Kirana kini mulai bisa menjalankan tugasnya sebagai sekretaris sekaligus asisten pribadi Allaric, menggantikan Alan yang saat ini masih berada di luar negeri. Dengan sabar, Allaric mengajari Kirana apa saja tugasnya sebagai asisten.
"Tuan, Saya ingin meminta izin untuk tidak ikut pertemuan malam ini," cetus Kirana meminta izin.
"Kenapa? Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Allaric.
"Saya ingin ke rumah sakit, menemani mama," jawabnya.
"Baiklah! Kita akan membatalkan pertemuan malam ini dan Saya juga akan ikut menemani Kamu di rumah sakit!" seru Allaric.
"Tapi, Anda tidak perlu melakukannya, Tuan," Kirana tolak Kirana.
"Kamu keberatan jika Saya ikut bersama Kamu?" tanya Allaric.
"Bukan begitu. Hanya saja, Saya merasa tidak enak dengan yang lain. Jika Anda, sering terlihat bersama Saya," tutur Kirana.
"Maksud Kamu?" tanya Allaric, sembari menyipitkan matanya.
"Tuan, Saya ingin jujur pada Anda," cetus Kirana.
"Saya suka orang yang jujur," sahut Allaric.
"Tuan, belakangan ini Saya sering mendengar beberapa karyawan wanita di kantor ini membicarakan diri Saya," ungkap Kirana.
"Membicarakan Kamu, tentang apa?" sela Allaric.
Kirana pun mulai mengatakan semua hal yang selama ini mengganggu pikirannya. Saat ia berada di dalam toilet. Kirana sempat tanpa sengaja mencuri dengar obrolan mereka.Yang mengatakan, jika Kirana menempuh jalan singkat untuk bisa berada di posisinya sekarang. Allaric mengepalkan tangannya kesal. Ia pun menarik kesimpulan, mungkin ini adalah penyebab mengapa Kirana selalu berusaha untuk menghindarinya?
"Jadi, apa itu alasannya Kamu selalu berusaha untuk menghindari Saya?" tanya Allaric.
Kirana menunduk dan mengangguk perlahan. Allaric menarik nafas dalam dan perlahan menghembuskannya.
"Apa, Kamu mau Saya melakukan sesuatu?" tanya Allaric."Tidak! Jangan!" hardik Kirana cepat.
Allaric tersenyum heran. "Kenapa?"
"Saya tidak mau, gara-gara Saya mereka kehilangan pekerjaan. Lagi pula, jika Anda melakukan sesuatu pada Mereka. Itu hanya akan membuat Mereka semakin membenci Saya," jelas Kirana.
"Baiklah!" desis Allaric.
"Hah?" Kirana terheran.
"Saya tidak akan bikin perhitungan dengan Mereka. Tapi, sebagai gantinya. Kamu harus setuju Saya menemani Kamu ke rumah sakit!" seru Allaric.
Kirana tersenyum manis. "Baiklah!"
Keduanya pun segera meninggalkan ruangan dan pergi ke rumah sakit.****Tiba di rumah sakit. Kirana di kejutkan saar beberapa suster yang terlihat berlarian ke masuk ke dalam ruangan Mamanya. Kirana pun mempercepat langkahnya dan meninggalkan Allaric di belakang.
"Ada apa, suster?" tanya Kirana panik. Ia tahu pasti telah terjadi sesuatu pada Mamanya.
"Nyonya Ayu, terkena serangan jantung lagi!" seru suster.
"Apa? Lagi?" pekik Kirana.
"Iya, Nona. Ini sudah yang ke dua kalinya untuk hari ini," ungka suster.
Kirana tidak lagi bisa menyembunyikan kesedihannya. Tidak lama kemudian, seorang Dokter keluar dari ruangan Mamanya. Kira pun langsung menghampirinya.
"Dok, bagaimana dengan Mama saya?" tanya Kirana panik."Sekarang keadaannya sudah stabil. Tapi, sebaiknya segera lakukan operasi tranplantasi jantung seperti yang saya anjurkan," tutur Dokter.
Kirana terdiam. Ia kembali berpikir bagaimana ia bisa mendapatkan uang secepat itu dalam waktu singkat. Melihat kesedihan di raut wajah wanitanya. Allaric pun mendekat mereka.
"Lakukan operasinya sekarang juga!" seru Allaric memberi perintah.Kirana terkejut mendengar Boss nya angkat bicara.
"Tapi, Tuan. Saya tidak punya uang sebanyak itu," sela Kirana."Kau bekerja padaku, Aku akan memotong tiap bulan dari gajimu," sambung Allaric.
Kirana kembali terdiam.
"Baiklah," kata Dokter. Ia pun memerintahkan seorang suster untuk mmepersiakan semuanya dan akan melakuka operasi malam ini juga.
Kirana masih membisu, ia tidak tahu haruds berbuat apa? Allaric mendekatinya dan berusaha menghiburnya.
"Aku akan menemanimu di sini," tutur Allaric menggenggam jemari Kirana. Gadis itu hanya mengangguk perlahan.Dengan batuan Allaric, akhirnya pendonor jantung untuk Mama Kirana pun di dapatkan tanpa banyak kendala. Operasi segera di lakukan, Allaric menemani Kirana yang duduk di depan ruang operasi.
Beberapa jam kemudian, operasi pun selesai dilaksanakan. Dokter keluar dan menjelaskan pada Kirana. Jika, operasi berjalan dengan lancar dan Mamanya kini dalam keadaan stabil. Kirana bernafas lega, senyum kembali terpancar di wajahnya.
Allaric mendekatinya. "Kau sudah tenang sekarang?" tanya Allaric.
Kirana mengangguk cepat.
"Kalau begitu, Kita pulang sekarang!" ajak Allaric.
"Apa?" Kirana terkejut.
"Iya pulang dan Saya akan mengantarkan Kamu!' seru Allaric.
"Tidak perlu, Tuan. Kalau Anda ingin pulang, Anda bisa pulang sekarang. Saya akan tetap di sini menemani Mama," ungkap Kirana.
"Kamu tau, Saya sudah membatalkan janji temu malam ini dengan klien besar. Hanya untuk menemani Kamu di sini dan besok Saya tidak mau kalau sampai Kamu membatalkannya lagi," hardik Allaric.
"Maafkan Saya, Tuan," sesal Kirana.
"Jadi, apa Kamu mau ikut pulang bersama Saya?" tanya Allaric.
"Tapi, bagaimana dengan Mama Saya? Siapa yang akan menjaganya?" tanya Kirana balik.
"Saya akan meminta suster untuk menjaga Mama Kamu. Jadi, Kamu jangan khawatir," jawab Allaric.
Kirana pun akhirnya menuruti kemauan Allaric. Mengingat kebaikan yang di lakukan Allaric pada dirinya dan Mamanya. Keduanya pun meninggalkan rumah sakit dan kembali ke rumah masing-masing. Tapi, sebelumnya Allaric mengantarkan Kirana pulang ke rumahnya. Setelahnya, Allaric pun memilih menghabiskan malamnya di tempat biasanya.
Keesokan harinya, Kirana mengunjungi rumah sakit dan mendapati Mamanya telah siuman. Ia teramat senang dan segera memeluk wanita yang telah melahirkannya. Setelah puas berbincang, Ayu pun meminta putrinya untuk kembali ke kantor dan bekerja. Semula Kirana menolak, ia masih ingin di sini. Tapi, Ayu meyakinkan putrinya jika semua perawat di sini yang akan menjaganya. Kirana pun mendengarkan ucapan Mamanya dan segera berangkat ke kantor.
Tiba di kantor, ia segera menuju ruangan Bos nya untuk merapikan ruangan dan mempersiapkan semuanya. Namun, Kirana di kejutkan dengan keberadaan Bos nya yang sudah berada di ruangannya.
"Tuan, Anda!" seru Kirana terkejut.
"Kenapa?" tanya Allaric.
"Tidak apa-apa, maaf Saya sedikit terlambat," jawabnya. Kirana mulai melakukan kegiatannya. Allaric hanya memperhatikan setiap gerak yang di lakukan Kirana. Jauh di dalam hati Kirana bertanya. Apa yang dilakukan Bos nya sepagi ini? Tidak seperti biasanya, ia datang ke kantor sepagi ini.
"Apa jadwalku, hari ini?" tanya Allaric memecah kesunyian.
"Melanjutkan meeting yang tertunda kemarin," sahut Kirana.
"Setelahnya?"
"Tidak ada!"
Allaric mengangguk mengerti. "Kamu sudah sarapan?" tanya Allaric.
"Apa?" tanya Kirana terbengong.
"Saya bertanya, apa Kamu sudah sarapan?" ulang Allaric.
"Sudah!" jawab Kirana.
"Baiklah," desis Allaric.
"Apa Anda belum sarapan?" tanya Kirana memberanikan diri.
"Yah!" jawab Allaric singkat.
"Mau Saya pesankan sesuatu?" tawar Kirana tulus.
"Kalau Kamu mau menemani, Saya pasti akan senang sekali," tutur Allaric.
"Baiklah!" seru Kirana tertawa. Allaric pun ikut ikut tertawa melihat ulah sang sekretaris pribadinya.
Setelah pesanan mereka datang, keduanya pun mulai menikmati sarapan mereka. Allaric senang, jika saat ini Kirana tidak lagi menjaga jarak dengannya. Satu persatu rencananya untuk mendapatkan gadis itu berjalan dengan lancar. Ia hanya menunggu waktunyang tepat untuk membuat gadis itu menjadi miliknya.
bersambung.
Kesehatan Mamanya Kirana, perlahan pulih. Wanita itu pun sudah di perbolehkan untuk pulang. Kirana meminta izin pada Allaric untuk tidak masuk kantor hari ini. Ia akan menjemput mamanya dari rumah sakit. Dengan senang hati, Allaric mengabulkannya dan dia sendiri juga ikut datang menjemput.Mama Kirana terlihat senang pada sosok Allaric yang baik dan sopan. Allaric sendiri merasa nyaman saat dirinya mengobrol bersama Mama Kirana. Entah mengapa sikap lembut lembut wanita itu membuat Allaric merasa seperti sedang berbicara pada Ibunya."Mama, istirahat dulu ya!" seru Kirana."Mama, masih ingin mengobrol, Na. Sudah lama tidak mengobrol panjang lebar seperti ini, sejak Mama berada di rumah sakit," sahut sang Mama."Iya, Nana ngerti. Tapi, kan Mama juga harus banyak istirahat," lanjut Kirana."Kirana benar, Nyonya. Sebaiknya, Anda istirahat agar kesehatan Anda segera pulih," selaAllaric."Baiklah," ucap Ayu menuruti kedua anak muda dei depannya. Kirana
Allaric dan Kirana tiba di negara S. Kirana yang baru pertama kali melakukan perjalanan jauh menggunakan pesawat, terkulai lemas."Istirahatlah! Besok, kita akan menghadiri rapat!" seru Allaric yang mengantarkan Kirana ke kamarnya.Kirana hanya mengangguk, matanya terasa berat dengan tubuh yang lemas."Kamarku tepat di sebelah kamarmu." tunjuk Allaric. "Kalau kamu membutuhkan sesuatu, kamu tinggal datang saja!" lanjutnya sembari tersenyum.Kirana mengangguk mengerti. Allaric pun melangakah ke kamarnya dan membiarkan Kirana untuk istirahat. Selepas kepergian Allaric, Kirana menghempaskan dirinya ke atas ranjang dan kembali tidur.Keesokan harinya, dengan malas Kirana bangkit dan membuka pintu.Ceklek ...."Selamat pagi!" sapa Allaric.Mata Kirana membulat saat melihat Boss nya sudah berada di depan pintu."Tuan!" seru Kirana terkejut."Kamu baru bangun?" tanya Allaric.Kirana menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan Allaric masu
"Apa? Dia asisten pribadi kamu?" pekik Victoria."Yah! Kenapa? Apa ada masalah?" tanya Allaric."Tidak ada!" sela Oscar.Victoria menatap Kirana dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan tatapan tidak suka dan menyepelekan. Kirana menunduk tidak nyaman dengan tatapan dari Victoria."Ada apa, Tante? Apa kalian saling mengenal?" tanya Allaric sembari menyindir Davindra."Tidak! Hanya saja, aku jadi teringat dengan seorang gadis yang pernah bermimpi untuk menjadi bagian dari keluargaku," sindir Victoria.Kirana semakin menundukkan kepalanya"Sudahlah, Ma!" ucap Davindra yang akhirnya angkat bicara. Ia merasa kasihan melihat Kirana, gadis yang ia cintai menjadi bulan-bulan orang tuanya."Lalu, apa yabg terjadi pada gadis itu?" pancing Allaric."Tentu saja kami melarang Davi untuk melanjutkan hubungannya dan kami juga sudah menyiapkan calon yang cocok untuk jadi menantu kami." Victoria menunjuk ke arah gadis yang sejak
"Tuan Alan!" seru Kirana menghampiri pria yang dikenalnya."Kirana, kamu disini?" sahut Alan tersenyum."Dia datang bersamaku," sela Allaric."Tuan." Alan mengulurkam tangannya."Selamat untuk semuanya," ucap Allaric."Terima kasih," sahut Alan.Kirana memandang dengan tatapan aneh pada dua pria di hadapannya. Alan dan Allaric tertawa melihat wajah bingung Kirana."Ini adalah pesta peresmian pembukaan hotel milik Alan dan saudaranya, Sammy," ucap Allaric.Kirana masih mendengarkan penjelasan Allaric hingga selesai. Ia pun kini tahu, mengapa Alan meminta, untuk menggantikannya dalam waktu yang lama. Setelah selesai menjelaskan pada Kirana, Allaric dan Alan pun membawa Kirana untuk berkeliling dan menyapa para kolega mereka.Alan juga memperkenalkan Kirana pada Sammy. Di luar dugaan, ternyata Sammy dan Alan memiliki wajah yang sangat mirip."Apa kalian kembar?" tanya Kirana."Tidak!" jawab Alan dan Sammy bersam
Kirana terkejut saat bangun dalam pelukan seseorang. Yang membuatnya tidak kalah terkejut adalah saat ia melihat kondisinya saat ini. Ia masih dalam keadaan polos dengan banyak tanda merah di hampir sekujur tubuhnya."Apa yang terjadi ya, Tuhan?" gumam Kirana panik. Namun, ia kembali berusaha untuk tenang. Sedangkan Allaric masih terlelap dalam tidurnya."Tuan.... Tuan...." Kirana coba untuk membangunkan Allaric.Allaric mengernyitkan matanya, kemudian tersenyum pada Kirana."Selamat pagi, Sayang," ucap Allaric tersenyum.Kirana membulatkan matanya, saat ia mendengar Allaric menyebutnya Sayang."Tuan, apa yang terjadi?" tanya Kirana."Apa kamu lupa?" Allaric membelai lembut wajah Kirana.Kirana mengelak dan menepiskan tangan Allaric. "Apa maksud anda?""Kamu lihat sendiri dan simpulkan sendiri," sahut Allaric."Tuan, anda bercandakan? Kita tidak mungkinkan?" suara Kirana mulai bergetar.
Kirana tiba di rumahnya dan langsung masuk ke kamarnya."Kamu sudah pulang, Na?" sapa sang Mama."Iya, Ma!" sahut Kirana.Ayu memperhatikan barang bawaan putrinya."Kamu di pecat, Na?" tanya Ayu."Kirana mengundurkan diri, Ma," jawabnya singkat."Tapi, kenapa?" lanjut Ayu."Semuanya, sudah tidak sejalan dengan cara kerja Kirana, Ma," bohong Kirana. Ia tidak mau sampai Mamanya tahu perkara yang sebenarnya. Kesehatan Mamanya saat ini lebih penting, dari apapun juga."Yang sabar ya, Na. Mama yakin, kamu masih bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik di tempat lain," hibur Ayu.Kirana memeluk Mamanya, berusaha menahan air matanya."Kamu istirahat dulu, Mama akan siapkan makan siang." Ayu melepas pelukan dan meninggalkan kamar putrinya.Sepeninggalan Mamanya, Kirana kembali menatap langit-langit kamarnya."Aku harus segera mencari pekerjaan. Aku tidak mau, menjadi beban untuk Mama," batin Kirana. Ia pun ba
"Tidak!" seru Kirana.Seketika semua mata memandang ke arah mereka. Alan berusaha untuk meredam amarah Kirana."Tenanglah! Semua orang sedang memperhatikan kita," bujuk Alan."Aku tidak mau lagi kembali ke sana," tegas Kirana."Aku tidak memaksamu, aku tau kau tidak akan setuju untuk kembali dan aku tidak akan memaksakan kehendakku," ungkap Alan."Lantas? Untuk apa, kau menemuiku?" tanya Kirana."Aku hanya menjalankan perintah dari Allaric. Kau tau sendiri, bagaimana sikapnya jika permintaannya tidak dipenuhi?" ucap Alan.Kirana terdiam, ia tahu Alan tidan pernah membantah apapun permintaan dan perintah dari Allaric."Aku tidak mau dihina lagi," lanjut Kirana."Aku tau, aku paham keadaanmu." sahut Alan lirih. Ia tahu semua yang terjadi pada Kirana. Sejujurnya, ia merasa kasihan pada gadis itu, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan Allaric sebagai Boss nya."Aku permisi pulang, sebentar lagi aku masuk kerja
Kirana menarik nafas dalam, ia memikirkan kembali ucapan Allaric saat di restoran yang mengatakan.Karena, ia harus segera melunasi hutangnya pada perusahaan. Kirana benar-benar kesal dan marah pada Allaric, ia tidak menyangka jika laki-laki itu sempat menjebaknya."Bagaimana ini? Apa aku harus kembali bekerja?" gumam Kirana.Kirana membanting dirinya ke ranjang dan berguling ke sana ke mari."Apa yang harus aku lakukan sekarang?" lanjut Kiran bergumam sendiri."Kalau aku tidak bekerja kembali ke sana, itu artinya aku harus membayar semuanya. Darimana aku mendapatkan uang sebanyak itu. Bekerja sepuluh tahun pun tidak akan bisa melunasinya," batin Kirana.Kirana melirik ponselnya, ia mengambil dan membuka daftar kontak. Terlihat nama Alan di baris depan."Apa aku harus menelpon Alan dan bilang padanya, kalau aku setuju bekerja kembali?" Kirana memutar-mutar ponsel di tangannya.Saat Kirana larut dalam pikirannya. Tiba-tiba, po