Happy reading :)
----------------------
Jantung yang berpacu dalam dada bidang pria bermata cokelat tampak ia hiraukan ketika bersitatap dengan manik legam wanita dihadapan nya. Ia tak mengerti mengapa jantungnya berdebar seperti ini dan juga.. mengapa bisa wanita bermanik legam ini terasa menusuk ke dalam relung dirinya yang dalam. Seakan jiwa mereka melebur menjadi kesatuan yang utuh dan menerobos benteng kokoh yang ia bangun selama ini. Mustahil!
"Ahhh Tara Clarke," Tara memilih mengulurkan tangannya megakhiri kontak mata dengan pria yang menakjubkan seperti Vin. Ia takut menemukan segala bentuk kekejaman dan hal keji yang ia rasa pedih dan menyayat. Luka itu terlalu besar, luka itu sudah terlalu lama hingga menyebabkan mata cokelat indah itu tampak dingin dan tajam.
"Vincent Hogan Kiel." sambut Vin tak melepas pandangan sedikitpun pada Tara yang tampak gugup dan gusar. Tara menatap jemari tangan yang tengah digenggam hangat oleh Vin, hatinya berdesir saat jemari kecil itu tampak terlindungi oleh jemari kokoh milik Vin.
"Selamat malam semua.." Suara MC di acara pertunangan tersebut membuat keduanya melepas jabatan mereka. Tidak, disini Tara lah yang menarik tangan nya lebih dulu sebelum debaran jantung yang ia rasakan semakin menjadi dan melaju lebih cepat daripada biasanya.
"Mengapa kau ada disini?" Tanya Tara mengalihkan perhatian dengan berbasa basi pada Matt.
"Cindy adalah adik sepupu ku," jawab Matt sambil meneguk red wine yang dihidangkan oleh pelayan.
"Ahh.. begitu rupanya." Tara bahkan baru tahu jika Joey akan tunangan bersama wanita yang bernama Cindy. Tara tertawa konyol didalam hati, ingin sekali ia merutuki kebodohannya kali ini.
"Red wine?" Matt memberikan red wine satu lagi untuk Tara.
"Ahh tidak, terimakasih." tolak Tara halus.
"Mengapa?"
"Aku takut ada panggilan rumah sakit untuk operasi dadakan." Matt semakin kagum pada wanita disamping nya kini.
"Seperti nya kalian sangat populer," Tara memandang kedua pria disampingnya bergantian.
"Kau benar-benar tidak tahu kami?" Tanya Matt penasaran yang dibalas gelengan kepala oleh Tara dan senyuman yang memperlihatkan gigi putihnya.
"Apa kau tidak sempat menonton televisi atau membaca berita di ponsel?" Matt mengeluarkan ponsel dan memasukkan kembali ke dalam saku jasnya.
"Aku lebih sering melihat monitor saat operasi dan foto Rontgen pasienku sendiri." kekeh Tara yang tampak cantik dalam pandangan Vin. Vin hanya menyunggingkan senyum samar yang tak terlihat sama sekali.
"Kau bisa mencari tahu di g****e tentang kami," jawab Matt mengedipkan matanya sebelah kanan. Tara kembali meneguk air mineral miliknya di atas meja.
Suara riuh tepuk tangan terdengar ramai menelusup indra pendengaran mereka bertiga saat penyematan cincin dijari manis sang wanita. Joey yang tampak gugup dengan balutan jas hitam bunga disaku dada sangat senada dengan gaun berwarna peach yang dikenakan oleh Cindy serta gold crown berdiri kokoh diatas kepalanya. Senyum Tara terbit saat melihat kemesraan dan kebahagiaan yang mereka nikmati, ia berharap suatu saat nanti akan diperlakukan hal yang sama oleh kekasihnya bahkan lebih dari ini. Vin menatap Tara yang sedang tersenyum kearah Joey dan Cindy, spontan Tara melirik Vin yang ternyata tengah menatapnya dengan tatapan tak terbaca.
"Tara...!" Suara Gabriella mengalihkan perhatiannya. Gabriella melangkah gusar menghampiri Tara yang sedang mengatur pacu jantung yang kembali berdetak oleh sorot mata cokelat Vin yang menawan.
"Ada apa?" Tanya Tara saat Gabriella sudah berdiri didepannya.
"Ahh Hay... Matt?? Bukankah kau saudara Mr Kiel?" Tanya Gabriella mengacuhkan pertanyaan Tara dan lebih memilih pria tampan disebelah nya.
"Yess kau benar,"
"Maaf aku ada hal penting dengan Tara," Gabriella menarik lengan Tara agak sedikit menjauh dari dua pria tersebut.
"What's wrong?" Tara menatap lekat Gabriella yang semakin gusar dan mengedarkan pandangannya.
"Tara... Nick ada disini!" Bisik Gabriella cemas.
"W-what???!" Pekik Tara tak percaya. Tanpa sadar pekikan tersebut membuat Vin menoleh dan mendapati mata legam wanita itu membulat sempurna ia menggigit jari telunjuknya menandakan kecemasan yang tak mampu ia tutupi. Gabriella mengangguk cepat sebagai jawaban atas pertanyaan Tara.
"A...aku harus pergi, aku tak ingin bertemu dengannya," Gabriella menatap Tara penuh kebimbangan.
"Mengapa kau tak menemuinya saja?" Tara lebih memilih melangkah kan kaki meninggalkan Gabriella yang tercengang karena diabaikan.
"Ekhemm sorry, sepertinya aku harus pergi lebih dulu," Tara tersenyum kaku pada Matt dan Vin, namun matanya berkeliaran memandang orang disekelilingnya satu persatu.
"Mengapa? sebentar lagi acara dansa, berdansa lah denganku,"
"Maaf aku buru buru ada yang harus aku selesaikan." Tara segera berlalu meninggalkan kedua pria tersebut yang menatapnya heran.
"Taraaa...!" Seru Gabriella yang ikut berlari mencoba mengejar nya, namun Tara melangkah lebih cepat hingga wanita bergaun hitam tersebut hilang dibalik keramaian para undangan yang mulai berdansa dengan pasangan masing-masing.
"Mungkin ada panggilan dari rumah sakit," Matt kembali meneguk red wine untuk kesekian kalinya. Tak lama Vin pamit pergi dengan alasan ingin mengambil beberapa hidangan disana sedangkan Matt ikut berdansa dengan beberapa wanita yang ia temui di pesta.
Tara bergegas menuju mobil Bugatti Veyron merah metalik miliknya sebelum ia bertemu dengan Nick mantan kekasihnya dahulu. Ia tak ingin pernah bertemu lagi dengannya mengingat pria itu berhianat secara terang terangan dan dengan tak tahu malunya pria itu terus menerus mengejar Tara dan memaksa untuk kembali padanya.
"Tidak tidak, aku tidak ingin bertemu dengannya Tuhan!" Gumam Tara mulai melepas high heels dan kembali berjalan dengan cepat. Sungguh ia tak ingin kembali bersama nya walau sudah jelas hati dan jiwanya masih mengharapkan cinta yang sama seperti dulu. Ia menyadari betapa bodohnya ia tak bisa menghilangkan perasaan nya sendiri pada pria brengs*k seperti Nick. Ia pun merasa konyol selalu mengingat kebahagiaan semu yang pria itu berikan padanya dan sialnya sangat mengesankan.
"Tara!" Cekalan di pergelangan tangan Tara mampu menghentikan langkahnya yang sebentar lagi hendak mencapai mobil miliknya. Degup jantung Tara mulai menjadi saat merasakan sentuhan yang selama ini ia rindukan sekaligus ia benci. Sentuhan lembut yang selalu mengisi kekosongan dirinya, sentuhan hangat yang selalu membelai pipinya dengan penuh kasih, dan jemari inilah yang selalu membuat nya merona. Namun saat penghianatan itu menikamnya seketika ia membenci segala hal yang berhubungan dengan pria tersebut.
***
-To Be Continued-
Untuk visual book follow I*******m @_lunalupin :)
Karya Luna Lupin yang lain ---> My Wife is Bodyguard
Waaah ini adalah part endingnya yaa temen temen, terimakasih banyak udah setia membaca novelku sampai akhir ya huhu terharuu akutuuu :')Yuk ah lanjuuuuutttt ;*Have you fun enjoy it!------------Pink Sands Beach, Bahama.Nyatanya Vin benar benar berdebar karena pembahasan di ruang meeting bersama beberapa rekan dan kerabatnya kini menjadi kenyataan. Sepagi ini ia bahkan terjun sendiri untuk melihat dekorasi pernikahan yang sesuai dengan keinginan Tara.Vin tahu, Tara akan kesal karena hal ini begitu mendadak. Pria itu hanya merasa tak sabar dan tak ingin jauh dari wanitanya. Mengingat kecelakaan yang kemarin terjadi justru semakin kuat baginya untuk cepat melangsungkan pernikahan mereka. Agar seluruh dunia tahu bahwa Tara adalah istrinya. Maka dari itu tak akan ada yang berani menyentuh nya sedikitpun.Garis pantai unik dengan pasir merah muda muda yang ia pijaki membuat Vin kagum terpesona. Warna yang tidak biasa dan pemandangan ya
Happy reading ;)-------------Tara benar benar menikmati hari harinya disana. Ia bahkan sempat terkejut dan gemetar saat Vin menjelaskan bahwa kecelakaan yang ia alami bukan sekedar kecelakaan tak di sengaja melainkan rencana pembunuhan yang di lakukan oleh temannya sendiri Luke Richard.Dan yang lebih mengejutkan bahwa Vin sudah membunuh pria itu. Namun Tara tak mungkin marah padanya saat ia membuktikan bahwa Vin mampu melindungi dan membalas rasa sakit yang ia alami.Lagipula Vin selalu terus menemaninya dan melatih dirinya mobilisasi serta ia bahkan tak pernah memberikan tubuhnya kepada perawat untuk sekedar di bersihkan. Awalnya ia malu dan tak menyangka pria yang begitu di segani dan di hormati melakukan hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.Saat ini, ia selalu mengajak berkeliling hingga berhenti di sebuah balkon yang menghadap menatap taman kecil yang memang di sediakan seperti di mansion Kiel. "Taman ini, untuk ayahku jika datang berk
Happy reading ;)-------------Reeves terdiam mendengar penjelasan Vin barusan di telepon. Ia harusnya tahu bahwa pria itu memang akan selalu keji pada siapapun yang menyakiti keluarga bahkan orang orang terkasih.Jadi, hal semacam ini sudah tak asing bagi mereka. Dengan membunuh perlahan si pelaku adalah balas dendam terbesar dan setimpal dari apa yang sudah Tara alami. Namun ia juga tak menutup mata bahwa tindakan tersebut melanggar hukum negara.Reeves mencengkram railing besi di atas balkon menengadah pada langit yang mulai terang dengan kehadiran matahari. Di waktu bersamaan Tara mengerjap menolak cahaya yang menembus melewati celah jendela.Ia berbalik dan langsung meringis merasakan sakit yang teramat. Vin terbangun mendengar suara samar dan bergegas menghampiri Tara begitu menangkap raut wajah nyeri pada kekasihnya."Ada apa? Kau ingin apa? Katakan padaku," cecar pria itu proteksi."Ah, maaf aku membangunkan mu," lirih T
Happy reading :)-----------"Am..pu..ni a..ku," lirih Luke lemah di atas sana. Ia menatap tubuhnya yang sudah tidak memiliki kaki. Ia bahkan menangis melihat singa itu dengan lahap memakan kedua kaki tersebut."To..long lepas..kan aku," gumamnya kemudian. Ia bahkan tak kuasa menahan sakit yang teramat ketika singa itu kembali melompat menggigit perutnya.Luke sudah tak dapat lagi berteriak karena nyeri itu begitu menghujam dirinya. Usus dan seluruh isi perutnya telah menjadi santapan liar di bawah sana.Sementara Vin tersenyum puas dan kembali meraih cerutu. Matt hanya bergidik dan sempat membuang muka ketika pria itu bahkan hanya tersisa bagian dada dan kepala. Vin tahu bahwa pria itu masih hidup."Lempar ia saat nadi dan nafasnya terhenti." Vin kemudian beranjak meninggalkan lokasi. Ia membersihkan diri setelah itu kembali ke rumah sakit. Operasi Tara sudah selesai, Pedro dan Dominika setia menunggu juga beberapa rekan Tara yang berada di
Happy reading ;)---------------"Vin?" Reeves segera menghampiri Vin kala pria itu terduduk di lantai sembari memijat kepalanya. Pria itu menoleh mendapati kecemasan di raut wajah tua Reeves."Maafkan aku," lirih Vin tak tahu lagi harus berkata apa saat semua itu seakan merenggut jiwanya. Semua terlalu cepat. Bahkan bodyguard yang menjaga Tara pun kini telah mati di tangan Fyodor."It's okay, tapi kau yakin ini hanya kecelakaan?" tanya Reeves sedikit menyindir."Tidak, orangku sedang melacaknya.""Haruskah ia mendapat hukuman mati di penjara?" Reeves melipat kedua tangannya di dada dengan bersandar pada dinding rumah sakit."Tidak, ia tak akan mati dengan mudah." Tepat saat itu juga Pedro dan Dominika menghampiri Vin."Vin? Bagaimana keadaan Tara?" Dominika membantu Vin berdiri dan menatap iba pada kakaknya."Ia masih di dalam sana." Pandangan Vin tertuju pada ruang operasi. Sementara Reeves berpamit untuk melihat berja
Happy reading :)----------------Jantung Vin seolah berhenti. Ia segera meraih Tara dalam dekapannya. Vin berlari menabrak beberapa orang yang berlalu lalang disana. Sementara Gabriella yang hendak masuk ke dalam taxi terhenti saat Vin berteriak sembari menggendong Tara masuk ke dalam ruang UGD."Astaga, Tara!" Wanita itu ikut berlari di belakang Vin. Matanya berlarian mencari Tara di beberapa ruang pasien. Hingga ia menemukan Vin yang keluar sembari meremas keras rambut nya sendiri."Vin? Ada apa?" Gabriella menatap baju pria itu yang telah berubah warna merah oleh darah Tara. Vin kemudian terduduk seolah tulang dan syarafnya patah.Sedangkan Laura segera melakukan pemeriksaan survei primer yang dilakukan penanganan pada keadaan yang mengancam nyawa, seperti sumbatan jalan napas, henti napas, atau henti jantung.Gabriella segera masuk ke dalam begitu tak mendapatkan jawaban dari Vin. Mata Gabriella membulat mendapati Tara yang sedang di be