LOGINWaktu mundur tiga detik.Di markas, 20 tentara bayaran itu semuanya mengarahkan moncong senjata ke Ewan, tinggal menunggu perintah sang Jenderal. Mereka akan menarik pelatuk dan menembak mati Ewan.Namun, tepat pada saat itu, mereka melihat Ewan menengadah dan wajahnya memancarkan senyuman lebar.Sudah mau mati, kok masih bisa tersenyum? Orang ini pasti gila!Beberapa tentara bayaran penasaran, ingin tahu apa yang dilihat Ewan sampai bisa tersenyum begitu lebar. Saat mereka menengadah ....Duar! Sebuah kilat tiba-tiba muncul dan menyambar kepala beberapa tentara bayaran itu. Perubahan mendadak pun membuat tentara bayaran lain terkejut. Mereka segera menoleh dan melihat beberapa rekan yang tersambar petir.Terlihat beberapa rekannya gosong. Darah mengalir dari dahi sampai berceceran. Sungguh pemandangan yang mengerikan.Memanfaatkan kesempatan itu, Ewan segera memegang tangan kanan Donny. Swoosh! Mereka mundur dengan sangat cepat."Anak itu mau kabur!""Tembak!"Sekelompok tentara bayar
Ewan melirik cepat. Total ada 20 orang!Orang-orang itu semuanya orang asing, pria dan wanita, mengenakan pakaian kamuflase dan sepatu bot kulit. Penampilan khas tentara bayaran.Selain itu, Ewan juga merasakan bahaya dari sudut tersembunyi. Itu berarti, di tempat gelap sana masih ada tentara bayaran!Ewan pura-pura menunjukkan wajah terkejut dan bertanya, "Kenapa bisa sebanyak ini?"Sambil berkata begitu, tangan kirinya yang berada di belakang punggung, diam-diam menggoreskan sebuah simbol."Bocah, nanti jelaskan pada kami, gimana rasanya saat sekarat." Pria botak itu bersiul dengan puas."Jenderal, gimana kalau kita buat kesepakatan dulu?" Sebelum pria botak sempat berbicara lagi, Ewan menunjuk Donny yang tergeletak di tanah dan berkata, "Saudaraku terluka parah, biarkan dia pergi, boleh? Kalau mau membunuh, bunuh saja aku.""Kamu ingin menukar nyawamu demi nyawa saudaramu?" tanya pria botak itu."Ya." Ewan mengangguk sungguh-sungguh.Mendengar itu, Donny terharu sampai air matanya m
"Aku yang akan menolongnya."Mendengar kata-kata itu, semua mata tertuju pada Ewan.Mereka tidak menyangka, di saat genting, Ewan kembali maju mengambil tindakan. Para prajurit pasukan khusus terharu sampai mata mereka memerah. Satu per satu mengangkat tangan memberi penghormatan militer kepada Ewan."Ewan ...." Tandi awalnya ingin melarang Ewan mengambil risiko, tetapi sebelum dia sempat berbicara, Ewan sudah melangkah keluar."Hati-hati." Tandi menatap punggung Ewan sambil mengepalkan tangan.Ewan melangkah keluar dengan tenang dan penuh percaya diri. Aneh, musuh tidak menembak."Kalau tebakanku tepat, kamu pasti melihatku 'kan, Jenderal?" Ewan menengadah memandang CCTV, lalu melanjutkan, "Mayat hidup yang kamu pelajari itu, semuanya sudah dibunuh olehku. Kamu tahu itu?"Di ruang kantor, si pria botak melihat Ewan lewat monitor dan mendengar ucapannya. Wajahnya mengerut. Dia bertanya, "Siapa namamu?""Ewan," jawab Ewan sambil berjalan."Hmph, nama yang buruk. Nasibmu akan seburuk nam
"Ada kabar buruk." Tiba-tiba, seorang prajurit mendekat. Wajahnya penuh kepanikan saat berkata kepada Logan."Ada apa?" tanya Logan."Donny tertembak di kaki. Di sekitarnya nggak ada benda yang bisa dijadikan perlindungan ...."Belum selesai prajurit itu berbicara, Logan sudah berdiri, memanfaatkan superkomputer sebagai penutup, lalu melirik ke depan.Dua puluh meter dari situ, seorang prajurit dari pasukan khusus tergeletak di tanah. Kaki kanannya mengeluarkan darah.Logan mengamati lagi, melihat di sekitar Donny tidak ada objek penutup apa pun. Jika musuh menembak sekarang, mereka bisa dengan mudah menyingkirkan Donny.Karena Donny tertembak di kaki, dia sama sekali tak bisa bergerak. Benar-benar target sempurna."Donny tertembak di kaki, nggak ada perlindungan. Aku harus segera mengevakuasinya," kata Logan, lalu hendak berlari untuk menolong Donny.Seorang prajurit di sampingnya menarik kuat Logan dan berkata, "Jangan!""Kalau aku nggak ambil tindakan, Donny akan mati." Logan mengge
Ewan berteriak, "Hati-hati!"Dalam sekejap, dia menerjang Logan dan menjatuhkannya ke tanah.Dor! Sebuah peluru melesat melewati kulit kepala Logan dan menghantam superkomputer di sampingnya hingga memercikkan bunga api.Logan langsung berkeringat dingin."Terima kasih, Dokter Ewan ...." Logan mendongak, tetapi mendapati Ewan sudah bergegas pergi, membantu para prajurit menghindari tembakan.Dor! Dor! Dor! Suara tembakan menggema deras.Di balik kegelapan di depan, musuh terus menembak. Peluru datang dari berbagai arah, seperti hujan deras yang menimpa."Mundur! Cepat mundur!" seru Tandi.Kemudian, terdengar dua jeritan tragis di sampingnya. "Ah! Ah!"Ada yang terluka!Logan segera bangkit dari lantai. Sambil menembak ke arah musuh, dia berteriak, "Semua orang, lindungi prajurit yang terluka, bantu mereka mundur!"Dor! Dor! Dor! Kedua pihak saling menembak dengan sengit.Ewan membantu para prajurit menghindari peluru sambil menuntun yang terluka untuk mundur. Tak lama kemudian, mereka
Panjangnya sekitar tiga meter, tingginya lima meter. Bobotnya lebih dari 500 kilogram. Pintu besi itu pun tidak terkunci."Buka," perintah Tandi.Segera, enam prajurit bekerja sama dan mendorong sekuat tenaga.Bam! Pintu besi itu terbuka. Bagian dalamnya gelap gulita.Ewan berdiri di depan pintu, diam-diam mengaktifkan mata batinnya dan mengintip ke dalam. Saat berikutnya, dia terperanjat dan menarik napas dalam-dalam. Wajahnya langsung berubah sangat serius."Ada apa?" Tandi melihat ekspresi Ewan yang berubah, lalu bertanya."Lihat sendiri," kata Ewan.Tandi memakai kacamata hitam, memandang ke dalam, dan langsung tertegun. "Ini ... ini ....""Apa yang kalian lihat?" Logan melihat ekspresi keduanya yang kaget. Dia mengangkat senter dan menyorot ke dalam, lalu berseru, "Astaga! Ini markas!"Melihat reaksi mereka, prajurit lainnya juga penasaran. Mereka menyorot ke dalam dengan senter. Ketika melihat jelas keadaan di sana, semuanya tertegun dan menarik napas tajam.Sepanjang pandangan m







