Share

Dia Milikku

Sejak malam itu, Kirana sudah meminta ojek o****e langganannya untuk menunggunya pulang. Sehingga itu membuat Allaric kesal karena tak bisa mendekati gadis yang membuatnya penasaran. Sekarang sudah tidak ada kesempatan lagi untuk bisa dekat dengannya.

Hari sudah berganti hampir seluruh karyawan telag pulang. Hanya Kirana yang masih betah di kantor. Sebenarnya bukan betah akan tetapi, karena banyak kerjaan yang membuatnya tertahan di kantor.

"Tuan, ayo kita makan malam sudah waktunya untuk makan malam," ajak Alan yang masih memperhatikan Allaric yang sibuk dengan laptonya.

"Aku tidak lapar! Kalau Kau lapar, makan saja duluan," timpal Allaric.

"Tuan, sepertinya Kirana pun belum makan,"  hardik Alan masih berusaha untuk meminta Bos nya untuk makan.

Seketika Allaric pun menutup laptopnya. "Kirana lembur lagi?" tanyanya sambil menoleh pada Alan.

 Alan pun mengangguk.

Allaric pun beranjak bangun dan membereskan semua pekerjaanya dan menutup laptopnya. "Kalau begitu ayo, kita makan," ajaknya sambil menoleh pada Alan.

Sekali lagi Alan pun mengangguk dan mengerti maksud Bos nya.

Allaric dan Alan pun berjalan keluar ruangan dan Alan yang maju ke arah meja Kirana. Sedangkan Allaric menunggu di ruang lain.

"Lembur lagi?" tegur Alan.

"Tuan, Alan. Iya," jawab Kirana setengah terkejut.

"Kami akan turun untuk makan malam. Kau mau ikut?" tawar Alan.

"Saya sudah makan, Tuan," sahut Kirana.

"Kapan?" tanya Alan heran. Sebab sedari tadi ia tidak melihat Kirana beranjak dari kursinya.

Kirana meraih tempat makan yang ia gunakan tadi.

"Salah satu staff berikan ini pada Saya."

Alan terkejut. "Baiklah," putus Alan kemudian meninggalkan Kirana dan menyusul Tuannya.

"Di mana dia?" tanya Allaric.

"Dia sudah makan malam, Tuan," sahut Alan.

"Apa? Kapan?" tanya Alan heran.

"Salah seorang staff berikannya makanan untuknya," 

"Siapa?"

"Saya juga tidak tau. Sebab, dia tidak mengatakan siapa orangnya!" seru Alan memberitahu Allaric.

Seketika rasa kecewa dalam hati Allaric pun datang. Karena itu juga ia kesal pada staff yang memberikannya makanan pada Kirana. Setelah itu Allaric pun menelepon seseorang yang ia tugaskan untuk mengawasi Kirana dan mencaritahu semua tentangnya.

 Beberapa saat kemudian. Sebuh pesan masuk dari orang suruhannya itu mengatakan kalau Sofia yang memberikan makanan pada Kirana. Sofia seorang karyawan senior yang selalu baik pada karyawan baru dan magang. Pada akhirnya Allaric dan Alan pun makan di luar berdua.Walau sebenarnyaia merasa kecewa karena tidak ada Kirana.

Satu jam kemudian Allaric dan Alan pun kembali. Dari kejauhan Allaric menatap Kirana. Gadis itu terlihat meliyutkan tubuhnya dan menyiput rambutnya ke atas. Hingga terlihat leher panjangnya dan sesekali ia juga menggigit bibir bawahnya.

Allaric pun berpaling cepat. Sudah cukup pesona Kirana membuatnya semakin penasaran.menggelang cepat. Ia dan Alan pun kembali ke ruangannya.

"Mulai besok, Aku tidak mau Maya menyuruhnya untuk lembu. Selesaikan tugasnya sendiri." pinta Allaric dengan nada tinggi.

"Baik, Saya mengerti!" seru Allaric dengan anggukkan kepala.

*****

Keesokkan harinya Alan masih melihat Kirana lembur. Padahal ia sudah memberitahu Maya untuk tidak membuat Kirana lembur lagi.

Malam telah larut bahkan sudah menjelang subuh. Allaric melihat Kirana lembur lagi membuatnya kesal pada Maya. Ia tidak bisa bicara langsung pada Kirana. Sehingga ia pun meminta asistennya Alan untuk bicara padanya. Alan mengerti dan menjalankan tugasnya untuk menemui Kirana.

"Kau belum pulang?" tanya Alan.

"Anda mengejutkan saya lagi," sahut Kirana.

Alan tersenyum. "Apa pekerjaanmu belum selesai?" lanjut Alan.

"Belum, Tuan," jawab Kirana.

"Kau tau ini sudah pukul berapa?" tanya Alan.

Kirana melirik jam di tangannya. "Pukul sepuluh lewat dua puluh lima menit," jawab Kirana polos.

Alan kembali tersenyum. "Kau salah. Ini sudah hampir pukul satu dini hari." Alan menunjukkan jam di tangannya dan menunjuk ke arah jam di dinding.

Kirana terkejut. Ia pun kembali melihat jam di tangannya. Ia memperhatikan dengan seksama. Ia pun tertawa sembari menutup wajah dengan sebelah tangannya.

"Jam tangan saya mati, Tuan," celetuk Kirana kembali tertawa.

Alan hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Sudah! Sebaiknya Kau pulang,"

"Tapi, ini belum selesai." tunjuk Kirana pada setumpuk kertas di depannya.

"Meeting besok di undur pukul sepuluh. Jadi, Kau masih bisa melanjutkannya besok pagi." putus Alan.

"Benarkah? Baiklah." Kirana tersenyum senang dan segera membersihkan meja kerjanya.

"Kau akan ikut pulang bersamaku," putus Alan.

"Tidak terima kasih, Tuan. Saya akan pulang dengan Driver langganan Saya," tolak Kirana.

"Tidak akan ada Driver yang masih O****e di jam segini," ungkap Alan.

Kirana menarik nafas dalam. Apa yang di katakan Alan ada benarnya. Jadi, bagaimana caranya ia akan kembali ke rumah.

"Kau memikirkan sesuatu?" tanya Alan.

Kirana menggeleng.

"Tunggu di sini." tunjuk Alan.

Kirana hanya bisa mengangguk. Tidak lama kemudian. Allaric dan Alan keluar dari ruangannya dan berjalan menghampirinya.

"Selamat malam, Tuan," sapa Kirana menundukkan pandangannya.

Allaric hanya menganggukkan kepalanya.

"Ayo!" ucap Alan. Ketiganya pun melangkah meninggalkan kantor dan kembali rumah masing-masing.

****

Keesokkan harinya. Alan menghampiri meja Kirana dan menyapanya.

"Selamat pagi," tegurnya ramah.

"Pagi, Tuan," sahut Kirana.

"Kau sudah menyelesaikan tugasmu?" tanya Alan.

Kirana mengangguk dan memberikan berkas itu pada Alan.

"Sebaiknya, Kau sendiri yang menyerahkan itu pada Bos," ucap Alan.

"Saya? Tapi...."

"Tidak apa-apa. Pergilah, ia menunggu berkas ini." Alan pun meninggalakan Kirana.

Dengan gugup Kirana pergi ke ruangan atasannya. Setelah ia menarik nafas panjang. Ia pun memberanikan diri untuk mengetuk pintu.

Alam membuka pintu setelah Kirana mengetuknya tiga kali. Laki-laki itu pun mempersilahkan Kirana masuk. Dengan perasaan gugup Kirana pun melangkahkan kakinya.

"Tuan, ini berkas untuk meeting hari ini." Kirana pun meletakkannya di atas meja.

Allaric membalik kursi kebesarannya dengan senyum mengembang di wajahnya saat melihat Kirana. Seketika wajah tampan Allaric dengan sorot mata yang tajam disertai dengan hidung yang runcing dan bibir tipis menggoda.

"Terima kasih," ucapnya.

 Allaric pun beranjak membuat Kirana melihat secara langsung wajah tampan Allaric yang begitu mempesona. Biasanya, Kirana hanya melihatnya di layar televisi, media cetak dan sosial media lainnya.

Seketika Kirana pun tersadar dari lamunannya kalau ia benar-benar terpukau dengan ketampanan Allaric. Kirana pun pamit undur diri setelah ia kembali pada kenyataan. 

Setelah Kirana pergi Allaric pun menghampiri Alan." Aku melihat dia tidak memakai jam tangannya," ungkap Allaric.

Alan langsung mengerti dan membuka Tab miliknya dan memberikan contoh jam tangan wanita pada Allaric. Allaric pun memilih dan pilihannya jatuh pada jam tangan mewah dengan harga selangit. "Ambil ini dan berikan padanya." Allaric mengembalikan tab kepada Alan.

"Apa ini tidak terlalu mewah, Tuan?" tanya Alan.

"Wanitaku sangat istimewah," sahut Allaric.

"Wanita?" tanya Alan.

"Yah! Mulai saat ini. Dia adalah wanitaku," putus Allaric.

*****

Hari ini Kirana tidak bekerja lembur lagi. Ia segera bersiap untuk pulang dengan yang lainnya. Tapi, tiba-tiba Alan memanggilnya.

"Ini, untukmu." Alan memberikan sebuah kotak kecil pada Kirana.

"Ini apa, Tuan?" tanya Kirana.

"Buka saja,"

Dalam keadaan bingung. Kirana pun membukanya. Mata Kirana terbelalak saat ia melihat isi kotak.

"Ini?"

"Untukmu. Kau telah menyelesaikan berkas itu dengan baik. Tuan sangat puas dengan hasil kerjamu. Saat ia mengatakan akan memberikan hadiah untukmu. Aku pun mengusulkan untuk memberikan jam tangan ini untukmu," ungkap Alan.

"Tapi, Saya tidak bisa menerima ini," tolak Kirana.

"Terima saja. Jika kau menolaknya. Kau akan menyinggung perasaannya." Alana puna meninggalkan Kirana.

Kirana menarik nafas panjang. Ia memperhatikan jam tangan mahal itu. Kirana melangkah keluar dari kantornya. Langkah gontainya menuntunnya menuju ke sebuah halte Bus yang tidak jauh dari kantor.

"Kemarin aku mendengar seseorang rindu padaku," sebuah suara yang mengejutkan Kirana. Kiara tahu betul pemilik suara itu.

Seketika suara itu mengejutkan Kirana. Suara yang begitu ia rindukan dan hapal betul siapa pemilik suara itu? Kirana pun membalikkan tubuhnya.

"Davi!" seru Kirana girang bahkan tak percaya jika kekasihnya ada di belakangnya.

"Yah! Aku," sahut Davi.

Kirana pun berlari ke arah laki-laki itu dan memeluknya dengan erat. Keduanya melepaskan rindu yang tak tertahankan. Sebuah kecupan hangat mendarat di kening Kirana.

"Apa kau merindukanku?" tanya Davi sesaat melepaskan pelukannya sesaat.

Kirana mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Davi pun kembali memeluk erat tubuh Kirana.

Tanpa mereka sadari. Sepasang mata memperhatikan mereka dari atas gedung. Allaric mengepalkan tangannya. Ia benar-benar marah. Bagaiman mungkin, Kirana bisa seakrab itu dengan Davi. Sepupu sekaligus musuh bebuyutannya.

"Aku harus merebutnya. Kirana hanya milikku. Dia wanitaku," batin Allaric.

bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status