Home / Romansa / My Brilliant Doctor / Chapter 11: Pericardial Tamponade

Share

Chapter 11: Pericardial Tamponade

Author: Luna Lupin
last update Last Updated: 2021-04-25 16:27:20

Hallo, kembali lagi setelah hampir dua hari merenungi perjalanan mereka hihihi 

Happy reading ;)

----------------------

"Mengapa kau terus mengabaikan ku?" Nick semakin kesal karena sedari tadi ia merasa tak dianggap keberadaannya oleh Tara.

"Kau yang sejak tadi terus membahas masa lalu konyol kita Nick, we are in the hospital area, prioritize professionalism okay? because we are working with the patient's life!". Tara mendelik tajam, lalu mengambil dokumen yang diberikan oleh seorang perawat dan mencatat beberapa tindakan yang akan dilakukan besok.

Ia tak mampu berkonsentrasi ditengah pikiran yang bercabang, bagaimana bisa Vin menciumnya secara tiba-tiba seperti tadi? Bukankah sebelumnya pria itu mengacuhkan dirinya. Tara merasa kesal seakan dilecehkan oleh pria bermata cokelat itu, namun ia tak dapat menampik bahwa rasa lembut dan kelembaban yang Vin torehkan padanya begitu memabukkan.

"Okay, aku minta maaf." Nick mengangkat kedua tangannya, ia tak berhasil membujuk Tara untuk kembali padanya saat ini.

"Tapi, aku butuh bicara serius denganmu," sekali lagi Nick akan mencoba meyakinkan wanita bermanik legam tersebut. Ia tahu dirinya sangat amat salah dimasa lalu, tapi kenangan bersama Tara tak mampu ia kesampingkan begitu saja. Terlalu banyak kebersamaan yang membahagiakan baginya. Ia yakin Tara pun demikian.

"Baiklah, ku harap kau menghapus harapan bodohmu itu, jika kau pikir aku masih menginginkan bersama denganmu kau salah besar." Tara menutup dokumen tersebut lalu berjalan lebih dulu ke area taman belakang rumah sakit. Nick sedikit berlari untuk menyeimbangkan langkahnya yang tertinggal, ia menggelengkan kepala tak percaya melihat Tara begitu berbeda dengan Tara yang dahulu, saat bersamanya wanita bermanik legam itu seakan tak memiliki raut wajah kasar sedikitpun namun sekarang ia justru melihat kepribadian Tara yang begitu berbeda.

"Bicaralah, waktuku tak banyak." Tara menatap jam tangan Cartier yang bertengger elegan dipergelangan nya.

"Aku minta maaf jika kau harus melihatku menghinatimu saat dulu," Nick berusaha meraih tangan Tara namun wanita itu segera menepisnya kasar, seakan Nick adalah barang kotor yang tak pantas untuk mendapatkan apa yang ada dalam dirinya.

"Aku bersama Alice mengalami hal sulit saat itu, namun pada akhirnya kami tahu siapa yang kami cintai,"

"Apa kau sedang menceritakan perselingkuhan mu secara dramatis?" Tara terkekeh mengejek kemudian menyilang kan kedua tangan didepan dada.

"The first, aku sudah memaafkan mu. The second, i don't care about your trashy love story with Alice! and lastly, I'm not coming back to you, because you are NOT the person I want in the future, asal kau tahu aku bahkan sama sekali tak mengingat kenangan bodoh saat bersama mu. Jadi ku harap kau berhenti mengejar ku Nick Scotti." Tara berlalu dari hadapan Nick dengan segudang perasaan yang tercampur menjadi satu. Entahlah, ia butuh pelampiasan untuk mengeluarkan segala bentuk perasaan gila ini.

"Taraa!!" Teriakan Gabriella mampu menghentikan langkah Tara saat memasuki ruang utama rumah sakit yang berdampingan dengan emergency room.

Tara segera berlari saat manik legam itu menangkap Gabriella tengah membawa seorang wanita tua dengan bed menuju ermegency room. Tanpa ia sadari sepasang mata cokelat tengah memerhatikan dari jauh. Ya, Vin akan meninggalkan rumah sakit untuk beberapa urusan di perusahaan ayahnya, namun langkah nya terhenti saat ia dikejutkan oleh teriakan seorang wanita yang tak lain adalah Gabriella.

"Gab??! Apa yang terjadi?!" Tara segera memberikan oksigen untuk wanita tua tersebut yang ia kenal sebagai ibu Gabriella. Nick menyusul Tara untuk membantu menyelamatkan wanita tua yang mereka bantu.

"I don't know Tara, tiba-tiba aku melihatnya disini, tak ada yang menghubungiku!" Mata merah Gabriella tampak bergetar dalam ketakutan dan kehawatiran yang tergambar jelas di raut wajah nya. Suara tangis sang adik membuat mereka menjadi pusat perhatian.

"Oh God!" Tara segera memasang elektrokardiografi dan monitor yang dibantu oleh beberapa perawat disana.

Tekanan darah rendah, denyut nadi lemah, detak jantung cepat dan suara jantung yang melemah membuat Tara yakin bahwa wanita tua ini mengidap Pericardial Tamponade, apalagi saat ia melihat pembuluh darah vena di leher tampak menonjol.

"Pericardial Tamponade?" Tebak Nick sambil melakukan pemeriksaan fisik.

"Yups, sepertinya ibumu mengalami Pericardial Tamponade Gab," Tara segera memasukkan beberapa jenis obat untuk meringankan beban kerja jantung serta meningkatkan tekanan darah. Gabriella menyangga kaki sang ibu agar dapat meningkatkan aliran balik darah ke jantung.

"Aku akan melakukan Rontgen." Gabriella segera beranjak meninggalkan Tara dan Nick untuk menghubungi radiologi.

"Tidak Gab, CT coronary angiogram (CTA) yang ibumu perlukan," sergah Tara cepat.

"Kau yakin?"

"Ya, kita tak ada waktu untuk menanyakan yakin atau tidak." jawab Tara tegas, sesaat ia ragu namun dalam kondisi seperti ini Gabriella ingin yang terbaik untuk sang ibu.

"Aku percaya kan padamu Tara." putus Gabriella.

"Apa yang akan kau lakukan Nick?" Manik legam Tara terus memantau keadaan wanita tersebut.

"Pericardiectomy," jawab Nick cepat. Pericardiectomy itu sendiri merupakan tindakan yang dilakukan dengan memotong dan menghilangkan sebagian perikardium yang melapisi jantung. Dengan begitu, tekanan pada jantung akan berkurang.

"this is not about problems with the pericardium Nick! but with the fluid that is in the pericardium. Apa selama ini Alice membuatmu bodoh?" Tara menyunggingkan senyum remeh yang ditangkap baik oleh Nick.

"Stop Tara! We are in this hospital!" Sarkas Nick mulai kesal ia dapat menebak akan kemana arah pembicaraan mereka.

"Tara aku akan melakukan nya sendiri," Gabriella segera meletakkan alat CTA disamping bed ibunya.

"Aku harap kalian tak berdebat disini." Gabriella mengoleskan gel pada alat tersebut dan meletakkan di area dada.

"Kau benar Tara, oh God mengapa ibuku tak mengatakan hal apapun padaku? Jika seperti ini, bukankah ini sudah terjadi sejak lama?" Gabriella tak percaya saat melihat banyaknya tumpukan cairan pada area perikardium sang ibu. Pada kenyataannya selama ini ia tak pernah mendengar kabar buruk apapun dari sang adik mengenai penyakit ibunya.

"Tolong siapkan alat Pericardiocentesis (punksi perikardium)." Tara meminta tolong salah seorang perawat yang bertanggung jawab disana.

"Kau yakin akan melakukan tindakan disaat kondisi sesak seperti ini?!" Tanya Nick tak percaya.

"Lalu? Apa kau hanya akan berdiam diri membiarkan nya seperti ini? Ayolah Nick, jika kau tak dapat melakukan apa apa, keluar dari ruangan sekarang!"

"Stop it! Aku tahu kalian memiliki masalah yang rumit, please! kalian bisa menyelesaikan dengan baik bukan?" Kali ini Gabriella memohon dengan sangat agar tak mendebatkan perihal lain yang menyangkut masalah pribadi mereka.

"Maafkan aku," Tara mengelus bahu Gabriella lembut dan mendelik tajam pada pria dihadapannya.

Hampir satu jam mereka melakukan tindakan pericardiocentesis untuk mengeluarkan cairan dari ruang perikardium dengan menggunakan jarum. Gabriella menggeleng tak percaya saat melihat cairan yang keluar dari jantung sang ibu sebanyak 2000cc.

Nick sadar bahwa ia telah meragukan skill dan kemampuan dari seorang Tara Clarke. Bahkan ia sadar bahwa seseorang yang mendampingi kita akan membawa dampak untuk diri sendiri. Seperti saat ia bersama Alice, tak ada satu hal pun yang membuatnya lebih baik daripada saat ia bersama Tara.

***

-To Be Continued-

Untuk visual book follow I*******m @_lunalupin :)

Karya Luna Lupin yang lain ---> My Wife is Bodyguard {On Going}

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Brilliant Doctor   Chapter 115: Svad'ba

    Waaah ini adalah part endingnya yaa temen temen, terimakasih banyak udah setia membaca novelku sampai akhir ya huhu terharuu akutuuu :')Yuk ah lanjuuuuutttt ;*Have you fun enjoy it!------------Pink Sands Beach, Bahama.Nyatanya Vin benar benar berdebar karena pembahasan di ruang meeting bersama beberapa rekan dan kerabatnya kini menjadi kenyataan. Sepagi ini ia bahkan terjun sendiri untuk melihat dekorasi pernikahan yang sesuai dengan keinginan Tara.Vin tahu, Tara akan kesal karena hal ini begitu mendadak. Pria itu hanya merasa tak sabar dan tak ingin jauh dari wanitanya. Mengingat kecelakaan yang kemarin terjadi justru semakin kuat baginya untuk cepat melangsungkan pernikahan mereka. Agar seluruh dunia tahu bahwa Tara adalah istrinya. Maka dari itu tak akan ada yang berani menyentuh nya sedikitpun.Garis pantai unik dengan pasir merah muda muda yang ia pijaki membuat Vin kagum terpesona. Warna yang tidak biasa dan pemandangan ya

  • My Brilliant Doctor   Chapter 114: Mobilization

    Happy reading ;)-------------Tara benar benar menikmati hari harinya disana. Ia bahkan sempat terkejut dan gemetar saat Vin menjelaskan bahwa kecelakaan yang ia alami bukan sekedar kecelakaan tak di sengaja melainkan rencana pembunuhan yang di lakukan oleh temannya sendiri Luke Richard.Dan yang lebih mengejutkan bahwa Vin sudah membunuh pria itu. Namun Tara tak mungkin marah padanya saat ia membuktikan bahwa Vin mampu melindungi dan membalas rasa sakit yang ia alami.Lagipula Vin selalu terus menemaninya dan melatih dirinya mobilisasi serta ia bahkan tak pernah memberikan tubuhnya kepada perawat untuk sekedar di bersihkan. Awalnya ia malu dan tak menyangka pria yang begitu di segani dan di hormati melakukan hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.Saat ini, ia selalu mengajak berkeliling hingga berhenti di sebuah balkon yang menghadap menatap taman kecil yang memang di sediakan seperti di mansion Kiel. "Taman ini, untuk ayahku jika datang berk

  • My Brilliant Doctor   Chapter 113: Back to Russia

    Happy reading ;)-------------Reeves terdiam mendengar penjelasan Vin barusan di telepon. Ia harusnya tahu bahwa pria itu memang akan selalu keji pada siapapun yang menyakiti keluarga bahkan orang orang terkasih.Jadi, hal semacam ini sudah tak asing bagi mereka. Dengan membunuh perlahan si pelaku adalah balas dendam terbesar dan setimpal dari apa yang sudah Tara alami. Namun ia juga tak menutup mata bahwa tindakan tersebut melanggar hukum negara.Reeves mencengkram railing besi di atas balkon menengadah pada langit yang mulai terang dengan kehadiran matahari. Di waktu bersamaan Tara mengerjap menolak cahaya yang menembus melewati celah jendela.Ia berbalik dan langsung meringis merasakan sakit yang teramat. Vin terbangun mendengar suara samar dan bergegas menghampiri Tara begitu menangkap raut wajah nyeri pada kekasihnya."Ada apa? Kau ingin apa? Katakan padaku," cecar pria itu proteksi."Ah, maaf aku membangunkan mu," lirih T

  • My Brilliant Doctor   Chapter 112: The Real Angel

    Happy reading :)-----------"Am..pu..ni a..ku," lirih Luke lemah di atas sana. Ia menatap tubuhnya yang sudah tidak memiliki kaki. Ia bahkan menangis melihat singa itu dengan lahap memakan kedua kaki tersebut."To..long lepas..kan aku," gumamnya kemudian. Ia bahkan tak kuasa menahan sakit yang teramat ketika singa itu kembali melompat menggigit perutnya.Luke sudah tak dapat lagi berteriak karena nyeri itu begitu menghujam dirinya. Usus dan seluruh isi perutnya telah menjadi santapan liar di bawah sana.Sementara Vin tersenyum puas dan kembali meraih cerutu. Matt hanya bergidik dan sempat membuang muka ketika pria itu bahkan hanya tersisa bagian dada dan kepala. Vin tahu bahwa pria itu masih hidup."Lempar ia saat nadi dan nafasnya terhenti." Vin kemudian beranjak meninggalkan lokasi. Ia membersihkan diri setelah itu kembali ke rumah sakit. Operasi Tara sudah selesai, Pedro dan Dominika setia menunggu juga beberapa rekan Tara yang berada di

  • My Brilliant Doctor   Chapter 111: Lion King

    Happy reading ;)---------------"Vin?" Reeves segera menghampiri Vin kala pria itu terduduk di lantai sembari memijat kepalanya. Pria itu menoleh mendapati kecemasan di raut wajah tua Reeves."Maafkan aku," lirih Vin tak tahu lagi harus berkata apa saat semua itu seakan merenggut jiwanya. Semua terlalu cepat. Bahkan bodyguard yang menjaga Tara pun kini telah mati di tangan Fyodor."It's okay, tapi kau yakin ini hanya kecelakaan?" tanya Reeves sedikit menyindir."Tidak, orangku sedang melacaknya.""Haruskah ia mendapat hukuman mati di penjara?" Reeves melipat kedua tangannya di dada dengan bersandar pada dinding rumah sakit."Tidak, ia tak akan mati dengan mudah." Tepat saat itu juga Pedro dan Dominika menghampiri Vin."Vin? Bagaimana keadaan Tara?" Dominika membantu Vin berdiri dan menatap iba pada kakaknya."Ia masih di dalam sana." Pandangan Vin tertuju pada ruang operasi. Sementara Reeves berpamit untuk melihat berja

  • My Brilliant Doctor   Chapter 110: Open Reduction Internal Fixation

    Happy reading :)----------------Jantung Vin seolah berhenti. Ia segera meraih Tara dalam dekapannya. Vin berlari menabrak beberapa orang yang berlalu lalang disana. Sementara Gabriella yang hendak masuk ke dalam taxi terhenti saat Vin berteriak sembari menggendong Tara masuk ke dalam ruang UGD."Astaga, Tara!" Wanita itu ikut berlari di belakang Vin. Matanya berlarian mencari Tara di beberapa ruang pasien. Hingga ia menemukan Vin yang keluar sembari meremas keras rambut nya sendiri."Vin? Ada apa?" Gabriella menatap baju pria itu yang telah berubah warna merah oleh darah Tara. Vin kemudian terduduk seolah tulang dan syarafnya patah.Sedangkan Laura segera melakukan pemeriksaan survei primer yang dilakukan penanganan pada keadaan yang mengancam nyawa, seperti sumbatan jalan napas, henti napas, atau henti jantung.Gabriella segera masuk ke dalam begitu tak mendapatkan jawaban dari Vin. Mata Gabriella membulat mendapati Tara yang sedang di be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status