Story 18+ "Kenapa kita harus begini?!!!" bentak Kejora sambil bercucuran air mata memandangi satu pria yang terduduk menunduk. Yang dituju pun diam seribu bahasa. Akibat ketidaktahuan mereka berdua, cucu Adam dan Hawa itu pun melakukan hal yang dilarang. Percintaan sedarah. Berawal dari Kejora yang dibujuk untuk mencari pendamping hidup, dia pun membuka aplikasi dating yang tengah marak-maraknya saat ini. Sudah beberapa pria ditemuinya namun, tidak ada yang dia sukai atau menarik hatinya secuil pun. Sampai dia menemukan satu pria yang memberinya love muncul di pemberitahuannya. Awal mula yang manis bagi Kejora dan Andromeda yang sama-sama sedang mencari pasangan. Dimabuk asmara sekaligus hasrat membara menyelimuti keduanya. Mereka tak tahu kalau mereka adalah kakak beradik yang terpisah akibat keegoisan kedua orangtuanya yang bercerai. Terlibat cinta sedarah sampai melakukan hubungan terlarang sudah dilakoninya. Saat kedua orangtuanya mempertemukannya satu sama lain, saat itu juga mereka menjadi piring yang terjatuh di lantai, pecah berserakan dengan hati yang luka. Bagaimana kisah cinta yang sudah mereka miliki?
view more“Siapa yang kamu sedang dekati, Andro?” Suara bass sang Ayah menginterupsi pria muda yang tengah memasuki rumah itu.
Dia memandang sang ayah yang terlihat begitu mengintimidasi saat ini. Bukan karena apa-apa, namun pria itu tak mau melihat sosok yang paling dibencinya itu. Baru kali ini, pria yang berstatus ayahnya itu mempertanyakan keadaannya.
“Memangnya kenapa? Anda tak pernah peduli kepada saya sebelumnya,” sanggah pria itu sambil menatap tajam sang ayah yang terbilang memiliki duplikasi wajah seperti dirinya.
Dia membenci jika harus melihat wajah yang sayangnya dia tak bisa mengubah bentuk wajah yang terkutuk itu. Dia memilih untuk melewati sang Ayah tanpa harus bersikap sopan, dia sudah terbiasa melakukannya.
“Kamu boleh mendekati gadis mana pun, mau itu ningrat atau pelacur sekali pun. Namun, jangan kamu lanjutkan hubunganmu dengan gadis itu, Kejora.”
Deg!
Pria itu berbalik menatap tajam, sekilas menampilkan mata pisau tajam yang siap menebas siapa pun yang tersentuh dengan bilahnya.
Tangannya yang menggantung di sisi tubuhnya sudah mengepal kencang. Sudut-sudut bibirnya tertarik, membentuk garis bibir datar nan tipis. Matanya berkabut dengan segala rasa marah yang menumpuk.
“Bukan urusan anda saya tengah bersama siapa! Anda pun dari dulu tak pernah memperhatikan saya!” teriak pria itu lantang dan penuh dendam yang membara.
“Dia adalah adikmu, Andromeda!!” Pria dengan gurat-gurat wajah yang menunjukkan usia menua itu membalas dengan bentakan kepada putranya.
DEG!
***
Grep!
“Hah!!! Hah!!!” Napas seorang gadis yang baru saja terbangun dari mimpi buruknya itu begitu kencang menghempas partikel udara lainnya.
Tubuhnya terguncang seiring dengan kucuran keringat yang mengalir deras, terproduksi dari permukaan sel-sel kulitnya saat ini. AC semakin menghembuskan udara dingin ke arahnya, namun tetap saja tak menghilangkan getaran ketakutan yang ada di tubuhnya.
Drrttt ... drrt ...
Ponsel miliknya sudah bergetar di atas nakas, menampilkan nyala cahaya latar yang berkedip-kedip. Lantas gadis itu menyisipkan jarinya ke dalam helaian rambut tebal miliknya. Menarik dan menyisirnya sebentar, lantas mengambil ponsel miliknya.
Terlihat satu nama kontak yang tertampilkan. Mama.
Ibu jarinya bergerak ke kanan, menggeser ikon hijau dan menempelkan benda pipih itu ke telinga kirinya.
“Halo, Ma ... ada apa?” tanyanya sambil bangkit dari pembaringannya.
Sreeekkk!
Dibukanya gorden yang menghalangi cahaya untuk masuk ke dalam ruangannya itu saat ini.
“Kamu di mana? Jadi mau ke Indonesia, Jora?” tanya sang Ibu yang memiliki suara menenangkan itu.
Panggilan yang disematkan sang Ibu selalu disebut oleh wanita itu sendiri.
“Iya, Ma ... Jora jadi dong ke Bandungnya, Mama jangan suruh Jora untuk stay di sini ....”
Sejenak suasana menjadi hening. Kejora atau yang biasa dipanggil Jora oleh sang ibu itu bersedekap, berdiri mengahadap keluar jendela dan menatap sinar matahari yang lembut saat ini. Dia selalu mengagumi matahari yang tengah menampakkan dirinya di balik awan-awan putih musim salju saat ini.
“Ya sudah, Mama tak bisa juga menahan kamu di sini. Asal kamu baik-baik di sana ya?” pesan sang ibu yang mengkhawatirkan anak gadis satu-satunya itu.
Sedikit banyaknya mereka saling bertukar pesan sebelum berpisah.
Kejora sendiri sudah mengakhiri panggilannya dengan sang ibu. Dia sudah merapikan seluruh pakaian dan keperluannya untuk pindah ke Indonesia kembali. Terlahir dari keturunan Nusantara namun tinggal di Belanda selama masa hidupnya. Beberapa kali mengunjungi negara asalnya, dia memutuskan untuk tinggal di sana.
Dia menatap satu skripsinya yang sangat dia banggakan. Bagaimana dia berjuang untuk mendapatkan gelar sarjana yang tak mudah di negara Eropa ini. tangannya mengusap sampul skripsi miliknya, menatap lamat-lamat judulnya dan segera memasukkannya ke dalam koper.
Suara musik mengalun merdu memenuhi ruangan flat kecil miliknya. Lagu dari band terkenal legendaris Simple Plan yang menyanyikan Welcome to My Life, yang menggambarkan suasana hatinya.
Bahkan dia ikut bernyanyi sambil terus packing sebelum benar-benar pergi dari tempat yang nyaman ini.
Semuanya akan berubah setelah ini. Mungkin dia tak akan merasakan musim dingin setiap harinya.
Jendela yang terbuka menampilkan pemandangan jalanan yang dipenuhi hamparan butiran putih menakjubkan, butiran halus, mengkristal dan sangat dingin jika bersentuhan dengan permukaan telapak tangannya.
Dihirupnya oksigen yang begitu penuh di sekelilingnya. Dingin namun ....
Kejora menggerek koper miliknya keluar dari flat miliknya saat ini. Dia lantas berbalik, menutup pintunya dan menguncinya.
“Vaarwel schat ....”1
Selamat tinggal, Sayang. (1)
Tangannya bergerak menggeret koper miliknya keluar bangunan dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil miliknya.
***
“Kamu nggak mau makan dulu Ra?” tawar Rina sambil merangkul hangat sang putrinya itu.
“Kan tadi aku sudah makan Mam ...,” kilah Kejora saat ini.
Rina hanya bisa menghela napasnya saat ini. Dia memang sudah lama tak tinggal bersama putrinya sejak putrinya itu menduduki bangku SMA. Apalagi Kejora yang tak dekat ayah tirinya yang baru dinikahi saat usia putrinya 16 tahun atau di saat Kejora duduk di bangku SMA.
“Als je daar hulp nodig hebt, vertel het dan aan papa?”2 pinta pria yang menjadi suami Rina yang berdarah Belanda itu.
Kalau ada apa-apa di sana, beritahu Ayah ya? (2)
Kejora terkekeh mendengarnya. Dia memang tak akrab dengan ayah tirinya, namun ayah tirinya itu menjadi pria yang berdiri paling depan untuknya, menolongnya dan membelanya tentu saja.
Kejora memeluk Marje, ayahnya dengan erat. Suara jenaka sang ayah selalu terdengar riang.
“Aku sayang kalian semua ... aku pergi ya?” pamitnya sambil mengecup pipi kedua orangtuanya bergantian.
Rina hanya bisa memandangi kepergian putrinya yang sudah memasuki bandara Amsterdam saat ini. Dia melepaskan kepergian Kejora dengan penuh rasa sedih.
“Tak apa-apa, nanti kita menjenguknya,” hibur Marje kepada sang istri.
***
Kejora memasuki pesawat yang bertujuan Jakarta. Akan memakan waktu 14 jam lamanya. Dia menyandarkan kepalanya dan menutup matanya dengan penuh ketenangan. Sebentar lagi, hidupnya akan berubah.
‘Tot ziens Nederlands,’3 ucap batinnya saat matanya memandang negara dimana sang ibu tinggal.
Selamat tinggal Belanda. (3)
Kehidupan Kejora terlalu biasa dan mengikuti didikan sang ibu yang berbudaya ketimuran. Dia sudah mengubur masa lalunya seiring dengan pesawat yang lepas landas. Hati dan tubuhnya akan berada di tempat baru dan membuka kenangan baru.
***
“Ini rumahnya Non ...,” ucap si sopir taksi yang mengantarnya.
“Terima kasih ya Pak?” timpal Kejora sambil memberikan ongkos kepada sopir itu.
Dia beranjak dan memasuki rumah mungil yang dibelikan oleh sang ayah. Kejora harus mengucapkan terima kasih kepada Marje, pria yang selalu baik kepadanya meski dia masih menjaga jarak saat ini. usai delapan tahun pernikahan kedua ibunya.
Segera saja Kejora mencari tempat tidur. Jetlag yang dirasakannya membuat kepalanya terasa berputar-putar dan dia memilih untuk tidur saja. Bagaimana pun juga, transportasi udara memang sangat membuat tak nyaman, saat mulai memainkan ketinggian dan tekanan.
Larasduduk termangu menopang dagu pada kosen jendela kamarnya. Wajahnya yang pucat itu basah karena percikan hujan. Larasmengulurkan tangan, tetesan air hujan berkumpul di telapak tangannya. Berjatuhan ketika ia mencoba menggenggamnya.Ia menatap ke seberang jalan. Matanya menangkap sesosok laki-laki yang berlari menerobos hujan. Menuju jendela kamar tempat ia duduk. Langkahnya begitu cepat karena tungkainya yang panjang. Hanya perlu waktu sebentar saja dan sekarang ia sudah berdiri di hadapan Hanna.Larasberdiri dari duduknya, dengan dua alis yang saling bertaut ia menatap lekat wajah laki-laki yang berada di hadapannya. Senyum seindah bulan sabit tergambar di wajah si laki-laki, lalu tangan dinginnya membelai pipi Larasyang basah.“Hai Han,” sapa si laki-laki di tengah derasnya hujan.“Ilham …,” balas Laraslirih, hampir tak terdengar.Ilham, laki-laki itu merengkuh kedua tangan kecil Lara
“Mom, kapan kita akan bertemu dengan Iriana lagi?” Anak laki-laki berumur 9 tahun terus saja bertanya soal bertemu dengan Iriana, membuat Kejora tersenyum.“Inginnya kapan?” Kejora mengelus lembut rambut milik putranya itu. Rambut coklat yang menuruni gen darinya dan juga rambut yang selalu dielu-elukan oleh neneknya.“Barta inginnya bertemu besok!” seru anak itu sambil sesekali memeluk leher milik ibunya.“Ya, besok kita akan terbang ke Indonesia, mengunjungi Iriana, ok?”“Hu’um!” Barta menganggukkan kepalanya bersemangat, membayangkan wajah gadis kecil yang ditemuinya 3 tahun lalu itu dan merindukannya.“Memangnya kenapa ingin bertemu dengan Iriana? Dia menangis saat kamu mengejarnya tuh,”timpal Mike yang baru saja pulang dari kantornya.Dia mengecup lembut kening Kejora lantas duduk di samping istrinya. Kejora sendiri tersenyum saja, seperti biasan
Mikesedang membantu Kejoramengeringkan rambutnya setelah tidur semalaman efek dirinya yang membuat Kejorakelelahan karena ulahnya. Bahkan senyumannya pun tersungging jelas tanpa surut barang sedetikpun.Kejoraikut tertular senyuman itu. Dia memotret posenya dengan perut besar dan dibelakangnya Mikesedang berkonsentrasi mengeringkan rambutnya menggunakan handuk, dia paling anti dengan hairdryer, penyebab dirinya mengeringkan rambutnya dengan handuk terus menerus.Dia memotretnya melalui pantulan cermin, aestetik! Dengan lancar dirinya mengunggah di media sosial miliknya. Hitungan menit saja sudah banyak like yang didapatkan bersamaan dengan kolom komentar yang mulai ramai itu. Dia terkikik geli membacanya.“Kok ketawanya sendiri sih?” protes Mikesambil mengalungkan lengannya memeluk leher Kejora. Dia selalu senang menghirup aroma yang menguar dari tubuh istrinya itu, bagai candu yang mampu
“Kenapa ada susu hamil?” Kejora yang tengah memeriksa laci dapur pun melihat dua kotak susu. Dia ingat sedari kemarin Mike selalu memberinya susu hamil.“Kita periksa kandungan bukan?”Kembali Kejora bersuara, wajahnya datar dan nada bicaranya dingin bukan main, merasa kalau Mike memiliki sesuatu yang disembunyikan.Mike yang baru saja pulang dari bekerja pun meringis bingung. Dia tak menyangka Kejora akan segera mengetahuinya. Dia terlalu bodoh sampai-sampai dia sendiri malah ketahuan. Susu hamil! Gara-gara susu itu dia mulai ….“Sayang, itu ….”“Apa kamu berpikir aku akan menggugurkannya sama seperti saat itu? Kau gila jika aku berpikir begitu Mike!” seru Kejora sambil melemparkan sekotak susu mengenai tubuh suaminya.Miketertegun mendengar jawaban Kejora. Dia begitu merasa tertohok karena pertanyaan Kejoradengan mata sayunya yang memandan
Dua bulan pernikahan memang sudah menjadi suatu kebiasaan baru bagi Kejora. Wanita itu sudah terbiasa dengan kehadiran Mike di sampingnya dan pasti memeluknya juga. Lengan kekar Mike selalu berakhir melingkar di perutnya.Apalagi saat dirinya berbalik dan mendapati tubuh Mike yang setengah telanjang menjadi pemandangan pertama yang dijumpai oleh matanya.Namun, memandangi wajah pulas Mike berlarut-larut malah memancing mual sampai Kejora berlari menuju wastafel. Mike yang mendengarnya membuka mata seiring suara berisik yang timbul oleh Kejora saat ini.Hoek! Hoek!Kejora berkali-kali memuntahkan isi perutnya.Melihat Kejora yang pucat semakin membuat khawatir Mike. “Are you ok?” tanyanya sambil memapah Kejora.Kejora menggeleng pelan.***Kejoramasih duduk melamun sendirian. Dia yang terlalu polos hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja saat ini. Benar-benar bukan hal biasa baginya
Benar-benar terasa indah jika seperti ini dengan kencan dan senyum yang ditawarkan. Kejoramemegang tangan besar Mikesepanjang perjalanan menuju tempat pulang. Berkendara di malam hari setelah berkencan memang menyenangkan.Hatinya sangat terasa bahagia hanya karena bisa berduaan dengan Mikesaat ini. Malam yang sepi dengan hujan deras menghias jalanan sampai-sampai jalanan di malam hari yang biasanya tak pernah sepi kini lengang termakan derasnya hujan.Mikemasih berfokus menyetir membawa mobilnya, namun entah kenapa dia mengingat suatu hal yang paling ingin dilakukannya saat ini. Mencumbu Kejorasampai mencapai klimaksnya.“Sayang,” panggil Mikedengan mata yang masih memandang ke depan.“Heum?” Kejoramenunggu kelanjutan perkataan Mike.“Kita ke hotel saja yuk? Rasanya kita tak pernah berbulan madu…,” bisiknya lirih.Kejoratercenung men
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments