Share

Lelah

Author: Ai Ueo
last update Last Updated: 2022-10-05 22:49:37

Pagi ini berlalu dengan baik, hasil pertemuan yang menggembirakan karena semua sudah setuju untuk mengisi acara minggu depan.

Ferdi yang melihat kelincahan Najwa dalam memimpin rapat, begitu kagum pada mantan istrinya itu. Penampilan Najwa memang tidak banyak berubah, tetapi sikapnya jauh dari Najwa yang dulu. Najwa yang pendiam dan pemalu, Najwa yang ramah sudah tidak nampak pada pribadi Najwa yang sekarang.

Saat bekerja Najwa akan begitu luwes dan banyak senyum, tetapi di luar itu dia akan berubah menjadi dingin dan tegas. Meski Najwa yang kini berbeda, tetapi detak jantung Ferdi tetap tak beraturan saat memandangnya. Andai saja ....

"Bagaimana, Pak Ferdi, apakah ada tambahan?" Pertanyaan Najwa membuat Ferdi tersentak karena dari tadi dia hanya fokus pada Najwa tanpa mendengar pembahasan yang sedang mereka bicarakan.

"Emm. Saya rasa sudah cukup, semua sudah sesuai yang saya harapkan," jawab Ferdi sekenanya.

"Baiklah kalau begitu, pertemuan ini cukup sampai di sini. Kalau ada hal lain yang perlu dibahas, mohon hubungi Asisten saya. Dia akan menangani semuanya. Saya permisi." Suara dingin Najwa bagai bius yang membuat mata Ferdi hanya tertuju padanya, sampai Najwa berlalu mata Ferdi tetap mengikuti.

"Apa Bapak mengenal Bu Najwa?" Tanya Andi, rekan kerjanya.

"Ya, dulu." Jawab Ferdi seraya berlalu dari ruang rapat.

Ferdi ingin kembali menemui Najwa. Namun, semua sudah terlambat. Saat Ferdi sampai di parkiran, Najwa sudah berlalu. Ingin rasanya Ferdi mengikuti, tetapi ia takut Najwa semakin menjauh. Ferdi ingin memperbaiki hubungan mereka, meski hanya sebatas teman saja.

***

Hari berlalu dengan cepat, hari ini robongan Ferdi akan tiba untuk mengadakan acara di resort tempat Najwa bekerja. Acara tahunan untuk merefresh otak para pegawai agar tidak stres dan jenuh, acara yang ditunggu seluruh karyawan.

"Apakah kamu benar-benar tidak bisa ikut?" tanya Ferdi pada istrinya.

"Tidak, Mas, hari ini jadwalku terapi," sahut si wanita dari arah dapur.

"Baiklah, aku pergi dulu. Hubungi kalau ada apa-apa." Setelah mencium kening istrinya, Ferdi segera berlalu dari rumahnya. Rumah yang hingga kini belum dihuni malaikat kecil yang ia harapkan.

Apakah ini karma karena menyakiti Najwa?

***

"Ma, nanti aku mau ikut Mama kerja," ucap si gadis kecil saat sampai di depan sekolah.

"Nggak bisa, Sayang. Nanti sore Bian mau datang. Kalian ada janji mengerjakan kerajinan bersama Bu Lulu, kan?" Tanya Najwa seraya membelai pipi putrinya.

"Setelah Bian pulang?" tanyanya masih dengan rengekan yang sama.

"Kalau Bian pulang, Mama juga sudah pulang, Sayang," jawab Najwa lembut, "besok aja ya," tawarnya.

"Beneran ya, Ma, Tasya mau ketemu Tante Linda. Tasya juga mau ketemu Om Bayu yang lucu itu." Tasya memang cukup sering ikut Najwa bekerja, hampir semua pekerja akrab dengannya. Pembawaan Tasya yang ceria dan cerdas membuat semua orang gemas padanya.

"Mau minta hadiah pasti, kan?" Tasya memang sangat suka diberi hadiah, sekali pun hadiah itu hanya berupa permen lolipop, sudah membuat senyum Tasya merekah.

Setelah negosiasi selesai, akhirnya Tasya beranjak menuju kelasnya. Tasya terlihat begitu riang menyapa guru dan teman-temannya.

*** 

"Apakah sudah mulai acaranya?" tanya Najwa saat melihat Linda begitu sibuk mondar-mandir.

"Setengah jam lalu pembukaan acara, Bu, sepertinya sebentar lagi selesai. Setelah itu dilanjut makan siang. Nanti sore baru dimulai permainannya," terang Linda. Najwa hanya mengangguk lalu mengambil ponsel untuk menghubungi pengasuh anaknya.

"Apakah dia sudah makan?" tanya Najwa setelah sambungan terhubung.

"Sudah, Bu, ini Mbak Tasya masih di kamar mandi. Habis ini langsung tidur siang," sahut sang pengasuh.

"Baiklah. Katakan padanya nanti Bian datang jam dua. Semua perlengkapan tanyakan pada Mbok Sani." Setelah mendengar jawaban dari seberang, Najwa segera mematikan sambungan.

Hari ini Najwa begitu sibuk dengan kegiatannya. Saat akan keluar dari ruangan, ponsel Najwa berdering. Senyum Najwa terbit melihat nama yang tertera di layar.

"Selamat sore My Sweety, apa kamu masih bekerja?" tanya suara bariton dari seberang.

"Ini sudah mau pulang, tumben jam segini telepon?" tanya Najwa heran, karena biasanya jam sigini si penelepon masih sangat sibuk.

"Ini lagi di rumah temen, kamu jangan capek-capek, dong. Bentar lagi aku pulang, loh." 

"Iya, Mas, aku tunggu," jawab Najwa ceria. Suasana hati yang berantakan hari ini langsung membaik setelah mendengar suara si penelepon.

"Sudah dulu, ya, Mas masih ada acara. Jaga kesehatan dan jangan lupa minum obat." Suara dari seberang sebelum mematikan sambungan.

Sambungan telepon sudah dimatikan dari lima menit yang lalu, tetapi Najwa masih diam sambil mengamati beberapa butir obat yang ia pegang.

Najwa menghela napas berat. Sampai kapan ia terus meminum obat ini? Apalagi mengingat seseorang yang sangat ia hindari kini berada di sekitarnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Depresi kah Najwa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • 5 Tahun Setelah Bercerai   Jaga diri

    Tasya dan Bian menoleh, ternyata Dafa sudah berdiri di ambang pintu."Om." Bian mendekat, ia lalu mencium tangan Dafa."Baru nyampek, Pa," jawab Tasya seraya mendekati papanya."Mau masuk dulu?" tawar Dafa.Sebenarnya Bian tidak enak hati untuk menolak, tetapi ia harus segera pulang. Besok pagi sekali dia harus kembali ke kota sebelah untuk mengumpulkan rupiah."Lain kali aja, Om. Ditungguin mama," tolak Bian. "Kalau gitu Bian pulang, ya, Om. Salam buat mama Najwa sama Davin."Bian berjalan keluar gerbang, Dafa mengikuti untuk menutup gerbangnya. "Udah makan?" tanya Dafa seraya merangkul pundak anaknya, lalu mereka masuk bersama."Udah," jawab Tasya. "Mama sama Davin mana?" Dilihatnya tidak ada orang selain Dafa."Davin lagi ke rumah temennya. Kalau mama ada di kamar. Mau dipanggilin?"Tasya menggeleng. "Papa kalau udah capek istirahat aja, Tasya mau ke atas," ujar Tasya. Ia kini berjalan meninggalkan Dafa."Sya."Tasya berhenti saat papanya memanggil. Lama Tasya memperhatikan papany

  • 5 Tahun Setelah Bercerai   Kapan nikah?

    "Kapan nih, nikah? Tante udah nggak sabar lihat kalian di pelaminan," tanya Rania. Kini acara susah selesai. Selain keluarga inti Bian, tinggal Tasya dan Rania beserta keluarganya.Mereka tengah berkumpul di ruang tengah. Saat ini Tania sedang berganti baju, tinggallah Rania dan Tasya di sana."Doakan saja, Tante," jawab Tasya. Semua masih rencana, tidak baik untuk diutarakan."Anak Tante sebenarnya juga udah waktunya nikah, tapi sampai sekarang anteng-anteng aja. Nggak tau maunya yang kayak gimana," ujar Rania. Usia anak sulungnya selisih tujuh tahun dari Bian dan Tasya. Harusnya Revan sudah menikah dan Rania susah menimang cucu. Tapi apalah daya, anaknya masih betah sendiri hingga usia tiga puluhan."Mungkin memang belum ketemu jodohnya, Tante," jawab Tasya. Tidak mungkin ia mengatakan karena anak Rania itu memang sombong, jadi susah mendapatkan pasangan. Pasti Rania akan marah padanya."Mbak Tasya, mau minta foto." Radea, anak kedua Rania datang menghampiri."Boleh," jawab Tasya.

  • 5 Tahun Setelah Bercerai   Sudah dewasa

    "Ma, aku mau berangkat dulu, ya," pamit Tasya pada ibunya.Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat. Tasya kini sudah beranjak dewasa. Ia bahkan sudah menjalin kasih dengan Bian, sahabat yang dipuja Tasya sejak kecil."Iya, salam buat mama Tania, ya."Najwa masih sibuk di dapur untuk membuat makan siang. Dafa masih bekerja, sementara Davin belum pulang dari sekolah."Siap, Mamaku yang paling cantik."Tasya mencium pipi mamanya, setelah itu Bian bersalaman dengan Najwa untuk berpamitan."Bian pergi dulu, ya, Ma. Nanti Tasyanya Bian anterin agak malam. Setelah acara selesai," ujar Bian pada Najwa."Iya, Sayang. Mama nitip Tasya. Nanti kalau rewel kamu jewer aja.""Ih, Mama. Tasya udah gede, ya. Nggak ada rewel-rewel segala," protes Tasya yang membuat Najwa dan Bian tertawa.Tasya dan Bian menaiki mobil. Mereka akan pergi ke rumah Bian untuk menghadiri acara keluarga. Sudah beberapa kali Tasya menghadiri acara keluarga di rumah Bian, begitu pun dengan Bian yang juga sering ikut saat ada

  • 5 Tahun Setelah Bercerai   Keluarga baru

    Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat. Kedekatan antara Ferdi dan Rina akhirnya berakhir ke pelaminan.Saat ini Najwa dan Dafa tengah mempersiapkan perjalanan menuju rumah Ferdi, sementara Tasya sudah di sana sejak beberapa hari yang lalu."Udah masuk semua?" tanya Dafa. Sedari tadi ia sudah memasukkan beberapa tas ke dalam bagasi mobil."Udah kayaknya," jawab Najwa seraya melihat barang-barang yang sudah masuk.Rencananya Najwa dan Dafa akan menginap selama dua hari, sementara Tasya akan menginap selama satu minggu."Aku ganti baju dulu, Davin masih tidur di kamar bawah," ujar Najwa seraya meninggalkan Dafa yang tengah memanasi mobil.Najwa tidak langsung memakai baju untuk acara, tetapi ia memakai baju biasa dulu. Mengingat perjalanan dari rumahnya menuju rumah Ferdi cukup jauh.Mereka berangkat setelah semua sudah siap. Davin masih terlelap saat mereka memulai perjalanan.Sesampainya di rumah Ferdi, suasana sudah sangat meriah. Pesta akan dilaksanakan di rumah Ferdi saja karena

  • 5 Tahun Setelah Bercerai   Doa terbaik

    "Rudi yang bilang, Ma?" tanya Dafa pada ibunya Nila. Mereka sudah sangat akrab dari Dafa kecil, jadilah Dafa memanggilnya mama juga."Iya," jawab Lastri. "Mama mau minta maaf atas nama Nila dan Rudi. Selama ini mereka sudah nyakitin kamu. Mama masih punya banyak uang untuk membayarnya dan itu juga bukan tanggung jawabmu," lanjut Lastri.Sejahat apa pun Nila dan Rudi, Dafa tetap menyayangi Lastri. Baginya, Lastri tetaplah ibu yang baik."Dafa emang pengen ngasih, tapi bukan paksaan dari Rudi juga. Ini murni keinginan Dafa. Mama terima, semoga bisa membantu." Dafa menyerahkan amplop pada Lastri. Sebelum ini, ia sudah berbicara pada istrinya dan mereka sepakat untuk memberi sumbangan."Jangan, Nak. Mama nggak mau bebanin kamu," tolak Lastri seraya mengembalikan amplop itu pada Dafa."Dafa ikhlas, Ma. Nggak banyak, tapi semoga bisa bermanfaat. Terima ya, Ma." Akhirnya Lastri mengalah. Ia menerima uang pemberian dari Dafa seraya mengucap terimakasih.Hingga sore Dafa dan Najwa masih berad

  • 5 Tahun Setelah Bercerai   Rumah sakit

    "Ada apa?" Najwa bertanya saat dilihatnya suaminya hanya diam seraya menatap ponsel yang menyala."Lihat ini." Dafa memberikan ponselnya pada Najwa.Najwa menggelengkan kepalanya. Merasa heran karena masih ada orang yang tidak tahu malu macam Rudi."Kamu nggak perlu menanggapinya. Ini bukan tanggung jawabmu, Mas."Najwa menyerahkan kembali ponsel Dafa, ia lalu meraih Davin untuk memandikan anak itu.Dafa memilih memblokir nomor Rudi. Ia tidak ingin rasa sakit hati mempengaruhi kehidupan rumah tangganya. Rudi sudah sangat dewasa untuk mengatasi masalahnya sendiri."Aku mau beli nasi goreng dulu, ya," pamit Dafa."Iya," jawab Najwa dari kejauhan. Ia sudah bersiap untuk melepas baju Davin.Davin sudah wangi dan tampan. Rambutnya yang lebat dibelah pinggir. Pipi besarnya membuat siapa pun pasti gemas saat melihat Davin.Davin kini sudah kembali bermain, sementara Najwa mengambil piring untuk menikmati nasi goreng yang dibeli Dafa."Mama tadi kirim pesan," ujar Dafa seraya menyuap nasi gore

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status