Share

Chapter 11: Pericardial Tamponade

Hallo, kembali lagi setelah hampir dua hari merenungi perjalanan mereka hihihi 

Happy reading ;)

----------------------

"Mengapa kau terus mengabaikan ku?" Nick semakin kesal karena sedari tadi ia merasa tak dianggap keberadaannya oleh Tara.

"Kau yang sejak tadi terus membahas masa lalu konyol kita Nick, we are in the hospital area, prioritize professionalism okay? because we are working with the patient's life!". Tara mendelik tajam, lalu mengambil dokumen yang diberikan oleh seorang perawat dan mencatat beberapa tindakan yang akan dilakukan besok.

Ia tak mampu berkonsentrasi ditengah pikiran yang bercabang, bagaimana bisa Vin menciumnya secara tiba-tiba seperti tadi? Bukankah sebelumnya pria itu mengacuhkan dirinya. Tara merasa kesal seakan dilecehkan oleh pria bermata cokelat itu, namun ia tak dapat menampik bahwa rasa lembut dan kelembaban yang Vin torehkan padanya begitu memabukkan.

"Okay, aku minta maaf." Nick mengangkat kedua tangannya, ia tak berhasil membujuk Tara untuk kembali padanya saat ini.

"Tapi, aku butuh bicara serius denganmu," sekali lagi Nick akan mencoba meyakinkan wanita bermanik legam tersebut. Ia tahu dirinya sangat amat salah dimasa lalu, tapi kenangan bersama Tara tak mampu ia kesampingkan begitu saja. Terlalu banyak kebersamaan yang membahagiakan baginya. Ia yakin Tara pun demikian.

"Baiklah, ku harap kau menghapus harapan bodohmu itu, jika kau pikir aku masih menginginkan bersama denganmu kau salah besar." Tara menutup dokumen tersebut lalu berjalan lebih dulu ke area taman belakang rumah sakit. Nick sedikit berlari untuk menyeimbangkan langkahnya yang tertinggal, ia menggelengkan kepala tak percaya melihat Tara begitu berbeda dengan Tara yang dahulu, saat bersamanya wanita bermanik legam itu seakan tak memiliki raut wajah kasar sedikitpun namun sekarang ia justru melihat kepribadian Tara yang begitu berbeda.

"Bicaralah, waktuku tak banyak." Tara menatap jam tangan Cartier yang bertengger elegan dipergelangan nya.

"Aku minta maaf jika kau harus melihatku menghinatimu saat dulu," Nick berusaha meraih tangan Tara namun wanita itu segera menepisnya kasar, seakan Nick adalah barang kotor yang tak pantas untuk mendapatkan apa yang ada dalam dirinya.

"Aku bersama Alice mengalami hal sulit saat itu, namun pada akhirnya kami tahu siapa yang kami cintai,"

"Apa kau sedang menceritakan perselingkuhan mu secara dramatis?" Tara terkekeh mengejek kemudian menyilang kan kedua tangan didepan dada.

"The first, aku sudah memaafkan mu. The second, i don't care about your trashy love story with Alice! and lastly, I'm not coming back to you, because you are NOT the person I want in the future, asal kau tahu aku bahkan sama sekali tak mengingat kenangan bodoh saat bersama mu. Jadi ku harap kau berhenti mengejar ku Nick Scotti." Tara berlalu dari hadapan Nick dengan segudang perasaan yang tercampur menjadi satu. Entahlah, ia butuh pelampiasan untuk mengeluarkan segala bentuk perasaan gila ini.

"Taraa!!" Teriakan Gabriella mampu menghentikan langkah Tara saat memasuki ruang utama rumah sakit yang berdampingan dengan emergency room.

Tara segera berlari saat manik legam itu menangkap Gabriella tengah membawa seorang wanita tua dengan bed menuju ermegency room. Tanpa ia sadari sepasang mata cokelat tengah memerhatikan dari jauh. Ya, Vin akan meninggalkan rumah sakit untuk beberapa urusan di perusahaan ayahnya, namun langkah nya terhenti saat ia dikejutkan oleh teriakan seorang wanita yang tak lain adalah Gabriella.

"Gab??! Apa yang terjadi?!" Tara segera memberikan oksigen untuk wanita tua tersebut yang ia kenal sebagai ibu Gabriella. Nick menyusul Tara untuk membantu menyelamatkan wanita tua yang mereka bantu.

"I don't know Tara, tiba-tiba aku melihatnya disini, tak ada yang menghubungiku!" Mata merah Gabriella tampak bergetar dalam ketakutan dan kehawatiran yang tergambar jelas di raut wajah nya. Suara tangis sang adik membuat mereka menjadi pusat perhatian.

"Oh God!" Tara segera memasang elektrokardiografi dan monitor yang dibantu oleh beberapa perawat disana.

Tekanan darah rendah, denyut nadi lemah, detak jantung cepat dan suara jantung yang melemah membuat Tara yakin bahwa wanita tua ini mengidap Pericardial Tamponade, apalagi saat ia melihat pembuluh darah vena di leher tampak menonjol.

"Pericardial Tamponade?" Tebak Nick sambil melakukan pemeriksaan fisik.

"Yups, sepertinya ibumu mengalami Pericardial Tamponade Gab," Tara segera memasukkan beberapa jenis obat untuk meringankan beban kerja jantung serta meningkatkan tekanan darah. Gabriella menyangga kaki sang ibu agar dapat meningkatkan aliran balik darah ke jantung.

"Aku akan melakukan Rontgen." Gabriella segera beranjak meninggalkan Tara dan Nick untuk menghubungi radiologi.

"Tidak Gab, CT coronary angiogram (CTA) yang ibumu perlukan," sergah Tara cepat.

"Kau yakin?"

"Ya, kita tak ada waktu untuk menanyakan yakin atau tidak." jawab Tara tegas, sesaat ia ragu namun dalam kondisi seperti ini Gabriella ingin yang terbaik untuk sang ibu.

"Aku percaya kan padamu Tara." putus Gabriella.

"Apa yang akan kau lakukan Nick?" Manik legam Tara terus memantau keadaan wanita tersebut.

"Pericardiectomy," jawab Nick cepat. Pericardiectomy itu sendiri merupakan tindakan yang dilakukan dengan memotong dan menghilangkan sebagian perikardium yang melapisi jantung. Dengan begitu, tekanan pada jantung akan berkurang.

"this is not about problems with the pericardium Nick! but with the fluid that is in the pericardium. Apa selama ini Alice membuatmu bodoh?" Tara menyunggingkan senyum remeh yang ditangkap baik oleh Nick.

"Stop Tara! We are in this hospital!" Sarkas Nick mulai kesal ia dapat menebak akan kemana arah pembicaraan mereka.

"Tara aku akan melakukan nya sendiri," Gabriella segera meletakkan alat CTA disamping bed ibunya.

"Aku harap kalian tak berdebat disini." Gabriella mengoleskan gel pada alat tersebut dan meletakkan di area dada.

"Kau benar Tara, oh God mengapa ibuku tak mengatakan hal apapun padaku? Jika seperti ini, bukankah ini sudah terjadi sejak lama?" Gabriella tak percaya saat melihat banyaknya tumpukan cairan pada area perikardium sang ibu. Pada kenyataannya selama ini ia tak pernah mendengar kabar buruk apapun dari sang adik mengenai penyakit ibunya.

"Tolong siapkan alat Pericardiocentesis (punksi perikardium)." Tara meminta tolong salah seorang perawat yang bertanggung jawab disana.

"Kau yakin akan melakukan tindakan disaat kondisi sesak seperti ini?!" Tanya Nick tak percaya.

"Lalu? Apa kau hanya akan berdiam diri membiarkan nya seperti ini? Ayolah Nick, jika kau tak dapat melakukan apa apa, keluar dari ruangan sekarang!"

"Stop it! Aku tahu kalian memiliki masalah yang rumit, please! kalian bisa menyelesaikan dengan baik bukan?" Kali ini Gabriella memohon dengan sangat agar tak mendebatkan perihal lain yang menyangkut masalah pribadi mereka.

"Maafkan aku," Tara mengelus bahu Gabriella lembut dan mendelik tajam pada pria dihadapannya.

Hampir satu jam mereka melakukan tindakan pericardiocentesis untuk mengeluarkan cairan dari ruang perikardium dengan menggunakan jarum. Gabriella menggeleng tak percaya saat melihat cairan yang keluar dari jantung sang ibu sebanyak 2000cc.

Nick sadar bahwa ia telah meragukan skill dan kemampuan dari seorang Tara Clarke. Bahkan ia sadar bahwa seseorang yang mendampingi kita akan membawa dampak untuk diri sendiri. Seperti saat ia bersama Alice, tak ada satu hal pun yang membuatnya lebih baik daripada saat ia bersama Tara.

***

-To Be Continued-

Untuk visual book follow I*******m @_lunalupin :)

Karya Luna Lupin yang lain ---> My Wife is Bodyguard {On Going}

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status