Share

AMBISI BRUNO.

Luna dan Mia masuk ke dalam kamar Davey. Kedua gadis itu terkejut melihat Davey sedang duduk bersila. Mereka mengerutkan keningnya dan saling memandang.

“Akak, ada apa dengan tuan muda?” tanya Mia.

“Tenang saja Mia. Tuan mudamu ini tidak apa-apa. Aku hanya meminjam raganya saja. Bukan meminjam sih, tapi memang ini adalah ragaku sesungguhnya.” Cheng bangun dari ranjang.

Hampir saja Mia melupakan sang raja naga. Karena beberapa hari ini Sang raja Naga tidak melakukan keonaran. Mia mundur sejenak dan mendorong Luna untuk menghadapi sang raja naga.

“Sepertinya akak yang harus menghadapinya.” Mia tersenyum lalu meninggalkan Luna.

“Cheng, kenapa kamu tiba-tiba saja membuat masalah? Bukannya kamu bertapa beberapa hari ini di atas lemariku? Kenapa kamu ingin memasuki raga Davey.” Luna kesal.

“Panggil Mia sekarang juga. Dia harus tahu masalah ini!” Cheng memegang pundak Luna dan mendorongnya keluar.

Luna mengalah lalu memanggil Mia. Entah apa yang ingin disampaikan sang raja naga membuat Luna tidak tertarik. Namun hatinya seakan memiliki firasat beberapa jam lagi. Yaitu pertumbuhan darah bersama anak buah Bruno.

Luna mendekati Mia yang sedang memegang airsoft gun. Luna mendekatinya dan mengajaknya pergi ke kamar Davey. Awalnya Mia menolak. Tapi kalung yang sedang dipakainya berubah menjadi merah.

“Ayolah ikut aku masuk ke dalam. Sang raja naga ingin kita berkumpul sejenak,” ajak Luna.

“Sebenarnya Aku tidak ingin berhubungan dengan raja naga. Tapi,” ucap Mia menggantung lalu kemudian menundukkan wajahnya dan melihat kalungnya berwarna merah.

Luna juga melihatnya. Luna merasakan ada hawa tidak enak. Luna menarik tangan Miya dan masuk ke dalam kamar Davey.

Luna menarik tangan Mia. Kedua gadis itu berdiri tepat di hadapan Davey. Davey sengaja duduk di sofa seperti raja. Beberapa saat kemudian sang raja berkata, “Aku memang memiliki kepekaan tingkat tinggi. Saat bertapa aku melihat rumah ini berantakan. Banyak mayat berserakan. Dan kalian berdua adalah mayat itu. Tuan mudamu menjadi tawanan musuh bebuyutan keluarga besarnya.”

Kedua gadis itu saling memandang lagi. Mia memegang kalung itu dan terdengar jelas ada bahaya mengancamnya. Jika kalung itu terdengar jelas, maka bahaya segera mendekat. Sedangkan Luna feelingnya sangat kuat. Bahkan mereka bahkan jantungnya berdetak dengan irama tidak menentu. Luna tidak akan membiarkan kejadian itu terjadi.

“Apa yang harus kita lakukan?” Mia bergerak kesana kemari dengan gelisah.

“Biarkanlah orang itu menyerang kesini. Aku yang akan melindungi kalian,” jawab Cheng.

“Kamu jangan gila! Apakah kamu ingin membunuh ragaku ini!” Davey berteriak seakan tidak rela jika terluka sedikitpun.

“Kamu ini sangat percaya diri sekali. Aku tidak akan memakai ragamu yang lemah ini. Aku akan berubah diriku menjadi naga. Sebelum sampai sini, mereka akan lari ketakutan!” Cheng memiliki ide gila.

“Sebaiknya kalian bubar dulu. Banyak sekali pekerjaan yang harus dikerjakan.” Luna membalikkan badannya lalu pergi.

Luna melangkahkan kakinya menuju ke dapur. Ia tidak berharap banyak kepada Cheng. Mau tidak mau Luna harus menghadapinya.

Tepat jam 02.00 siang, Luna bersiap-siap mengambil tas punggungnya. Cheng menarik tas itu dan melemparkannya ke segala arah. Cheng tidak akan membiarkan Luna pergi.

“Ngapain kamu pergi ke Jakarta? Tuan mudamu akan mendapatkan masalah besar. Jika kamu tetap saja pergi, nyawa Tuan mudamu hilang begitu saja,” tanya Cheng.

Davey yang sedang berada di depan terkejut karena kedatangan banyak orang. Orang-orang itu membawa senjata tajam dan api. Memorinya mulai berputar ke beberapa jam yang lalu. Benar saja, yang dikatakan oleh Cheng akhirnya kejadian.

Davey berlari menuju ke dalam. Tanpa permisi Davey masuk dan menatap wajah Luna. Wajah tampannya berubah menjadi sangat pucat. Davey berseru, “Kak Luna... Ini gawat.”

“Gawat apanya? Apakah kamu lapar lagi?” Luna mengambil tas itu dan memakainya.

“Yang dikatakan oleh raja naga benar. Di luar banyak sekelompok orang yang sedang membawa senjata api maupun senjata tajam. Aku lihat mereka kesini untuk menyerang rumah kita,” jelas Davey.

“Kalian tenang saja. Aku akan membagi jiwaku ini menjadi tiga. Yang satu mirip pria lemah, yang satu mirip Luna. Satunya lagi mirip Mia. Kalian di rumah saja. Jangan pernah keluar. Aku sudah lama tidak menghabisi banyak orang sendiri.” Cheng menyuruh mereka di dalam rumah.

“Kalian tunggu saja disini.” Davey menghilang dengan cepat.

“Ba... ba.” Luna menggantungkan ucapannya.

Tak lama Mia masuk dapur. Wajahnya panik setengah mati. Mia juga melihat sekelompok orang itu sedang kesini beramai-ramai.

“Akak, di luar ada banyak orang-orang. Mereka akan berbuat anarki dan menghancurkan rumah ini,” ucap Mia bersedih.

Cheng sudah berdiri tepat berada di depan rumah. Ia sengaja membelah dirinya menjadi tiga. Kedua kembarannya itu mirip dengan Luna dan Mia. Cheng sendiri merubah dirinya menjadi Davey.

Kembarannya memegang pedang katana. Sedangkan Cheng memegang senjata andalannya yaitu tombak naga. Orang-orang yang ingin menyerangnya terkejut. Mereka tahu Davey adalah seorang anak manja. Bahkan mereka tidak percaya kalau Davey memegang tombak naga.

“Bos, katanya Tuan Bruno Davey adalah anak manja. Tapi kenapa dia membawa tombak dan seakan-akan berani melawan kita?” tanya salah satu dari mereka.

Truno sadar kemudian membetulkan perkataan anak buahnya. Matanya membulat seakan tidak percaya apa yang sedang dilihatnya? Ia melirik Luna dan Mia memegang pedang.

“Berani-beraninya mereka menantang kita! Apakah mereka akan menyumbangkan nyawanya sendiri untuk melindungi anak manja itu?” Truno berbicara dengan lantang.

“Mau mundur atau maju?” Cheng berteriak dengan kencang. “Kalau kalian mundur, aku bisa memastikan nyawamu tidak akan hilang dengan konyol. Jika kalian maju, maka rasakan akibatnya!”

Tanpa pikir panjang, Truno berteriak agar menyerang Davey. Namun mereka tidak menyadari, jika yang dilawan bukanlah manusia biasa. Cheng bersama kembarannya mengambil aba-aba dan meladeni mereka semuanya.

Pertarungan sengit pun terjadi. Cheng dengan semangat menghabisi mereka hanya dalam beberapa detik saja. Meskipun dikeroyok Cheng berhasil mengayunkan tombaknya dengan lincah. Sehingga anak buah Truno mati terkapar

Luna dan Mia palsu juga ikutan meramaikan pesta ini. Mereka tidak memaafkan dan menghabisi anak buah Truno dengan brutal. Mereka sangat pandai bermain pedang. Serangannya cukup halus namun mematikan.

“Akak,” seru Miya.

“Ada apa?” Luna masih melihat pertarungan di balik kaca.

“Ternyata Tuan Raja Naga benar-benar sangat mengerikan ya.” Mia memuji Cheng namun matanya masih melihat pertempuran itu.

“Bagaimana kalau orang kampung melihatnya?” tanya Davey. “Sementara sang raja naga menyerupai tubuh kita.”

Inilah yang membuat mereka resah. Mereka tidak mau seluruh orang kampung mengetahui pertempuran ini. Mereka bisa menjadi tersangka utama dalam kasus ini.

Luna membenarkan perkataan Davey. Sekarang Luna sang ketua merasakan gelisah. Luna bertanya-tanya dalam hati. Kenapa Cheng harus membagi dirinya menjadi tiga kemudian menyerupai para penghuni rumah ini.

“Bagaimana kalau kita lapor ke ayah? Siapa tahu ayah bisa membantu kita.” Davey tiba-tiba saja memiliki ide cemerlang.

“Aku nggak bisa menceritakan ini kepada ayahmu. Nanti dikira kita gila. Hal semacam ini tidak bisa dipikir dengan logika.” Luna mencari cara supaya masalah ini cepat selesai.

Di luar sana, Bruno sengaja menambah pasukannya. Cheng bersama kembarannya tidak gentar sama sekali. Bisa dikatakan Cheng sedang haus darah.

“Ternyata kalian bodoh ya? Bisa-bisanya kalian tidak mundur dan terus menyerang kami! Jangan harap kami melepaskan kalian!” Cheng berseru hingga membuat para musuh tidak gentar.

Semakin sengit saja pertarungan ini. Anak buah Truno membawa pistol dan menembaki Davey palsu. Namun Davey palsu tidak terluka sama sekali. Bahkan keadaan tubuhnya masih utuh dan tidak mengeluarkan darah.

Bruno sengaja melihat dari bahu jalan dengan perasaan khawatir. Pasalnya Bruno melihat mayat anak buahnya bergelimpangan. Semakin lama pasukannya semakin menipis. Bruno geram dan menyuruh sopirnya pergi dari sana.

“Ayo kita pergi dari sini!” titah Bruno yang tidak ingin mengakui kekalahannya.

Saat pergi, anak buahnya tewas dengan konyol. Bruno sudah tidak memperdulikannya lagi. Bruno akan mencari pengganti mereka yang lebih baik lagi. Apakah Bruno akan kapok dengan serangan ini? Ataukah Bruno masih tetap akan menghabisi Davey?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status