bertemu dengan mata biru Mike saja.
Mike tersenyum kembali, “should i say that you are so pretty, Jora?”
Deg!
Lagi-lagi ucapan Mike membuat Kejora mematung sejenak. Pria itu mampu meletakkan petasan yang bisa mengejutkannya kapanpun juga.
“Su—sudahlah, ayo pesan makan dulu, i am so hungry,” kilah Kejora cepat-cepat sambil membuka buku menu yang ada di atas meja.
Mike hanya bisa terkekeh geli.
Tangannya mengambil buku menu yang ada di tangan Kejora. “You nervous by me? Bukunya terbalik,” lontarnya sambil membetulkan posisi buku menu itu dan meletakkannya kembali di tangan Kejora.
BLUSH!
‘Mampus! Mati saja kau Kejora Senjakala!’ Lagi-lagi batinnya tengah mencemooh dirinya saat ini.
Wajahnya memerah bukan main saat ini, ingin rasanya dia melepas wajahnya dan menenggelemkannya ke lautan saja agar bisa hilang rasa malunya. Bahkan dapat dilihatnya dari sudut matanya bagaimana Mike tengah menertawakannya karena bersikpa aneh, barang kali.
Begitulah kesan pertama dari kopi darat ini. Kejora menjadi paling memalukan sebagai perempuan dan Mike yang merasa terkagum-kagum dengan Kejora.
“Jadi, kamu akan di Bandung selama 6 bulan untuk bisnis?” tanya Kejora sambil melahap potongan pizza dengan ganas.
Dia memang lapar. Salahkan saja bos laknatnya yang membuat dirinya bekerja ekstra tanpa ampun tadi.
“Euhm, yes ... but maybe could be longer or faster,” jawab Mike sambil memakan potongan pizza terakhir yang ada di tangannya.
Kejora sengaja memilih pizza yang tak ribet saat dimakan, meskipun dia ingin sekali memesan makanan nusantara seperti piscok atau pisang coklat, bakso, mie ayam, ataupun sate kulit. Sayangnya, dia sudah kelaparan dan tak mau Mike melihatnya rakus saat ini.
Ayolah, siapa yang mau memalukan dirinya sendiri saat pertemuan pertama?
Bagi Kejora, itu bukanlah hal baik untuk diperlihatkan.
Mike yang melihat cara makan Kejora yang tak malu-malu dan tegas membuatnya semakin kagum. Perempuan ini mengagumkan!
Cantiknya luar biasa.
Rambut hitam dengan kulit kuning langsat, mata yang pas dengan hidung bangirnya disertai bibir merah menggoda yang penuh dan kenyal jika dicium, sayangnya perempuan ini berbeda. Dia tak bisa mengajak Kejora ke atas ranjang. Ini bukan dunia barat, namun dunia timur yang beradab menurutnya.
“Sudah berapa lama kamu tinggal di Indonesia? Kamu pernah berkata kalau kamu tinggal di Belanda, sebelumnya?” Mike semakin penasaran.
Beruntung dia sering datang ke Indonesia karena bisnisnya, berbicara bahasa indonesia menjadi lebih mudah saat ini.
Kejora lantas mengelap sudut-sudut bibirnya yang didapati jejak saus pizza, setelahnya menyeruput mojito yang dipesannya. Rasa dingin mengalir ke tenggorokannya dan membuatnya merasa lebih segar saat ini.
“Ya, hampir setahun untuk saat ini,”
“Suka dengan Indonesia?” tanya Mike kembali.
“Haha,” tawa Kejora terlontar saat ini, dia kembali memandang Mike dan melanjutkan jawabannya. “Suka, untuk makanannya terutama. Sejauh ini, aku masih menyukai tanah kebangsaanku ini, meskipun aku terlahir di Belanda. Menurutmu?”
Mike ikut membalas tatapan netra hitam milik Kejora, dia lantas tersenyum. “Well, so beautiful. Honestly. Bukan hanya alamnya namun juga wanitanya hahaha!”
Tawa Mike yang pecah membuat Kejora melongo seketika. Dia tak habis pikir kalau Mike bisa bercanda seperti ini.
Baguslah, setidaknya Mike bukan pria kaku seperti kanebo kering, kalau kata Kania.
Meski hanya mengobrol di kafe saja, semuanya masih menyenangkan sejauh ini.
Ponsel Kejora tak berhenti bergetar, pasti Kania menghubunginya dan merasa ingin tahu bagaimana kopi daratnya berakhir saat ini.
“Kamu serius tak mau saya antar? Sangat terlihat sekali kamu kelelahan?” tanya Mike kesekian kalinya saat mereka berada di parkiran.
“Serius, hanya menyetir sampai rumah tak akan membuatku celaka,” yakin Kejora dengan penuh percaya diri.
Mike menghela napasnya sesaat lantas tersenyum sedih, wanita itu terlalu tangguh padahal matanya sudah sayu karena merasa lelah.
“Maafkan aku mengajakmu bertemu setelah kamu bekerja,” sesal Mike kembali.
Kejora menghela napasnya sesaat, dia tak suka jika dikasihani begini. Selama ini, dia hidup sendirian dan dia merasa baik-baik saja.
“Oh my God, Mike. I am so okay now, just go to your car and lets go home. Kalau masih di sini terus, bagaimana aku cepat sampai rumah dan beristirahat?”
“Ok, itu benar, baiklah. Kau harus berhati-hati Jora, kabari aku begitu sampai rumah ya?” pinta Mike dengan berat hati.
Siapa yang menyangka seorang Kejora bisa terus memikirkan pria di dalam otaknya untuk saat ini? Bahkan dirinya sendiri pun tak menyangka akan bisa seperti ini, terperangkap dengan sosok Mike yang satu minggu lalu ditemuinya. “Kejora, kamu bisa ikut saya rapat ke perusahaan Angkasa Jaya?” ajak atasan Kejora yang merupakan direktur keuangan di sana. Deg! Srekkk! Brak! Perempuan yang dipanggil namanya itu setengah menggebrak meja karena terkejut. Kejora yang tengah duduk melamun terperanjat seketika saat mendengar suara atasannya yang tiba-tiba sudah berdiri di depan mejanya saat ini. Matanya hampir menggelinding seiring dengan jantungnya yang siap meluncur bebas.
Kalau waktu menjadi pemerhati untuk kedua insan yang saling beradu pandang, maka jelas waktu adalah sesuatu yang bisa dirasa tanpa bisa dilihat dan diraba. Semuanya menjadi satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Seperti Andromeda yang tak paham kenapa dirinya capek-capek ikut menunggu dan terus memerhatikan Kejora yang tengah menunggu sang pujaan. Tanpa ada sapaan, tanpa ada bicara dan hanya bertatapan sebentar namun dia memiliki rasa yang aneh tak terdefinisi dalam sanubarinya sendiri saat ini. *** Kejora mendesah bingung, dia menatap ponselnya lama dengan jari yang mematung, menjadi penyangga untuk ponselnya sendiri. Begitupun Andromeda yang melihat terus menerus profil Kejora, merasa aneh dengan gelagat hatinya yang tak membolehkan dirinya menggulir layar ponselnya sendiri. Jarinya bahkan bisa bimbang dalam menentukan akan memberikan love atau tidak. Lucu sekali reaksi tubuhnya saat ini. Matanya seolah-olah ada yang
Suara gaduh di pelataran benar-benar membuat Kejora risih, apa memang di sini jarang melihat pria barat? Oke, wanita asia suka sekali dengan pria Eropa. Jangan salahkan mereka, dia pun sama sukanya saat ini. Sangat lucu bagi Kejora sendiri ketika dirinya pun ikut mengagumi Mike yang datang menghampirinya. Clarissa, wanita yang menggandeng tangan Andromeda itu juga tak kalah menganga seiring matanya yang menatap Mike, pria bule berambut red ginger. Sangat langka. “Wah, cewek itu seleranya mantap juga, pria bule. Tapi, dianya sih ... biasa aja,” tutur Clarissa ikut berkomentar di samping Andromeda. Andromeda tak suka mendengarnya, kenapa wanita harus mengagumi sosok makhluk kolonialisme itu? Dia berdecih, “cih! Memang apa bagusnya mereka? Kalau begitu kenapa kamu tak mencari partner ONS bule juga?” tanya Andromeda masih dengan nada arogannya saat ini. Clarissa, wanita cantik nan modis, dengan
“Aaa!!! Tidak mau!!!” Teriakan nyaring dari mulut Kejora terdengar melengking. Ini akibat dari Mike yang menggelitiki perut Kejora. Mereka tengah bercanda tawa di pinggir pantai. Usai pertemuan kedua dan ketiga, Mike setuju ikut berlibur bersama Kejora dan kedua sahabatnya yang lain, Kania dan pacarnya. Mereka tengah berlibur ke Bali. “Makanya jangan bermain-main denganku, hahaha ....” tawa puas Mike bahkan terdengar menggelegar. Tadi, Kejora hanya mengerjai Mike untuk memakan makanan yang terbuat dari kaki ayam. Mike yang tak pernah mencoba merasa jijik dan membayangkan bagaimana bisa kaki hewan yang tak berpelindung itu dimakan.
Di tengah malam yang dingin, pria berdarah Eropa itu harus puas dipukuli oleh Kejora yang tak terima karena Mike melihatnya mengenakan bikini. Meski sekarang gadis itu sudah mengenakan handuk yang menutupi hampir seluruh tubuhnya namun tetap saja, Kejora merasa sudah ternodai oleh Mike. “You are pervert Mike!!!” Lagi-lagi dia berteriak kencang, memekakkan telinga Mike tanpa ampun. “Wait! Wait! Wait! Please stop Jora, i am just kidding, au! Stop Jora ... stop ....” Mike menangkap kedua pergelangan tangan Kejora yang terdampar di dadanya. Kejora terdiam, dia membisu karena pandangan netra biru Mike mengunci matanya saat ini. Wajah Mike yang tampan dengan tatapan intens miliknya tertuju pada Kejora. Kejora membeku, tubuhnya kaku tak bisa digerakkan. Otaknya menjadi lumpuh hanya karena tatapan misteri yang diberikan oleh sang Dewa Adonis saat ini. Grep! Srek! Satu hentakan kuat menarik tubuh mungil Kej
Saat debur ombak mulai menggulung hebat tanpa henti, saat itu juga Kejora harus dibuat terkejut akan apa yang tengah dikatakan oleh Mike saat ini. Di pinggir pantai yang sepi, usai mereka mengendarai motor dan berboncengan, Kejora tak menyangka akan mendapatkan pernyataan cinta mendadak saat ini. Telinganya berdenging saat ini. “I like you, lets we make our relationship?” ucap Mike dengan lantang. Pria itu berdiri di hadapan Kejora dengan rasa percaya dirinya yang tinggi. Namun, di sisi lain dia merasa gugup saat berusaha menyatakan ketertarikannya. Kejora terpekur mendengarnya. Dia diam dengan mata yang berkedip-kedip cepat, namun .... Tidak ada kupu-kupu dalam perutnya yang bergerombol memaksa keluar, meskipun dadanya bergemuruh hebat. Tangannya meraba dadanya sendiri. Seharusnya dia senang karena Mike mengungkapkan perasaannya namun .... Keduanya saling te
Tatapan bingung yang dilontarkan Kejora kepada Kania, Adam dan Mike menjadi satu kesatuan utuh. “Kenapa sih kalian ada di depan pintu?” tanyanya dengan polos saat itu juga. Adam sendiri memilih mencari-cai sesuatu lantas menyentuh kening Kania yang saat ini sudah berbaring. “Kania sakit, dia tak bawa kunci kamar kalian dan ... dia dengan Adam menggedor pintu sampai akupun ikut membantu, aku heran kamu sedang apa sampai tak mendengarnya,” tutur Mike yang kini duduk di sofa mengutak-atik tayangan di televise. “Loh, kamu sakit?!” Kejora terburu-buru menghampiri Kania. Sahabatnya itu sudah bergelung selimut dengan wajah sayunya yang memerah. “Dia hanya demam, kelelahan karena berjalan-jalan tadi,” timpal Adam yang mulai menyodorkan segelas air mineral dan paracetamol. Kania yang masih dongkol dengan Kejora pun memilih duduk sebentar untuk meminum obatnya. Rasa pahit obat sepertinya lebih
Atas keyakinan yang diberikan Kania kepadanya, Kejora pun akhirnya berinisiatif merespon ajakan Andromeda untuk bertemu. Andromeda sendiri begitu bersemangat saat Kejora mau meresponnya. Kejora rupanya bukan wanita neko-neko yang akan jual mahal kepadanya. Atas saran dari Kania, Kejora mengajak bertemu di salah satu klub dekat pantai. Dia dengan bersusah payah mengajak Kania ke mall hanya ingin membeli dress untuk bertemu Andromeda. “Kamu ketemu Mike cuek bebek, sekarang ribut mau beli dress karena mau ketemu Andromeda, aku bingung Mike lebih cakep tapi kamu malah kepincutnya sama pria lokal. Matamu kayaknya eror deh,” omel Kania yang menunggui Kejora. Wanita itu tengah memilih-milih dress. “Ayolah ... aku udah bosan sama muka-muka Eropa,” kilahnya dengan diplomatis. Alasan yang sangat tepat sampai-sampai Kania menyetujuinya. “Iya juga sih, hidupmu 22 tahun di Belanda ya pasti bosen liat bule, coba kalau aku