Share

7. Gugup Di Hadapannya!

Kejora tak pernah tahu kalau bertemu pria bule bernama Mike ini menimbulkan efek berkepanjangan. Jelas-jelas pria itu memiliki pesona mematikan dengan mata biru dan rambut jagungnya yang dibiarkan berantakan malah menimbulkan kesan seksi yang tak terkendali saat ini.

Tangannya mendadak mengeluarkan keringat dingin nan deras dan jantungnya terus berdetak hebat menyuarakan kegugupannya yang kian kencang seiring matanya menatap dalam-dalam sosok bertubuh tinggi besar tengah menuju ke arahnya sembari melemparkan senyuman mautnya.

Deg!

Deg!

Deg!

‘Berhenti kau jantung sialan!’ maki Kejora dalam hatinya sendiri saat ini.

Degupan jantungnya seolah-olah terdengar sampai keluar, dia merasa semua orang memperhatikannya dan mencuri-curi pandang ke arah Mike. Jelas saja, pria itu memang paling berbeda penampilannya di kafe ini.

Batinnya tengah bergulat mencoba menghentikan rasa gugupnya, bibirnya terkaatup rapat seiring dengan suaranya yang tiba-tiba tertelan mendadak dan juga tangannya menggenggam ponselnya yang sudah berselubung keringat.

‘Oh shit! Bloody hell!’ umpatnya mati-matian.

Dia mencoba tersenyum walau hasilnya meringis.

Sungguh dirinya dilanda kegugupan saat ini.

“Hai, Kejora.” Sapaan dari suara bass milik Mike sudah mengalun gentle di pendengaran Kejora sampai-sampai tubuhnya kaku seakan tersengat arus listrik tiba-tiba.

Kejora mencoba membuka mulutnya, membalas sapaan Mike yang juga mengulurkan tangannya untuk bersalaman. “Ha—Hai,” balasnya sambil tersenyum meringis dan tangannya yang berkeringat mampu terangkat untuk bersalaman.

Kejora semakin memaki dalam hatinya, bisa-bisanya suara yang dia keluarkan seperti tikus terjepit begini?!

Kejora memejamkan matanya sesaat untuk mencoba memupuk rasa percaya dirinya.

“Sorry to get you wait for me,” imbuh Kejora kembali, kepalanya menengadah guna melihat wajah Mike.

Pria bule itu paham kalau Kejora, gadis mungil yang ada di hadapannya itu tengah gugup bukan main. Lantas dia tertawa begitu saja, merasa lucu mendapati pertemuan ini diselimuti rasa gugup. Padahal, wanita lainnnya tak seperti ini.

Langka.

“Hahaha, thats oke, no problem. Come on, let we sit at first moment,” ajak Mike sambil menurunkan tangannya setelah berjabat tangan dengan Kejora saat ini.

Kejora mengikuti langkah panjang Mike, kegugupannya tengah dipaksa berhenti oleh rasa malunya sendiri.

Mereka duduk berhadapan dengan Mike yang terus menerus memandanginya seolah-olah ingin menelannya bulat-bulat.

“Why you see me like that?” cicit Kejora yang semakin dibuat malu, pandangannya lama-lama kian beralih ke kiri dan ke kanan, asal tak saling bertemu dengan mata biru Mike saja.

Mike tersenyum kembali, “should i say that you are so pretty, Jora?”

Deg!

Lagi-lagi ucapan Mike membuat Kejora mematung sejenak. Pria itu mampu meletakkan petasan yang bisa mengejutkannya kapanpun juga.

“Su—sudahlah, ayo pesan makan dulu, i am so hungry,” kilah Kejora cepat-cepat sambil membuka buku menu yang ada di atas meja.

Mike hanya bisa terkekeh geli.

Tangannya mengambil buku menu yang ada di tangan Kejora. “You nervous by me? Bukunya terbalik,” lontarnya sambil membetulkan posisi buku menu itu dan meletakkannya kembali di tangan Kejora.

BLUSH!

‘Mampus! Mati saja kau Kejora Senjakala!’ Lagi-lagi batinnya tengah mencemooh dirinya saat ini.

Wajahnya memerah bukan main saat ini, ingin rasanya dia melepas wajahnya dan menenggelemkannya ke lautan saja  agar bisa hilang rasa malunya. Bahkan dapat dilihatnya dari sudut matanya bagaimana Mike tengah menertawakannya karena bersikpa aneh, barang kali.

Begitulah kesan pertama dari kopi darat ini. Kejora menjadi paling memalukan sebagai perempuan dan Mike yang merasa terkagum-kagum dengan Kejora.

“Jadi, kamu akan di Bandung selama 6 bulan untuk bisnis?” tanya Kejora sambil melahap potongan pizza dengan ganas.

Dia memang lapar. Salahkan saja bos laknatnya yang membuat dirinya bekerja ekstra tanpa ampun tadi.

“Euhm, yes ... but maybe could be longer or faster,” jawab Mike sambil memakan potongan pizza terakhir yang ada di tangannya.

Kejora sengaja memilih pizza yang tak ribet saat dimakan, meskipun dia ingin sekali memesan makanan nusantara seperti piscok atau pisang coklat, bakso, mie ayam, ataupun sate kulit. Sayangnya, dia sudah kelaparan dan tak mau Mike melihatnya rakus saat ini.

Ayolah, siapa yang mau memalukan dirinya sendiri saat pertemuan pertama?

Bagi Kejora, itu bukanlah hal baik untuk diperlihatkan.

Mike yang melihat cara makan Kejora yang tak malu-malu dan tegas membuatnya semakin kagum. Perempuan ini mengagumkan!

Cantiknya luar biasa.

Rambut hitam dengan kulit kuning langsat, mata yang pas dengan hidung bangirnya disertai bibir merah menggoda yang penuh dan kenyal jika dicium, sayangnya perempuan ini berbeda. Dia tak bisa mengajak Kejora ke atas ranjang. Ini bukan dunia barat, namun dunia timur yang beradab menurutnya.

“Sudah berapa lama kamu tinggal di Indonesia? Kamu pernah berkata kalau kamu tinggal di Belanda, sebelumnya?” Mike semakin penasaran.

Beruntung dia sering datang ke Indonesia karena bisnisnya, berbicara bahasa indonesia menjadi lebih mudah saat ini.

Kejora lantas mengelap sudut-sudut bibirnya yang didapati jejak saus pizza, setelahnya menyeruput mojito yang dipesannya. Rasa dingin mengalir ke tenggorokannya dan membuatnya merasa lebih segar saat ini.

“Ya, hampir setahun untuk saat ini,”

“Suka dengan Indonesia?” tanya Mike kembali.

“Haha,” tawa Kejora terlontar saat ini, dia kembali memandang Mike dan melanjutkan jawabannya. “Suka, untuk makanannya terutama. Sejauh ini, aku masih menyukai tanah kebangsaanku ini, meskipun aku terlahir di Belanda. Menurutmu?”

Mike ikut membalas tatapan netra hitam milik Kejora, dia lantas tersenyum. “Well, so beautiful. Honestly. Bukan hanya alamnya namun juga wanitanya hahaha!”

Tawa Mike yang pecah membuat Kejora melongo seketika. Dia tak habis pikir kalau Mike bisa bercanda seperti ini.

Baguslah, setidaknya Mike bukan pria kaku seperti kanebo kering, kalau kata Kania.

Meski hanya mengobrol di kafe saja, semuanya masih menyenangkan sejauh ini.

Ponsel Kejora tak berhenti bergetar, pasti Kania menghubunginya dan merasa ingin tahu bagaimana kopi daratnya berakhir saat ini.

“Kamu serius tak mau saya antar? Sangat terlihat sekali kamu kelelahan?” tanya Mike kesekian kalinya saat mereka berada di parkiran.

“Serius, hanya menyetir sampai rumah tak akan membuatku celaka,” yakin Kejora dengan penuh percaya diri.

Mike menghela napasnya sesaat lantas tersenyum sedih, wanita itu terlalu tangguh padahal matanya sudah sayu karena merasa lelah.

“Maafkan aku mengajakmu bertemu setelah kamu bekerja,” sesal Mike kembali.

Kejora menghela napasnya sesaat, dia tak suka jika dikasihani begini. Selama ini, dia hidup sendirian dan dia merasa baik-baik saja.

“Oh my God, Mike. I am so okay now, just go to your car and lets go home. Kalau masih di sini terus, bagaimana aku cepat sampai rumah dan beristirahat?”

“Ok, itu benar, baiklah. Kau harus berhati-hati Jora, kabari aku begitu sampai rumah ya?” pinta Mike dengan berat hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status