Srett ....Jarum emas itu menusuk langsung ke tenggorokan Guntur. Setelah itu, Ewan menjentikkan jarinya ke ujung jarum dengan lembut.Buzz! Jarum emas itu bergetar hebat, mengeluarkan suara dengungan yang tajam."Transmigrasi Jarum Emas?" Atta sedikit terkejut, akhirnya paham kenapa Ewan berani menyindirnya tadi. Ternyata pemuda ini memang punya kemampuan.Mendengar Atta menyebutkan teknik jarumnya, Ewan juga tampak terkejut. Dia menoleh sambil tersenyum, lalu berkata, "Lumayan, kamu punya pengetahuan juga.""Huh! Hanya mengandalkan akupunktur, aku ragu kamu bisa menyembuhkan Pak Guntur." Atta tertawa dingin dalam hati. Dirinya saja gagal mengendalikan serangga kutukan di tubuh Guntur meskipun sudah menggunakan induk serangga, apa yang bisa dilakukan Ewan?"Bisa atau nggak, kamu akan segera melihatnya." Ewan melanjutkan penyembuhannya dengan kembali menusukkan jarum.Di antara semua yang hadir, yang paling cemas tentu saja adalah Sabian karena yang terbaring di tempat tidur itu adalah
"Tenang saja, Pak Sabian. Meskipun penyakit Pak Guntur sangat sulit dan meskipun harus mengorbankan nyawaku ini, aku pasti akan menyembuhkannya."Setelah berkata demikian, Atta mengeluarkan sebuah botol keramik hitam dari sakunya. Setelah membuka sumbatannya, seekor kepik tujuh bintang sebesar ibu jari merayap keluar dari dalam botol.Seluruh tubuh kepik ini berwarna hitam pekat. Kedua matanya pun mengeluarkan cahaya biru yang suram dan tubuhnya dipenuhi cairan hijau tua yang menjijikkan.'Itu induk serangga kutukan!' Ewan langsung mengenalinya. Kepik tujuh bintang ini adalah serangga induk.Di wilayah selatan, terdapat jenis serangga kutukan yang sangat jahat, disebut sebagai serangga kutukan induk anak.Seorang ahli kutukan akan menggunakan waktu yang sangat lama untuk memberi makan seekor induk serangga dengan darahnya sendiri. Dari induk itu, akan dikembangkan banyak serangga anak. Cukup dengan mengendalikan induknya, maka semua anak serangga pun bisa dikendalikan.Melihat Atta men
Ada apa ini?Atta merasa ada yang aneh. Secara logika, dengan metode yang dilakukan sampai saat ini, seharusnya tubuh Guntur sudah menunjukkan reaksi tertentu. Sekarang, Guntur malah masih terbaring di atas ranjang tanpa pergerakan sedikit pun. Ini benar-benar tidak wajar.Aneh!Atta mengerutkan alisnya, meniup lebih keras. Suara yang ditimbulkan menjadi semakin nyaring. Meskipun begitu, Guntur tetap tidak menunjukkan tanda-tanda akan sadar.Perlahan, keringat mulai muncul di dahi Atta. Mengendalikan serangga kutukan memang sangat menguras tenaga.Tiga menit kemudian, Atta akhirnya menghentikan aksinya. Dia mengulurkan tangan, memegang kedua pipi Guntur, lalu perlahan membuka mulutnya. Di mana serangganya?Atta bengong. Dia sudah meniup dengan daun bambu selama ini. Dalam kondisi normal, serangga kutukan seharusnya sudah muncul, tetapi sekarang tidak ada jejaknya sama sekali.Ke mana perginya serangga kutukan itu? Atta mulai bingung. Situasi seperti ini belum pernah dia temui sebelumny
"Kalau aku bilang nggak, apa kamu akan percaya?" Ewan balik bertanya.Sabian menggeleng. "Nggak."Kalau tidak percaya, untuk apa bertanya begitu?Sabian menambahkan, "Setahuku, Neva nggak mungkin menyukai orang yang karakternya buruk."Tatapan Laksh sempat berubah. Apa maksud Sabian? Jangan-jangan dia mau meminta Ewan untuk mengobati kakeknya?Memikirkan hal itu, Laksh merasa panik. Dia diam-diam menatap Atta. Keduanya saling bertukar pandang.Baru saja dia ingin berbicara, tak disangka, ucapan Sabian malah berbalik arah. "Ewan, meskipun kemampuan medismu luar biasa, aku tetap nggak akan memintamu mengobati kakekku.""Kenapa?" Ewan bingung.Bahkan Ridho pun terlihat heran.Sabian menjawab, "Aku menyukai Neva, sedangkan dia menyukaimu. Kita ini rival cinta. Jadi, aku nggak akan membiarkanmu yang menyelamatkan kakekku.""Kalau aku mengobati Pak Guntur, kamu nggak perlu keluar uang sepeser pun dan nggak harus kehilangan separuh harta keluargamu," kata Ewan."Aku tahu.""Kalau kamu tahu, k
Semua orang hampir serempak menoleh, pandangan mereka langsung tertuju pada Ewan.Sabian mengira dirinya salah dengar, jadi bertanya, "Apa yang kamu bilang tadi? Ulangi.""Aku bilang, sebenarnya aku juga bisa menyembuhkan Pak Guntur," ujar Ewan sambil tersenyum tenang."Kamu juga bisa menyembuhkan kakekku? Kamu nggak bercanda?" Sabian sama sekali tak percaya.Di rumah sakit saja, puluhan ahli sudah melakukan konsultasi bersama, tetapi tetap tidak bisa menemukan penyebab penyakit Guntur. Sekarang anak muda seperti Ewan malah bilang bisa menyembuhkan? Atas dasar apa?Apalagi usia Ewan baru 20-an tahun, kemampuan apa yang bisa diandalkan? Masa iya kemampuan medisnya bisa melebihi para pakar rumah sakit? Itu jelas tidak masuk akal!"Pak Sabian, aku nggak bercanda. Aku benar-benar bisa menyembuhkan Pak Guntur." Wajah Ewan terlihat sangat percaya diri.Beberapa waktu lalu, dia bahkan berhasil menangani Racun Ular Yin-Yang dalam tubuh Raja Naga. Dibandingkan itu, kondisi Guntur yang baru terj
"Master Atta, biar aku antar ke rumah sakit," kata Laksh."Nggak perlu." Atta menghapus darah di sudut bibirnya, lalu berkata kepada Sabian, "Pak Sabian, sejujurnya aku bisa menyelamatkan Pak Guntur, tapi aku harus menanggung konsekuensi yang sangat berat.""Apa konsekuensinya?" Sabian buru-buru bertanya.Atta menjawab, "Penyakit Pak Guntur sangat parah. Kalau aku ingin menyembuhkannya, aku harus mengorbankan sepuluh tahun umurku."Sabian tertegun. Dia pernah melihat di film atau drama, ketika seorang ahli menyelamatkan orang yang terluka parah, mereka harus mengorbankan usianya. Namun, dia tak pernah menyangka, demi menyembuhkan pasien, seorang dokter juga bisa memperpendek usia sendiri.Lantas, bagaimana?Tanpa berpikir panjang, Sabian langsung berlutut di depan Atta dan memohon, "Master Atta, aku mohon! Tolong selamatkan kakekku!"Laksh juga ikut membujuk, "Master Atta, tolong bantu dia ....""Aku sudah bilang, kalau aku menyembuhkan Pak Guntur, usiaku akan berkurang sepuluh tahun."