~Happy Reading All~
****
Penolakan
Sparkling Light di malam itu.
Suara dentuman musik DJ bertalu-talu mencabik indera pendengaran puluhan bahkan ratusan manusia di bawah sinar kerlap-kerlip warna-warni lampu disko.
Segerombolan mahasiswa kaya dan tentunya berkantong tebal tengah asyik membuat perayaan ulang tahun dengan saling bersulang menikmati cairan memabukkan di area bar.
Tak lupa sepasang kekasih yang saling berpelukan di sana. Kimberly yang baru sebulan menerima pernyataan cinta dari pemuda pengagumnya selama ini tengah membalas pelukan sang kekasih.
"Apakah kau senang, Honey?" tanya Nick pada pujaan hatinya yang mengangkat gelas tinggi dengan sedikit cairan berwarna coklat bening di sana. Rupanya gadis cantik tersebut usai meneguk cairan itu guna membasahi tenggorokannya.
"Aku senang, Nick. Sangat susah sekali aku meminta ijin pada Papaku untuk bisa keluar dari rumah. Karena dirimu, akhirnya aku bisa terbebas dari kastil besar yang selalu mengurungku itu," keluh sang gadis. Kimberly tampak menyunggingkan senyum manisnya pada Nick.
Nick tampak senang karena usahanya meyakinkan calon mertuanya membuahkan hasil, ia melepaskan pelukan mesranya dari tubuh Kimberly yang terbalut gaun malam yang tetap menawan meski tidak terlalu terbuka seperti gadis lainnya.
"Wanna dance?" Nick menawarkan diri menemani sang gadis untuk menari dan bergabung dengan puluhan manusia di area dance floor.
"No, thanks! Aku malu, Nick. Aku tidak pernah menari bersama orang sebanyak itu di sana. Memikirkannya pun aku tak pernah," tolaknya halus.
"Baiklah kalau begitu, aku tinggal sebentar ke toilet, ya. Kau aman di sini, ada teman-temanku bersamamu," pamit Nick sembari mengelus lembut pipi Kimberly.
Kimberly mengangguk disertai senyum manis yang selalu bisa meluluhkan hati Nick selama kurang lebih tiga tahun ini.
Kimberly mengangkat gelas kala sahabat dari kekasihnya menyapa dan mengajaknya untuk menambah cairan memabukkan itu ke dalam gelas.
***
Di dalam bilik toilet laki-laki yang pastinya telah terkunci, sepasang manusia berlawanan jenis tengah menikmati saling menjamah tubuh satu sama lain.
Si pria dengan penuh hasrat memaju mundurkan pinggulnya memasuki inti sang wanita. Tentunya bukan gadis lagi. Ia begitu memuja one night stand. Di tempat mana pun, kapanpun, dengan siapa pun asalkan wanita, ia akan melakukannya.
Aktivitas menjamah itu terus terjadi hingga si pria merasakan kedutan yang semakin lama semakin sering.
"Aakh!" pekik pria tersebut. Usai menuntaskan hajatnya ia menarik miliknya kasar.
Alat pengaman transparan itu telah terisi penuh, ia mengikatnya dan menginjak tulisan push di bawah sana. Tempat sampah itu terbuka.
Ia tersenyum sinis. Jika ia memasukkan ke dalam surga wanita secara langsung, bukan tidak mungkin wanita tersebut akan hamil karena ulahnya. Siapa tahu benihnya sangat subur, bukan?
Who knows?
Wanita itu tersenyum manja dengan membersihkan cairan miliknya sendiri dengan telapak tangan dan beberapa lembar tisu dari dalam clutch bag-nya.
Wanita yang tak dikenal namanya oleh sang pria segera memunguti pakaiannya yang memang minim bahan. Ia mengenakan dengan santai dan dibuat-buat lama. Tampaknya ia masih ingin menikmati wajah pria tampan yang baru saja memainkan tubuhnya di tempat ini.
Bryan tampak tak suka jika wanita itu masih berada di bilik kecil ini bersama dirinya. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang, "Pergilah! Pekerjaanmu sudah selesai!"
Wanita itu tersenyum dengan wajah berbinar-binar. "Terima kasih, Tuan. Panggil aku lagi jika kau menginginkan service dariku!" ucapnya manis sembari mengelus dada bidang yang basah oleh tetes peluh keringat.
"Hemm," jawabnya cepat sambil membukakan pintu untuk memberi celah bagi wanita itu pergi dari ruangan sempit tersebut.
Usai memakai kembali pakaiannya yang selalu identik dengan warna hitam, ia buru-buru keluar dari sana. Tak lupa memperhatikan penampilannya dari pantulan kaca besar menggantung di atas wastafel.
"Sepertinya segelas beer dapat membantu mengatasi rasa kantukku! Hah.." keluhnya sembari melangkah dengan cepat menuju table di mana ia dan kawan-kawannya tadi berkumpul.
***
Nick terburu-buru mendekati kekasihnya karena kelamaan menunggu seseorang yang menguasai bilik toilet. Dua bilik di toilet yang dua-duanya terisi penuh, membuatnya menjadi pria sabar.
Akhirnya Nick bisa segera menemui Kimberly yang memasang wajah panik karena lama menunggu dirinya.
"Maafkan aku, Honey. Aku…"
"Not at all, Honey. Kupikir kau hilang atau malah pulang duluan, aku hampir putus asa. Tapi aku lega, kau sudah ada di sini," potong Kimberly cepat, ia segera memeluk tubuh tegap sang kekasih hati. Rasa panik itu berubah menjadi lega yang teramat sangat.
"Kukira kau akan marah padaku!" celetuk Nick.
"Marah untuk apa? Memangnya apa yang kau lakukan di dalam sana? Hem?" berondong pertanyaan keluar dari bibir Kimberly disertai tatapan menyelidik.
"Karena aku terlalu lama menunggu seseorang di dalam toilet. Entah apa yang dua orang lakukan di dalam toilet berbeda, anehnya salah satu toilet itu yang keluar bukanlah pria melainkan wanita. Hah, aku tidak mau berpikir yang bukan-bukan. Itu bukan urusanku juga sebenarnya, hehehe," jelasnya diakhiri tertawa membayangkan kejadian tadi. Ia bukan pria bodoh. Ia pun pria, jadi ia tahu apa yang dilakukan sepasang wanita dan pria di dalam satu tempat. Jika tidak menuntaskan hasrat, lalu dugaan apa lagi? Ia terkekeh dengan pikirannya sendiri.
"Kau kenapa, Honey?" tanya Kimberly penasaran.
"Tidak apa-apa, hanya merasa lucu saja. Ah sudahlah, ayo kita minum lagi! Oh iya kalau kau tak bisa minum minuman seperti ini, lebih baik pilih air mineral atau lemon juice saja. Kau nanti bisa mabuk berat, dilihat dari caramu minum, ini pasti pertama kalinya bukan bagimu?"
Kimberly mengangguk cepat. "Yes, that's right, Honey!" jawabnya sambil mengacungkan dua ibu jarinya.
"Nick! Kemarilah, ayo kita ke dance floor! Ajak juga kekasihmu itu!" titah Bradley pada Nick, ia sudah menarik bahu sang sahabat.
Nick mencoba meminta ijin pada Kimberly untuk meliuk-liukkan tubuhnya di antara lautan manusia di sana. Ia berharap sang kekasih mengikutinya, Kimberly menolak dengan lembut. "Aku di sini saja, Nick! Menarilah, aku akan menunggumu!"
Nick yang tak enak hati pada Bradley yang hari ini merayakan ulang tahunnya ke dua puluh dua tahun, membuatnya terpaksa harus meninggalkan sang kekasih barang sejenak.
"Tunggu aku, ya!" pinta Nick.
Kimberly mengangguk mantap.
***
"Hei, kau kalah! Ayo, kau mau pilih Truth atau Dare?" tanya Gilbert, sahabat Bryan di salah satu table VIP di klub malam tersebut.
Hanya dua pilihan. Ia tahu mereka pasti akan memberi pertanyaan aneh-aneh dalam hidup seorang Bryan, hingga tanpa pikir panjang, ia memilih Dare.
"Oke, karena kau memilih Dare, aku minta kau mengajak salah satu wanita di bar itu yang bergaun hitam kemari! Sepertinya dia cantik dan tubuhnya begitu menggoda. Bagaimana? Kau sanggup?" tantang Gilbert disetujui Leon. Gilbert menunjuk ke arah perempuan cantik yang duduk seorang diri ditinggalkan teman-temannya melantai.
Persahabatan ketiganya begitu erat dari pertama kali menginjakkan kaki sebagai anak sekolah menengah pertama. Bryan, Leon dan Gilbert, ketiganya adalah para playboy yang amat disegani karena kekayaannya masing-masing.
Jangan salah duga, di antara ketiga manusia tersebut yang paling ekspert adalah Bryan. Berganti wanita adalah kegemarannya. Ia tak mau terikat suatu hal apa pun dengan makhluk bernama wanita. Sekali pakai seperti barang.
"Apa kau lupa bahwa aku ini ahlinya menumbangkan wanita?" tanya balik Bryan.
"Sepertinya dia memiliki kekasih, makanya aku bertanya seperti itu padamu, Big Brother! Baiklah, silakan tunjukkan kemampuanmu yang mumpuni pada kami!" ujar Leon menyemangati usai menjelaskan perihal sang gadis yang dilihatnya.
"Oke, lihat saja!" ucapnya yakin.
***
"Excuse me!" sapa Bryan dengan senyum menawan disertai kerlingan mata.
Bukan tertarik, Kimberly justru menampilkan ekspresi lain daripada yang lain pada Cassanova ulung bernama Bryan tersebut.
"Apakah kau mau berpesta bersama kami? Di sana, aku dan teman-temanku ingin berkenalan denganmu. Mari kita berpesta!" ajaknya sambil menunjuk ke arah dua sahabatnya. Bukan Bryan namanya jika berhenti di situ saja, ia malah berbisik di telinga sang gadis cantik.
"Only one night with us! Aku akan memuaskanmu, pretty girl!" bisiknya dengan seenaknya.
Merasa kesal tanpa pikir panjang, gadis itu mengayunkan telapak tangannya ke arah pipi sang pria.
Plakk
"Dasar kurang ajar! Kau pikir aku wanita murahan? Jaga bicaramu itu!" pekik Kimberly tak terima. Ia memilih mencari keberadaan Nick dan mengajaknya pulang.
"What the hell?" geram Bryan usai mendapat tamparan di pipinya. Ia dapat melihat dengan jelas kedua sahabatnya tergelak sambil berjalan mendekatinya.
Ia ditolak?
Kesal setengah mati, bayangan tubuh gadis itu tampak menari-nari dalam pikirannya seperti meledek dirinya.
***
"Nick! Ayo kita pulang!" pinta Kimberly yang tampak ketakutan. Tangannya gemetar secara refleks.Dapat dirasakan Nick, ujung bajunya diremas kuat oleh Kimberly. Wajah cantik itu memucat disertai keringat yang menetes dari pelipis. Pencahayaan yang tak begitu terang membuat Nick segera menarik pergelangan tangan Kimberly dan mengajaknya keluar dari tempat itu."Ada apa denganmu, Honey? Kenapa kau gugup begitu?" desak Nick sesampainya di area parkir luas klub malam tersebut."Ada seorang pria yang hendak melecehkan aku, aku takut, Nick!" pekik Kimberly dengan napas tersengal-sengal usai berlari ke arah dance floor dilanjutkan dengan berjalan lebih cepat menuju ke tempat parkir.Hatinya belum tenang. Gadis itu berulang kali mengedarkan pandangan ke segala arah. Ia takut pria gila dan genit itu berhasil mengejarnya. Masih teringat jelas dalam memori, ia menampar pria asing yang mengajaknya berkencan bersama kawan-kawannya.It's
Sang pria tampak menyeringai. Hal itu membuat bulu kuduk Kimberly sontak meremang.'Mimpi apa aku semalam?' gerutunya dalam hati.Hal berbeda ditampilkan di raut wajah Bryan. Ia tampak senang bisa bertemu dengan gadis yang menolaknya waktu itu. Penolakan yang berpengaruh pada jati dirinya sebagai seorang Don Juan masa kini dan ditertawakan oleh kedua sahabatnya membuat citra dirinya meredup. Tentu itu hanya pikirannya saja, lain hal dengan Leon dan Gilbert.Mungkin saat ini adalah waktu yang tepat supaya gadis ini mengetahui siapa dan alasan kenapa ia berada di sini, pikir Bryan. Ia mengajak Tuan George Michael untuk berbicara empat mata.Beberapa saat kemudian, Bryan kembali mendekati gadis cantik yang tengah menikmati orange juice di tangan dan satu tangan lagi berada di atas perutnya. Sesekali gadis itu mengetukkan kaki di lantai hingga menimbulkan bunyi. Kimberly terlihat bosan dan ingin segera pulang ke rumah sekedar untuk mem
Tak mau memperpanjang pembahasan yang tak bermutu mengenai pria asing tersebut, Kimberly pura-pura menguap. Ia memperlihatkan pada Jenica bahwa ia sudah sangat lelah dan mengantuk.Semua itu Kimberly lakukan karena gadis yang berusia satu tahun di atasnya itu sering sekali bertanya apa pun tentangnya. Seolah ingin tahu apa yang ia lakukan, rasakan dan dapatkan.Ia merasa tak nyaman jika Jenica mengejarnya dengan beberapa pertanyaan tak penting. Hidup sudah rumit, tak perlu lagi membahas suatu hal yang juntrungannya membuat diri sesak napas karena banyak pikiran."Sudahlah Kak, ayo kita mengobrol hal lain saja!" ajak Kimberly pada sang kakak. "Oh iya, bagaimana kabar hubunganmu dengan Kak Jeff? Kapan kalian akan bertunangan?" tanyanya santai dan tak lupa mengulas senyum manis di wajahnya yang cantik."Kami sudah berpisah," jawab Jenica cepat.Kimberly terkesiap. Tak menduga akan mendengar jawaban ini keluar dari mulut J
"Dewa bisnis tampan?" ulang Kimberly pada Jenica sambil melirik ke arah Bryan yang tampak mengulum senyum seraya mengelus dagu runcingnya.Dengan senyum merekah di wajahnya, Jenica mengangguk mantap."Ya, benar sekali, Kim! Apa kau tak pernah membaca surat kabar atau portal berita online? Di situ tertulis banyak sekali artikel yang menjelaskan siapa dan bagaimana sepak terjang seorang Tuan Bryan di dunia bisnis. Ke mana saja kau selama ini? Oops, kau ini hidup di belahan dunia mana? Hem?" tanya Jenica yang lebih terdengar menyindir Kimberly.Kimberly mengedikkan bahu sambil mengangkat kedua tangannya menanggapi ucapan Jenica. Ia lebih memilih mengacuhkan dua manusia di dekatnya yang memandanginya dengan pikiran berbeda di otak masing-masing."Sorry, sepertinya aku sudah mengantuk. Jika kalian ingin melanjutkan obrolan berdua, maka dengan senang hati aku meninggalkan kalian. Permisi," pamit Kimberly sambil menatap ke arah Jenica dan
Tanpa pikir panjang dan demi mengingat keselamatan putrinya, George mengangguk yakin akan tawaran yang diucapkan seorang Bryan Malik pada Kimberly. Pria tua itu begitu yakin Bryan dapat menjaga putrinya."Pulanglah bersama Tuan Bryan! Papa yakin Tuan Bryan bisa mengantarmu sampai rumah dengan selamat. Sambil menunggu mobil selesai diperbaiki malam ini, alangkah lebih baik kau lekas pulang, Kim! Papa tidak ingin waktu istirahatmu terganggu. Besok kau harus kuliah, kau mengerti, kan?"Bryan tersenyum ramah menanggapi ucapan George. Secara tidak langsung apa yang terlontar dari mulut George adalah bukti suatu kepercayaan pria tua itu pada seseorang yang tak lain adalah Bryan Malik.Hal itu membuat hati Bryan senang bukan main. Ia menantikan bagaimana bantahan atau alasan apa yang akan keluar dari bibir mungil Kimberly.Tak sesuai prediksi, Kimberly mengangguk pasrah. Ia mengecup pipi sang ayah lalu berpamitan pada Luke. Harry yang berada di
"Apa yang kau katakan?" tanya Kimberly pada sosok di dalam mimpinya.Pesona pria itu berhasil membuat semburat merah di kedua sisi pipinya. Pria itu bernama Bryan Malik, seorang Cassanova cinta yang namanya telah terkenal di seantero Edensor."Tinggalkan kekasihmu dan pergilah bersamaku! Aku akan membuatmu bahagia. Percayalah!" bisiknya sambil mengecup tulang selangka Kimberly hingga membuat darah gadis itu berdesir hebat."Tidak! Aku sangat mencintai Nick. Jangan coba-coba memisahkan aku dengan pria yang kucintai!" sahut Kimberly padanya."Tidak apa pria lain yang sanggup membahagiakanmu selain aku. Percayalah! Cepat atau lambat kau akan datang mencariku! Hahahaha," tukas Bryan yang sosoknya semakin hilang dalam arus mimpi meninggalkan gadis itu seorang diri."Tidak!!" jerit Kimberly yang terbangun saat seseorang menepuk pipinya perlahan.Kimberly tersadar dari mimpinya yang.. Buruk atau ah sudahlah, Kimb
Kedua mata Kimberly membola sempurna dengan ekspresi terkejut yang luar biasa. Bagaimana bisa pria itu ada di sini? Bersamanya? Apakah dia tidak bosan mengganggu pikirannya dan sekarang tanpa dosa berada di ruangan yang sama untuk berebut udara dengannya?Gadis itu mulai kebingungan tapi tak punya cara lain untuk kabur. Kekuatan pria ini begitu menakutkan dan tentu saja lebih besar dari dirinya. Salah-salah dirinya akan dilecehkan atau lebih parahnya akan dinodai.Jangan sampai itu terjadi!Lebih baik ia diam untuk sementara waktu sambil menunggu kesempatan saat pria ini lengah."Good job, pretty girl! Jadilah anak baik!" bisiknya di telinga Kimberly. Kata-kata itu berhasil membuat bulu kuduk gadis cantik itu meremang sempurna. Deru napas pria itu menerpa kulit wajahnya hingga mencapai titik sensitif sang gadis.'Brengsek sekali dia! Ya Tuhan, kenapa aku bisa terjebak dengan pria menyebalkan ini? Semalam sudah mimpi bu
Nick menggenggam sepuluh jari lentik di pertautan jemarinya lebih erat. Sepasang matanya menangkap jelas keraguan dan ketakutan pada diri sang kekasih hati."Aku sangat mencintaimu, Honey. Kau adalah perempuan kedua yang sangat berarti dalam hidupku." Nick menjelaskan dengan penuh kasih. Ia mengecup punggung tangan Kimberly dengan lembut.Sorot mata itu membuat iris perak Kimberly luluh. Ia tahu bagaimana perjuangan Nick demi mendapatkan hatinya selama ini.Sesaat Kimberly mengernyitkan kening mulusnya."Perempuan kedua? Maksudnya?" berondong Kimberly dengan sorot mata penuh tanda tanya."Kau adalah perempuan kedua yang begitu berharga di hidupku selain Nenek Emma. Kau tahu 'kan, selama ini hidupku bergantung pada nenek dan kakekku.Semenjak kakek tiada, aku hanya hidup bersama nenek dan beliaulah yang memberiku arti cinta sesungguhnya. Rasa cinta yang begitu besar melebihi kasih sayang kedua orang tuaku.&