Alga menatap foto seorang perempuan cantik di tangannya, kemudian mengelus gambar itu untuk beberapa saat, dan ingatannya melayang pada kejadian hampir setahun silam.
"Sah ...!" ucap saksi yang hadir saat Alga selesai mengucap ijab qobul dihadapan penghulu. Dia menghembuskan nafas beratnya.. dan sebuah tepukan hangat dipundaknya, membuat Alga berpaling. Lelaki itu melihat senyum bahagia terukir diwajah ayahnya yang sudah mendampinginya di hari bahagianya ini. "Bahagia--"Benarkah ini hari bahagia? hati kecil Alga ingin berteriak. Nyatanya dia tak pernah menginginkan menikah secepat ini, disaat dia sebenarnya telah memiliki kekasih terlebih dengan perempuan asing yang belum di kenalnya.Alga mengedarkan pandangan, mencari sosok perempuan yang sudah dinikahinya. Tapi dia tak menemukan perempuan itu. Pelaminan sederhana yang ada di rumah ini kosong ... bahkan sejak dia dan rombongan keluarganya baru datang ke rumah ini. "Maaf ... maemunahnya masih di kamar, belum selesai dirias, sebentar lagi dia akan datang kalo sudah selesai," bisik lelaki paruh baya yang Alga kenal sebagai paman istrinya tersebut. Tapi hingga waktu berlalu, dan penghulu sudah beranjak pulang, perempuan yang bernama Siti Maemunah itu belum juga menampakkan dirinya. "Bagaimana Pak Arman--? mempelai perempuanya sudah siap? ini sudah saatnya mau foto-foto," bisik seorang fotografer yang sudah diundang untuk mengabadikan momen pernikahan hari ini. Lelaki bernama Arman itu tampak gelisah. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran."Maaf semuanya. Sebentar saya lihat dulu ke dalam," ujarnya sambil berlalu. Dia membungkuk kecil pada Alga dan keluarga menantunya itu. "Apa yang terjadi, Pah?" tanya Ela, Ibu Alga yang dijawab dengan gelengan, Alga hanya mengamati keadaan disekelilingnya tak mengerti. Situasi tampak normal, masih banyak tamu tamu yang berdatangan ke tempat ini, hanya saja pelaminan yang seharusnya menjadi tempatnya duduk masih sepi, dia pun enggan berpindah duduk dari tempatnya sekarang ke tempat yang dipenuhi hiasan bunga-bunga tersebut.Ayah Alga tampak melihat ke arah jam tangannya. Pak Arman belum juga keluar sejak pamit ke dalam tadi."Bagaimana ini?" Ibu Alga mulai khawatir, dan dari arah pintu besar yang menghubungkan ruang tamu dengan ruang tengah, tampak beberapa orang mondar mandir dengan langkah langkah cepat."Sesuatu telah terjadi," gumam Alga melihat keadaan itu."Jangan-jangan istrimu kabur, Mas," celetuk Dian, adiknya dengan senyum miring."Huss." Ibu Alga buru-buru mencubit lengan putrinya yang memang duduk di sampingnya."Jangan bicara yang enggak-enggak, jangan dulu berprasangka," ucap Ibu Ela lagi. Dian hanya tertawa kecil."Mau taruhan, Bu? " "Sudah-sudah ... kita tunggu saja kedatangan Pa Arman." Akhirnya Pa Handoko melerai putri dan istrinya.Alga hanya dapat termenung, meski berusaha mengabaikan kata-kata Dian, tapi entah mengapa hal itu terus mengganggu dirinya hingga membuat jantungnya berdetak cepat. Mungkinkah dugaan adiknya benar? Istri yang baru dinikahinya telah kabur?Kalau memang itu benar, harusnya dia lega bukan? dia tak harus hidup berada dalam satu atap dengan perempuan yang tak dikenalnya itu? dia bisa terus melanjutkan hubungannya dengan Hani, perempuan rupawan yang telah dipacarinya selama 3 tahun.
Hani ... kekasihnya itu tengah menempuh pendidikan S2 nya di luar negri, selama dua bulan belakangan Alga hampir melupakan sosok yang menjadi penghuni hatinya itu karena perjodohan yang digagas Ayahnya dengan Pa Arman. Alga bahkan tak memberitahukan rencana pernikahannya karna takut membuat Hani terluka dan mengganggu kegiatan studinya. "Mas, lihat tuh Pa Arman ... wajahnya pucat ... 100 % aku yakin istrimu itu kabur." Dian mencolek lengan Alga. Pak Arman terlihat tergopoh gopoh mendatangi tempat rombongan keluarga menantunya duduk. "Apa yang terjadi, Pak ...?" tanya Pak Handoko menyambut kedatangan Pa Arman."Maafkan saya, Pa.""Katakan saja, ada apa ... gak usah takut ... saya akan menerimanya dengan lapang dada ...," ujar Pa Handoko bijak. Pa Arman tertunduk. Dian tampak akan bersuara tapi Pa Handoko buru-buru menggeleng."Maafkan saya yang tak becus mengurus keponakan saya, Pa. Siti Maemunah telah pergi ... saya sudah menyuruh beberapa orang untuk mencarinya karna dia kemungkinan belum jauh ... kalau sudah ada kabar, saya sendiri yang akan mengantarnya ke tempat Bapak," ujar Pa Arman lirih.Dian tersenyum menang, dugaannya benar."Maafkan saya, Pak ... saya benar-benar malu. Maemunah tidak menunjukkan gelagat aneh saat menanda tangani buku nikah sesaat sebelum akad, dia tampak baik-baik saja," ujar Pa Arman lirih."Kita tunggu saja sampai dia ketemu, Pa. Setelah itu kita akan putuskan kelanjutan status pernikahan ini." putus Pa Handoko."Seharusnya kita dengarkan keputusan Mas Alga, Pah?" ucap Dian melihat kakaknya hanya diam."Alga ... apa yang kamu fikirkan ... apa ada yang ingin kamu katakan?" tanya Pa Handoko akhirnya."Seperti kata Papah ... kita tunggu saja ...," gumam Alga. Mendadak hatinya menjadi sesak. Baru kali ini dia merasakan kekecewaan yang luar biasa. Bukan ... bukan karna dia mulai menerima Siti Maemunah sebagai istrinya. tapi dia merasa perempuan itu sudah menginjak injak harga dirinya, seharusnya perempuan itu menolak perjodohan ini sejak awal, maka pernikahan ini gak akan terjadi, dan Ayahnya pasti gak akan memaksanya jika Siti Maemunah yang menolaknya. Tapi perempuan itu memilih jalan seperti ini, jalan yang membuat Alga terperangkap dalam status baru yaitu menjadi seorang suami."Sekali lagi maafkan saya, Pak." Pa Arman masih tertunduk di hadapan Pak Handoko. "Sudah ... sudah ... gak papa." Pa Handoko mengelus elus punggung Pa Arman, sesuatu yang membuat Alga muak. Yah ... dia harus menemukan maemunah, dan membalas perbuatan perempuan itu. Harus.. "Pak...." "Tok ... tok ... tok.""Pak Alga ..."Alga terkesiap dari lamunannya, buru-buru dia memasukan foto istrinya ke dalam dompet dan berpaling ke arah pintu. Tampak sekretarisnya, Lina sudah berada dipintu kantornya."Maaf, Pak .. ada Ibu Hani di depan ... saya sudah bilang bapak sedang sibuk, tapi dia memaksa.""Suruh dia pergi, terserah bagaimana caranya, saya sedang banyak fikiran dan tak memiliki mood bagus buat trima tamu siapapun, Lin," ucap Alga."Baik, Pak ..." Lina menutup pintu Kantor bosnya tersebut, tapi belum sempat pintu tertutup rapat, seorang perempuan muda tiba tiba menyeruak masuk."Sayang ... aku rindu ..." Perempuan itu memeluk Alga tanpa sempat mengelak. Lina yang melihat hal itu buru-buru menutup pintu dan berlalu mengerjakan tugasnya, dia tak mau mencampuri urusan Bos nya tersebut."Kenapa menolak ku?" ucap Hani merajuk. "Maaf.. aku sedang banyak pekerjaan ... aku sudah bilang di telpon kemarin akan mengunjungimu malem ini ... jadi kamu gak perlu datang kemari," ucap Alga datar."kamu tau kan kalo aku di indonesia cuma sebentar, jadi harusnya kita bisa memanfaatkan waktu dengan baik ... kamu bahkan ga menjemputku di Bandara. ""Aku sedang mengerjakan proyek besar ... maaf ya ....""Oke aku maafkan ... tapi temani aku makan siang ya ... ini sudah jam duabelas, yuk." Hani menarik lengan Alga, membuat lelaki itu akhirnya mengikuti langkah kekasihnya."Ada restoran baru buka ... kata temanku menunya enak-enak, kita kesana ya ... tempatnya deket sini kok. Aku sudah reservasi" Alga hanya diam mendengarkan ocehan Hani yang menceritakan banyak hal tentang studinya dan hidupnya di negri orang ... hingga perjalanan mereka menuju restoran yang di pesan gadis itu akhirnya sampai.Mereka langsung menuju tempat reservasi ... dan saat Hani sedang memesan menu, netra Alga menangkap sosok semampai yang mengenakan seragam restoran, tampak membawa makanan pesanan tamu ... jantungnya berdetak dengan cepat. Dia adalah Maemunah, istrinya yang telah kabur setahun yang lalu.Maemunah mematut dirinya di depan cermin kamar, wajah cantiknya tampak tirus dan menyiratkan kelelahan, dia lelah harus terus berpindah-pindah tempat seperti ini. Tapi dia harus terus melakukannya agar tak ditemukan.Sejak memutuskan kabur dari acara pernikahannya, dia tak punya pilihan lain selain terus bersembunyi agar tidak di temukan, baik oleh keluarganya maupun oleh suaminya.Hari ini Maemunah akan berangkat bekerja di sebuah resto yang baru buka sekitar 2 minggu yang lalu. Pekerjaan baru yang tidak mudah ia dapatkan dan harus disyukurinya karena diterima diantara puluhan orang yang melamar saat itu. Karenanya ia tak ingin terlambat, bergegas perempuan itu menyudahi lamunannya dan mengoleskan bedak tipis agar wajahnya yang putih tak terlihat pucat."Kamu shift pagi, Mun?" suara serak seorang perempuan yang tengah bergelung di dalam selimut membuat Maemunah menoleh. Tampa
Alga seakan tak berkedip memandang perempuan semampai yang tengah sibuk menyajikan makanan pesanan pengunjung dimeja seberang.Perempuan itu benar-benar mirip dengan Siti Maemunah istrinya, meski dia hanya melihatnya di selembar foto, dia sangat yakin itu adalah istrinya yang pergi meninggalkannya setahun silam. Mata hijau perempuan itu yang membuatnya begitu yakin, warna mata yang jarang ditemukan pada perempuan kebanyakan yang dikenalnyaSaat dulu dia akan dijodohkan dengan Maemunah, ayahnya bercerita jika Maemunah memiliki darah campuran Perancis dan Indonesia, karna ibunya pernah menikah siri dengan lelaki berkebangsaan Perancis saat menjadi buruh migran di luar negeri, itulah yang membuat perempuan itu memiliki tubuh semampai dan juga mata hijau menawan yang menurun dari ayahnya, tetapi pernikahan orang tua Maemunah hanya sebentar, ibunya sudah berpisah dengan ayahnya dan meninggal saat melahirk
Setelah seharian diajak Leo bosnya, Munah diijinkan tidak kembali ke restoran. Perempuan itupun memutuskan untuk berjalan-jalan di Mall daripada sendiri di tempat kos nya karena Fara hari ini pulang malam.Gadis itu sedang pergi kencan dengan daddy nya. Hampir setahun Munah berteman dengan Fira dan dia merasa cocok dengan perempuan itu. Fira adalah perempuan cuek, berfikiran bebas, tak pernah menghakimi orang, dan juga sangat pengertian, hal itulah yang membuat Munah dekat dengannya, mempercayainya hingga menjadikan perempuan itu satu satunya orang yang tau tentang cerita pelariannya.Munah menyusuri Mall. Dia tidak berniat membeli apapun selain sekedar berjalan jalan untuk menghabiskan waktu. Dia belum gajian, resto tempatnya kerja sekarang baru opening, meski dia memiliki sedikit simpanan dari menyisihkan sebagian gajinya dari tempat kerjanya yang dulu-dulu, tapi dia harus sangat berhemat. Beruntung Fira lah yang membayar biaya sewa kosan mereka dan sering
Alga pulang ke apartemen dengan pikiran kalut. Ia masih memikirkan pertemuannya dengan Munah walaupun hanya sekilas. Bagaimana caranya agar ia bisa menemukan di mana istrinya itu tinggal? sedang Jakarta begitu luas.Lelaki itu menghempaskan tubuhnya di sofa, lalu terpejam karena merasakan penat yang luar biasa. Tiba-tiba tubuhnya serasa ada yang memijat lembut dan ia merasa begitu rileks karenanya. Mungkinkah ia sedang bermimpi?"Enak, Al?" ucap seseorang membuat Alga terlonjak kaget. Lelaki itu segera menoleh ke belakang dan seorang perempuan paruh baya terlihat tengah memijit bahu dan punggungnya seraya tersenyum manis. Perempuan itu kemudian mengedipkan mata kepadanya."Ibu?!" seru lelaki itu tak percaya. "Ibu datang kenapa tak hubungi aku?" tanya Alga."Ibu mau kasih kejutan buat kamu," jawab Ela masih dengan memijit tubuh puteranya."Pijitan Ibu enak, tahu aja kalau aku sedang capek.""Makanya cari istri ... biar ada yang mijitin kamu k
Hari ini Munah libur untuk pertama kalinya sejak Resto tempatnya bekerja buka, dan perempuan itu berencana untuk bertemu seorang Ibu yang bernama Ela, dia adalah perempuan paruh baya yang dijumpainya di sebuah Mall. Ada benda milik perempuan itu yang tertinggal saat ia menabraknya dulu. Dan meski Munah telah menghubunginya, namun baru hari ini Munah akan memberikannya karna baru bisa meluangkan waktu untuk bertemu.Bersiap-siap untuk pergi, Munah baru menyadari kamar kost nya terasa sangat sepi. Fira tidak pulang entah sudah berapa hari, dan perempuan itu tak memberinya kabar. Mungkinkah dia bersama dengan 'Dady' nya? tapi hal itu sangat diluar kebiasaan karena temannya itu punya prinsip-prinsip yang selalu dijaganya, dan dia tak pernah sekalipun bermalam hanya berduaan dengan lelaki yang menjadi sugar dady nya itu.Mengabaikan keadaan Fira yang masih belum jelas, Munah akhirnya pergi. Ela memintanya bertemu di food court Mall saat kemarin mereka berkenalan sehin
Ibu dari mana?" Alga menatap kedatangan Ela yang nampak tersenyum bahagia, raut Ibunya itu berseri-seri dan sejak ia membuka pintu apartemen, Ibunya terdengar bersenandung lirih. Kening Alga berkerut. Tetapi Ibunya hanya melewatinya begitu saja dan langsung menghilang ke dalam kamar."Ibu ...," teriak Alga."Bu ...." Kali ini Alga memelankan suaranya. Lelaki itu berulang kali mengetuk kamar pelan. Setelah tiga kali ketukan, pintu akhirnya terbuka, dan Ibunya tampak sudah berganti baju santai."Ibu habis jalan-jalan. Di sini sendirian tuh sepi, makanya tadi keluar ketemuan sama kenalan Ibu." Ela keluar dari kamar dibawah tatapan heran puteranya."Siapa? memang Ibu punya kenalan?" Tanya Alga heran. Ela hanya mengangkat bahu."Kenalan ibu itu perempuan cantik, masih muda, pinter masak lagi, dia juga orang baik." Alga memutar bola mata malas, meyakini Ibu nya hanya berbohong untuk memprovokasinya. Sejak kapan Ibunya berteman dengan perempuan mud
Munah mengedarkan pandangan. Ia berada di tempat yang tak ia ketahui. Bangunan kuno dengan cat putih yang kusam menjadi pemandangan di sekelilingnya saat matanya yang tertutup kain hitam di lepaskan oleh orang-orang yang membawanya."Ini di mana? kenapa aku di bawa kesini?!" tanya Munah cemas. Dan seringaian dari dua lelaki besar yang membawanya yang menjadi jawaban atas pertanyaannya. Munah diam. Ia tak lagi ingin mengatakan apapun karena yakin takan mendapatkan jawaban yang memuaskan.Dua lelaki yang membawa Munah, menyeret tubuh perempuan itu dan mendorongnya agar duduk di sebuah sofa lusuh berwarna toska pudar. Dengan tangan yang masih terikat, perempuan itu terus berdoa agar tak terjadi hal-hal buruk yang menimpanya. Kemudian seorang lelaki gendut dengan kepala hampir tanpa rambut yang Munah kenali sebagai 'Dady' nya Fira muncul dari balik pintu tengah. Matanya menyorot tajam, seakan menelanjangi dan menebarkan aroma ketakutan pada dirinya."Di mana Fira
Munah berada di ruangan Leo, Bos nya di Resto. Hari ini ia berangkat pagi-pagi sekali karena ingin bicara hal yang penting dengan lelaki muda itu. Dia berniat meminjam uang, ya ... setelah semalaman memikirkan masalah yang ditimbulkan Fira, Munah tak memiliki cara lain untuk bisa mendapatkan uang, ia akhirnya akan meminjam uang pada Bos nya itu, berapapun nantinya yang bisa ia dapatkan, ia akan kumpulkan sambil mencari uang di tempat lain.Leo masuk ke kantornya setelah tadi keluar untuk menerima telepon. Lelaki itu duduk di kursinya dan memandang Munah lekat."Ada apa?" tanya lelaki itu dengan kening berkerut. Dipandangi seperti itu, Munah menjadi gugup. Ia garuk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal."Sebenarnya aku kemari untuk meminjam uang, Mas," ucap Munah lirih. Wajahnya tertunduk menahan malu."Berapa?" tanya Leo. Muna