Share

Chapter 6: You Disappoint Me

Happy reading!

----------------------------

"Don't touch." Tara mulai membalikkan badan berusaha melepas cengkraman pria yang ia hindari selama ini.

"Mengapa kau menjauhiku Tara? Aku mencarimu selama ini!" Nick terus menggenggam erat pergelangan Tara yang semakin merah, namun wanita bermanik legam tersebut menahan rasa sakitnya dan lebih menyalangkan matanya pada pria berambut hitam tersebut.

"Hentikan omong kosong mu dokter Nick Scotti!" Tara menyunggingkan senyum sinis padanya, ia benci menatap mata pria didepannya kini dan yang paling sangat ia benci bahwa dirinya justru merindukan tatapan rindu pria bermanik legam yang sama denganya.

"Jelaskan padaku mengapa kau menghindar dan pergi meninggalkan ku?!" Sentak Nick mulai geram.

"Kau ingin tau jawabanku?" tanya Tara getir bersamaan dengan bibirnya yang bergetar menahan amarah bercampur kecewa.

Mta Tara yang dulu selalu memancarkan kebahagiaan serta kelembutan padanya, kini sirna berganti kan tatapan penuh kebencian dan luka yang ia sendiri pun tak tahu.

Benar, Ia tak tahu apa yang telah wanita ini alami hingga meninggalkannya tanpa sepatah katapun, dan yang lebih mengecewakan ia harus berpisah dengan Tara dalam bentuk kertas kuno yang menjadi jawaban dan saksi bisu atas kepergian nya.

Sekuat tenaga, Nick mencari keberadaan Tara, namun nihil, bahkan beberapa temannya mengabarkan bahwa Tara telah bekerja di salah satu rumah sakit di Los Angeles. Ia telah mencoba menjadi salah satu dokter di beberapa rumah sakit hanya untuk menemukan Tara dan berakhir disini, di pesta pertunangan sahabatnya, Joey. Benar, sekarang ia menemukan wanita yang di cari beberapa tahun terakhir ini.

"katakan.." Nick semakin mengeratkan genggamannya seolah tak ingin kehilangan wanita ini untuk kedua kalinya, seakan ia tak mampu jika tanpa sentuhan lembut dan candanya yang mampu membahagiakan harinya.

Ia tak sanggup jika harus kembali mencari Tara dengan serpihan keputus asaan yang sudah jelas akan menambah siksaan demi siksaan setiap hari yang ia lalui. Ia ingin mendengar alasan atas kepergian wanita yang ia cintai selama ini.

"Kau bahkan menghianatiku dengan berselingkuh dibelakang ku!" Manik legam Tara berkaca kaca dengan suara yang terdengar pilu dan penuh kecewa.

"Dan kau berselingkuh dengan sahabatku, Alice!" Ujar Tara kemudian.

Manik legam Nick melebar sempurna saat ia justru mendapati kebodohan nya sendiri dengan berselingkuh dibelakang Tara ditengah dirinya yang selalu menyalahkan wanita bersurai hitam didepannya karena merasa dicampakkan dengan tak hormat.

Bagaimana bisa Tara mengetahui kelakuan brengseknya? Tidak, bukan hanya itu.. tapi, sejak kapan? Sejak kapan ia mengetahui hal kotor yang dirinya lakukan bersama sahabat wanita nya sendiri, Alice? Nick tak mampu mengucap satu kata pun, ia bahkan dengan serakah dan tak tahu malu ingin merengkuh kembali wanita bermanik legam yang terus menatap dirinya penuh dengan kebencian.

Namun pada akhirnya ia justru disadarkan akan kesalahan dirinya di masa lalu, dan dirinya lah dalang dari semua kebimbangan yang melekat sejak kepergian Tara darinya.

"T-Tara, aku-"

"Kau tak bisa menyangkal Nick," lanjutnya kemudian. Ditengah amarah yang terus menggebu, Tara merasakan rambatan hangat dijemari yang sedari tadi Nick genggam dengan erat dan menyakitkan.

"Kau menyakitinya, dude!" 

Pandangan Tara terpaku pada jemari kokoh yang menautkan diantara celah kosong untuk mengisi dan menyudahi rasa sakit yang Nick berikan padanya.

Pandangan Tara menyusuri hingga lengan pria yang tampak kuat kini tengah mengambil alih jemarinya dari kuasa Nick, ia menatap pria didepannya dengan tajam seakan dapat membunuh hanya dengan sorot matanya yang misterius dan berbahaya.

"Vin?" Tara tak percaya bahwa pria yang saat ini menyelamatkannya adalah Vin, pria dingin dengan aura yang begitu berbahaya namun entah mengapa jemarinya terasa hangat dan terlindungi dalam genggaman yang seakan menjelaskan bahwa pria itu justru menyelamatkannya dari ketersiksaan.

"Hm." gumam Vin yang terdengar samar lalu membawa Tara pergi meninggalkan Nick yang masih termangu tak percaya. Benarkah ia telah melupakan dirinya?

Benarkah ia telah melupakan saat hari hari yang mereka lalui bersama dengan penuh canda dan tawa? Dan kini benarkah semuanya telah benar benar berakhir? Beragam jawaban atas pertanyaan yang bersarang di kepala Nick terjawab dengan kepergian Tara bersama pria lain.

***

"Sorry," Tara menarik jemarinya dari genggaman pria berwajah Russia-Turkey yang mampu membuat degub jantung nya berirama tak sesuai dengan kadar normal biasanya.

Astaga mengapa ia seperti bocah ingusan yang pertama kali jatuh cinta? Gumaman yang terdengar aneh namun nyata hanya ia yang dapat merasakan dan membuat rona merah pipinya tampak jelas dan kontras ditengah wajah putih berlapis make up tipis natural yang ia kenakan.

Tara segera berjalan mendahului Vin menuju kursi panjang yang berada ditengah taman ditemani banyaknya bunga yang ikut menghiasi taman tersebut.

Memalukan! Mengapa ia tak memakai sepatunya sedari tadi?! Gerutunya sesekali menunduk malu atas kebodohannya. Hilang sudah image feminim dan elegan yang berusaha ia tampilkan pada pria asing yang sempat menjerat hanya dengan manik cokelat nya yang begitu memukau.

Vin tersenyum geli melihat wanita yang tampak melesat jauh dari apa yang ia perkirakan, bukankah wanita ini yang sedari tadi tampak elegan dan dingin saat beberapa pria tampak mengurungkan niat untuk mendekat karena sikap acuhnya? Tapi, apa ini? Ia bahkan begitu bodoh dan tak ada kesan anggun dalam dirinya sekarang.

"Thanks atas bantuanmu tadi," ujarnya ketika Vin telah mendudukkan dirinya disebelah Tara. Vin hanya tersenyum dan menggeleng samar sebelum akhirnya mengedarkan pandangan pada sekeliling taman yang tampak sepi dan jauh dari hingar bingar pesta.

Namun seketika, pandangan nya terkunci pada anak laki-laki yang tengah didorong hingga dipukul oleh ibunya dengan wajah penuh amarah.

Saat itu pula, kenangan masa lalu yang kelam hadir perlahan mengisi pelupuk matanya membua ia hilang kendali. Manik cokelat penuh kecewa dan amarah yang muncul bersamaan tetap terpaku pada objek yang mengingatkan nya di saat kejadian masa kecil yang semestinya penuh dengan kasih sayang seorang ibu, bukan dengan kekejian dan kekejaman yang ia terima hingga kesakitan serta luka yang begitu dalam terus tertanam dihati pria bersurai chestnut blonde tersebut.

"Kau tak seharusnya seperti tadi, Tapi.. thanks kau sangat membantu menyingkirkan ku dari pria gila itu," ujar Tara panjang lebar penuh kesal. Ia mendongak saat selesai memakai sepatu high heelsnys kembali. Ia tercengang mendapati Vin yang ternyata tak menggubris nya sedikitpun.

'Oh God! Mengapa ia tampak seperti patung monumen?' Tara kemudian mengikuti arah pandang Vin yang tertuju pada seorang anak laki-laki yang sedang dimarahi oleh ibunya.

"Seperti nya anak itu berbuat kesalahan," gumam Tara tetap pada pandangan anak laki-laki tersebut. Namun saat ia melirik pria disampingnya kerutan alis Tara tampak dalam begitu menemukan sorot mata yang tak pernah ia lihat sebelumnya, kepalan tangan Vin yang terlihat memucat membuat Tara semakin yakin ada sesuatu yang tak ia ketahui dalam diri pria dingin disampingnya kini.

"Vin?"

***

-To Be Continued-

Terimakasih banyak udah baca sampai chapter ini ;) tinggalkan jejak cintamu di kolom komentar ya ;) dan dukung Luna Lupin dengan VOTE menggunakan GEM, thank you!

Novel karya Luna Lupin yang lain :

- My Wife is Bodyguard (Emily Blunt & Mike Delwyn - Romance Action 21+)

- BEATRIX ADELINE: (Beatrix Adeline & David Mills - Romance Erotic 21+) : Novel ini eksklusif hanya ada di HotBuku

Visual book follow Instagra'm : @_lunalupin

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status