"Kenapa?" Ewan menatap Raja Naga dengan bingung.Setelah susah payah menemukan petunjuk pelaku dan memastikan bahwa upaya pembunuhan terhadap Sida adalah ulah Sekte Hyang, kenapa sekarang Raja Naga malah menyuruhnya berhenti menyelidiki?Raja Naga berkata, "Aku sudah bilang tadi, Sekte Hyang nggak punya batasan moral. Mereka itu sekelompok orang gila. Aku khawatir kalau kamu menyinggung mereka, kamu akan dibalas.""Tapi kalau kita berhenti sekarang, dalam tiga hari nyawamu tetap akan melayang," kata Ewan.Raja Naga tertawa santai. "Aku memang sudah di ujung ajal. Mati cepat atau lambat sama saja.""Tapi, aku nggak ingin kehilangan satu tangan." Ewan berkata dengan serius, "Aku ganteng, punya pekerjaan bagus, masa depan cerah. Kalau sampai tanganku buntung, bisa susah cari istri nanti.""Itu masih lebih baik daripada menyinggung Sekte Hyang.""Raja Naga, kalau kita berhasil menangkap pelaku dan menyerahkannya ke Sida, semua ini bukan lagi urusan kita. Kalau Sekte Hyang mau balas dendam,
"Kenapa?""Karena Organisasi Draken bertindak dengan aturan, sedangkan Sekte Hyang nggak pernah punya aturan. Siapa pun yang menyinggung mereka akan berakhir tragis. Aku sendiri adalah salah satu korbannya.""Kamu?" Ewan tampak mulai memahami sesuatu. Dia menatap Raja Naga dengan terkejut, lalu bertanya: "Jangan-jangan racun di tubuhmu itu ....""Benar. Itu ulah Sekte Hyang," ujar Raja Naga sambil menggertakkan gigi. "Bertahun-tahun lalu, aku pernah menyelamatkan seorang pria yang terluka parah di pinggir jalan. Saat itu, aku nggak tahu dia adalah anggota Sekte Hyang.""Aku membawanya pulang, memanggil dokter, dan merawatnya sampai sembuh. Setelah itu, dia tinggal bersamaku selama dua tahun.""Saat itu, aku pikir dia tinggal karena ingin membalas budi. Aku percaya dia tulus. Tapi kemudian aku sadar, dia ada di sisiku hanya untuk menyelidiki latar belakangku.""Setelah itu, aku menjadi petarung peringkat 12 dalam Daftar Harimau dan menguasai dunia mafia Papandaya. Aku berada di puncak k
Asap hitam yang melayang di depan mata Ewan sangat tipis, seperti helaian rambut. Jika tidak diperhatikan dengan saksama, pasti tidak akan terlihat."Pergilah," ucap Ewan dengan lirih. Seketika, asap hitam itu melayang memutari kamar, lalu melesat ke luar pintu.Swoosh ....Ewan segera mengejarnya ke luar. Raja Naga dan Henry tidak tahu apa yang sedang terjadi. Melihat Ewan tiba-tiba berlari, mereka pun mengejar dari belakang.Begitu keluar, mereka melihat Ewan mondar-mandir di lorong, seolah-olah sedang mencari sesuatu."Ewan, kamu cari apa?" tanya Henry.Ewan tidak menjawab. Dia terus berjalan sampai akhirnya berhenti di depan pintu kamar. Matanya menatap lekat-lekat ke arah pintu. Dia melihat asap hitam itu melayang dan berhenti di permukaan pintu."Kak Henry, tolong ambilkan aku segelas air."Henry segera masuk ke kamar dan keluar lagi dengan membawa sebotol air mineral. Kemudian, dia menyerahkannya kepada Ewan.Ewan segera membuka tutup botol, lalu menyiramkan semua air di dalam k
"Sekarang aku yakin, pasti Sida yang menyuruh orang menghapus semua jejak karena orang biasa nggak mungkin bisa menghapusnya sebersih ini." Raja Naga menghela napas. "Pantas saja Organisasi Draken bisa berkembang secepat ini. Ternyata bawahan Sida memang bukan orang sembarangan.""Kak Henry, di mana ruang kontrol CCTV hotel? Ayo antar aku ke sana," kata Ewan.Karena tidak menemukan petunjuk apa pun di kamar, satu-satunya harapan yang tersisa hanyalah rekaman CCTV.Henry menyahut, "Aku sudah lihat rekaman CCTV, nggak ada petunjuk penting.""Aku tetap ingin melihatnya sendiri."Raja Naga melihat Ewan begitu bersikeras, jadi ikut berkata, "Henry, antarkan saja. Aku juga ingin lihat.""Baiklah." Henry pun membawa Ewan dan Raja Naga menuju ruang kontrol CCTV hotel.Mereka bertiga duduk dan menonton semua rekaman CCTV dari semalam hingga pagi hari ini. Seperti yang dikatakan Henry sebelumnya, Sida serta para pengawalnya masuk ke kamar dan tidak keluar sama sekali semalaman. Bahkan, pintu kam
Hotel Bright, kamar 8001. Ini adalah kamar tipe suite.Ewan melirik sekeliling dan mendapati kamar ini sangat rapi dan bersih."Kak Henry, kamu yakin semalam Sida diserang di kamar ini?" tanya Ewan dengan raut wajah ragu. Kamar ini sama sekali tidak terlihat seperti lokasi percobaan pembunuhan."Aku yakin," jawab Henry. "Aku sudah periksa, Sida memang menginap di sini semalam. Sepanjang malam dia nggak meninggalkan kamar."Ewan bertanya lagi, "Kalau begitu, kenapa kamarnya bersih sekali? Apa petugas kebersihan hotel sudah membersihkannya?""Aku sudah tanya. Pihak hotel nggak mengirimkan petugas kebersihan ke kamar ini," jawab Henry.Kening Ewan berkerut. Dia menoleh ke arah Raja Naga, lalu bertanya, "Menurutmu, ini kelihatan seperti tempat kejadian pembunuhan nggak?""Nggak.""Aku juga merasa begitu," ujar Ewan. "Kalau Sida benar-benar diserang di kamar ini semalam, bahkan sampai beberapa pengawalnya tewas, semestinya ada bekas perkelahian. Tapi, sekarang ruangan ini terlihat seperti b
Satria menatap tajam, cahaya dingin berkilat di matanya. Dia berkata dengan dingin, "Sekarang belum saatnya. Tunggu sampai aku menguasai dunia. Saat itu, mereka semua akan musnah."....Di halaman vila.Setelah Satria pergi, Raja Naga dan Henry bangkit perlahan dari lantai. Wajah mereka pucat dan ketakutan masih membekas di alis mereka. Ewan juga tak jauh berbeda. Belakang bajunya basah kuyup oleh keringat dingin.Raja Naga menghela napas, lalu berkata, "Ewan, kamu nggak seharusnya datang hari ini. Aku ini orang yang sudah di ambang maut, mati cepat atau lambat sama saja. Meskipun kamu telah menyelamatkan nyawaku, kamu juga menyeret dirimu ke dalam masalah besar. Ini tak sepadan."Ewan menjawab, "Tolong jangan bicara begitu. Semalam di Crystal Palace, kamu dan Kak Henry berani melawan Dullah demi aku, bahkan sampai terluka karenanya. Dibandingkan dengan yang sudah kalian lakukan untukku, ini hanya hal sepele.""Bagaimanapun, aku berutang budi padamu lagi. Terima kasih," ucap Raja Naga