Altair tahu di sana adalah menara untuk orang-orang di evakuasi, dengan cepat Altair berlari memusatkan Mana ke kakinya dan berlari mendekati ayahnya, hanya dengan satu tapakan kaki Altair sudah menjauhi teman-temannya setiap satu langkah kaki membawa Altair sepanjang sepuluh kilometer, sehingga hanya butuh dua hentakan kaki Altair sudah berada di belakang ayahnya.
“Ayah...” ujar Altair, kata-katanya terhenti saat melihat rekan-rekannya sudah berada samping ayahnya.
“Sungguh luar biasa kami keturunan Pengendali Mana.” ucap Altair dalam hati.
Sebelum salah seorang dari mereka bertanya apa yang mereka bisa bantu Duke Leon memberikan mereka masing-masing cincin bermana, cincin itu sama yang digunakan untuk memasuki portal semalam.
“Bawa ini dan lepaskan cincin dari jari kalian untuk membuka portal, portal itu akan menghubungkan langsung dengan tempat evakuasi ayah-ayah kalian pasti sudah membuka portal ke tempat yang aman,” ucap Duke Leon
“Gunaka
maaf telat update
Altair melihat asap naga menatap ke arah mereka, tanpa henti dia mengeluarkan monster-monster untuk menyerang. Rakyat Rhodes masih banyak yang belum menyelamatkan diri. Semua orang sedang menyerang monster dengan sangat hebat begitu juga para rekan sebayanya, mereka juga menggunakan senjata dan kemampuan mereka mengendalikan Mana. Disana Nicon yang tidak menggunakan senjata hanya mengendalikan kedua tangannya untuk mengeluarkan bola api dengan berdiri di atas naga kesayangannya. Naga itu sebesar gajah sehingga masih lebih kecil daripada naga di depan mereka namun, karena kemampuannya tidak kalah hebat untuk menyerang dengan menghembuskan semburan api. Saintess berusaha mengikat dengan tali panjang berupa cambuk yang dialiri Mana ingin menangkap leher naga sering kali gagal karena Saintess tidak luput dari serbuan para monster. Adir ingin membuka jalan bagi tali milik ayahnya untuk bisa melesat ke arah asap naga di sana, dia menyerang para monster yang
Semua tempat terkunci dengan lapisan sihir, di mana sihir sebagai penunjang orang-orang yang berada di dalam bisa bernapas, minum serta makan namun, karena rasa khawatir, mereka tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal seperti itu. Altair marah dan geram melihat seekor monster masuk menembus lubang pelindung, giginya bergemeretak tidak ada waktu lagi baginya untuk basa basi mereka harus cepat melumpuhkan naga yang menjadi penyebab utama bencana terjadi. Duke Stuart yang berada di dekat Duke Leon mendekat untuk memberikan penyemangat agar dia tersadar jika Duke Leon kehilangan kesadarannya maka Mana yang sebagai pelindung yang lain serta sebagai sumber kekuatan akan menghilang dan mereka dalam bahaya. Pelindung tameng sihir Duke Stuart diberikan untuk Duke Leon agar bisa sedikit membuatnya beristirahat dari serangan monster Nicon yang berada di bawah lapisan pelindung menembaki monster-monster yang ingin merambat m
Raut wajah mereka tampak lega melihat seekor naga dan para monster juga menghilang. Duke Leon menyegel semua asap naga yang menyerang mereka ke dalam peti khusus. Hari sudah menjelang sore, tidak disangka untuk melawan seekor naga dan para monster menghabiskan waktu satu hari. Mereka juga gagal menyelamatkan orang lain dari serangan monster. Altair dan semua orang yang ikut bertarung melawan perlahan turun dari atas langit mereka semua berkumpul di halaman kediaman Onder de melihat ke arah sisa tubuh pelayan keluarga Onder de. Nicon turun dari badan naga kesayangannya. Melihat dari pakaiannya dia adalah pelayan wanita semua orang berkabung Duke Leon melihat darah yang sudah mulai mengering dari tubuhnya segera mengambil tindakan. Dari bawah tubuh mayat muncul beberapa kain putih membungkus badan mayat badan itu melayang dan kain yang berada di bawah mulai melapisinya menutupi seluruh badannya. Setelah tertutup dengan sempurna Duke Leon juga me
Altair berjalan menuju lorong, dia sudah tidak tetidur selama selama beberapa hari. Raja Benedict dan para pengendali Mana masih sedang sibuk berdiskusi persoalan kejadian kemarin. Altair yang sedang berdiri di belakang jendela perpustakaan sambil melihat ke tanah lapang dimana Mary sedang menangisi dirinya untuk segera turun. Altair tersenyum dengan sangat getir. Mengingat kembali bagaimana kenangan dirinya bersama satu-satunya keluarga yang dia miliki saat itu saling melengkapi satu sama lain dan sering kali dirinya selalu merepotkan Mary. Altair segera berhenti untuk melamun, dia tidak ingin melakukan pekerjaan yang sia-si dan Altair segera mengeluarkan semua buku yang sudah dibaca semua berharap ada sesuatu yang terlewatkan bisa membantu dirinya paling tidak menemukan solusi serta penyebab naga itu muncul. Selembar demi selembar, buku demi buku Altair baca dan catat. Tindakan kemarin di mana dia sendiri yang menyarankan untuk pembasm
Semua orang sudah nampak keluar dari rapat tadi mereka menggunakan pintu teleportasi milik keluarga Onder de kebetulan Altair bertemu mereka di depan pintu, ayahnya saat itu baru saja menutup pintu portal. Semua Duke melihat ke arahnya, begitu juga dengan raja Benedict yang berada di tengah-tengah mereka seakan melindunginya dari segala bahaya. Jalan yang mereka lalui terhubung ke dalam ruang bawah tanah namun, masih terlihat mewah dan besar mirip lorong-lorong jalan. Panas matahari mulai bersinar masuk ke dalam. “Kenapa semuanya sudah pergi?” tanya Altair yang terlihat kecewa. “Aku ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian.” ujarnya lagi di depan ayahnya. Altair terlihat sedang mencengkram kuat tas tali yang melintang di depan dada berusaha menahan emosi. “Sabar Altair, semua orang sudah menemukan titik terang hal ini,” ujar Duke Leon sambil berusaha menenangkan anaknya. Duke Leon menatap Altair penuh harap bahwa dia ak
Duke Leon duduk berusaha fokus membantu Altair nanti untuk menjelaskan pertemuan rapat selanjutnya namun, pikiranya tidak bisa terfokus memikirkan setiap pembicaraan mereka terutama opsi terakhir ketika Altair mengambil kesimpulan untuk memindahkan Rhodes ke tempat lain. Duke Leon masih belum menangkap apa maksud dari ucapan Altair kemarin, apakah pindah secara fisik keseluruhan atau hanya sebuah kiasan saja? Duke Leon hanya bisa menghela nafas membuatnya tersandar di belakang kursi. Melihat langit-langit atap yang sangat tinggi, dia melihat laba-laba sedang membuat sarang yang indah di antara celah pojok atap membayangkan apa yang akan terjadi jika benar-benar Rhodes harus dipindahkan. “Bagaimana bisa kau memiliki pemikiran seperti itu anakku?” tanya Duke Leon dengan suara yang tercekat. Disisi lain Altair sedang bersiap-siap untuk pergi meninggalkan kamar perasaan kosong setiap kali Altair menatap kamar mengingatkannya selalu bayang-bayang M
Altair memacu kuda dengan cepat saat berada di dalam hutan dengan membawa perbekalan yang dia butuhkan berhenti di sebuah bukit tinggi untuk melihat ibu kota Rhodes. Terlihat beberapa asap dari penduduk yang sedang membakar tungku perapian atau tungku masak Altair jalan menuruni bukit dengan kecepatan tinggi. Tujuan pertamanya adalah pergi ke toko, di mana dia membeli bubuk Mana dan peri Altair kali ini tidak sedang menyembunyikan siapa dirinya sekarang, dengan percaya diri dia pergi dan masuk ke jalan-jalan Rhodes. Semua orang melihat ke arah Altair dan dia sudah tidak menghiraukan perkataan-perkataan yang mereka keluarkan mengendarai kuda hitam yang perkasa Altair mengarahkan jalur kuda dengan sigap. Berhubung saat ini Altair sedang berada di tempat keramaian Altair mengendarai kuda dengan perlahan dari jauh terlihat segerombolan anak-anak yang sedang bermain. Mereka menyerang seorang pria paruh baya yang terlihat kekar sedang menjadi naga d
Terdengar suara langkah kaki berjalan mendekati Altair, pemilik toko yang baru saja keluar dari sana sedang tidak terlihat membawa apa-apa Altair mengira dia akan mendapatkan beri hitam yang banyak berapapun harganya. Pemilik toko hanya menghela napas. “Hufth... maafkan aku tuan muda, aku hanya punya satu buah saja,” jawab pemilik toko sambil mengeluarkan buah beri hitam dari saku baju miliknya. Beri hitam itu berbentuk bulat hitam seperti obat tidak memiliki aroma bahkan tekstur pun keras seperti batu Altair mengira apa yang berada di tangannya hanyalah sebuah batu biasa dan kebetulan berbentuk bulat mirip dengan apa yang di definisikan di dalam buku perpustakaan. “Apa benar ini beri hitam?” tanya Altair melihat wajah pemilik toko. “Tentu saja.” jawabnya. “Kalau aku menipumu, kau tahu sendiri bagaimana reputasiku sebagai pemilik toko.” imbuhnya lagi. Altair hanya menatap tajam pemilik toko dan merasa lebih baik jika dirinya ma