Bukan hanya Alex, Suara bunyi notif yang berasal dari ponsel wanita yang sejak tadi sibuk dengan berkas diatas mejanya itu berhasil mangalihkannya dari berkas tersebut. Lengkung di bibirnya seketika muncul tatkala melihat isi pesan dalam ponselnya. Tak bisa Laras pungkiri betapa bahagianya dia mendapati pesan foto gambar dirinya dengan Alex beberapa waktu lalu. Alex begitu lucu, lelaki itu memang selalu mempunyai cara untuk membuat Laras tertawa melihatnya. Sahabatnya itu memang unik, ia bersyukur memiliki Alex yang selalu ada untuknya dan selalu ingin menjadi temannya. Mungkin ia harus lebih sering meneraktri Alex nanri. Langsung Laras pindahkan foto mereka kedalam folder ponselnya.
Max keluar dari pintu lift sambil melihat jam di tangan nya dan segera ia melangkah menuju ruangan nya. Beberapa jam lalu ia baru saja menyelesakan meeting yang tertunda, ia bahkan melewatkan jam makan siangnya hari ini, begitu pun dengan wanita yang ikut meeting denganya tadi.
La
Maaf kalau masih banyak typo. Saya masih belajar :)
Jam menunjukan pukul lima sore. Aku masih pada mejaku. Keadaan kantor sudah semakin sepi. Kini hanya tinggal diriku dan beberapa orang yang berlalu lalang di bawah. Aku menatap Arloji di tangan dengan hembusan nafas singkat. Pikiranku masih sama. Tentang Max yang Ternyata tidak kembali ke kantor sejak kepergiannya. Ya sedari tadi aku menunggunya kembali, berharap kalau ia akan memberikanku pekerjaan tambahan. Namun, ternyata aku salah. Dengan tidak bersemangat aku bereskan mejaku untuk bersiap pulang. Beberapa lagkah meninggalkan mejaku, tiba tiba saja aku terpaku menatap jauh keramain kota di sore hari dari kaca gedung. Pikiranku masih mencari, Kemana sebenernya lelaki itu pergi. “Baru turun Bu” sapa seorang office girl pada saat bersamaan menunggu lift. “Iya nih mbak” “Saya kira Bu Laras sudah pulang dari tadi” ucapnya pelan “Soalnya, tadi saya liat pak Max sudah turun ingin pulang” jelasnya dengan sopan. Aku tersenyu
Aku semakin meramas buket bunga denga perasaan yang sudah bercampur aduk. Melihat apa yang barusan kulihat segera aku berlari melangkah menjauh dari kedai tersebutbersamaan dengan hujan yang turun tiba tiba. Hatiku sakit melihat senyuman dan tatapan lelaki itu yang sangat sulit ku dapatkan ketika bersama ku, dan bersama perempuan tadi dia begitu bebas, entah kenapa aku sedikit kecewa. Kecewa pada diriku, kecewa pada hati ku yang tidak bisa membuat wajah itu tersenyum melihatku. Aku menatap langit malam membiarkan kali ini hujan menguyurku dengan deras. Aku hanya berharap hujan bisa menjadi pengalih rasa kecewa di dadaku ini. Tidak peduli dengan tatapan orang banyak di sekitarku. Dalam diam air mataku pun akhirnya turun bersama jatuhnya rintik hujan malam ini. Ku keluarkan semua rasa kelutku menangis sekencang mungkin melampiaskan sesak di dadaku. Sampai hujan pun berhenti aku sengaja memperlambat langkahku yang terus melangkah tak tau arah. Sampai sebuah tangan
Laras melanjutkan langkah sedikit berlari menuju halte bus dengan kelima jari menutup renggang matanya. Ketika pada pagi itu debu yang terbawa angin sedikit terbang ke arahnya. Namun, tiba tiba saja langkahnya terjatuh saat sebuah tubuh ramping sengaja menabraknya dengan sedikit keras. “Sial!” Terdengaran jelas umpatan kesal dari suara tersebut. Ia lantas mengerutkan kedua alis, kenapa jadi perempuan ini yang mengumpat? bukan seharusnya dirinyalah yang mengumpat jelas. Apa perempuan itu tidak melihat Laras sudah terjatuh terduduk di tanah seperti ini. Laras memagang pinggulnya dengan sedikit meringis. Ia mencoba bangun dengan perlahan dan benar saja nyeri pinggulnya semakin teras. Sebuah sentuhan lembut tiba tiba saja mengejutkan Larada, pergelangan tanganya di angkat perlahan seakan yang memerintahkannya untuk berdiri. Laras yang terkejut hanya bisa mengikut gerakan perempuan tersebut. “Maaf… apa kamu baik baik saja?” perempuan cantik ramping berkaca
Laras lantas langsung mengatur ekspresi wajahnya, merapikan rambutnya dan membenarkan posisi duduknya. Lalu dia tersenyum sopan menatap perempuan tersebut. "Maaf saya baru ingat, Saya Laras, salam kenal” ucap balik Laras seraya mengulurkan tangan kananya pada Clara. "Menurut ramalan, cuaca hari ini memang sedang tidak bagus." Sambung Clara, “Dan mungkin itu kenapa kita berdua bisa jatuh tadi” Laras hanya bisa mengangguk. Ia tidak tau harus membalas obralan itu dengan apa. Baru pertama kali ia betemu dengan wanita yang begitu humble seperti ini, dan itu membuatnya gugup. Perempuan bernama Clara itu masih terus memandanginya. tatapannya sedikit mengganggu dan membuat Laras menjadi salah tingkah. Dengan keberanian yang tersisa Laras putuskan untuk bertanya lagi, memecahkan kegugupan di sekitarnya ini. "Sepertinya Saya baru kenal bu Clara hari ini" ucap Laras masih dengan suara gugup terdengar. Clara menyinggungkan senyum ringa
Drtt drtt. Getaran di ponsel Max mengalihkan dia dari cup cake di tangannya itu. Diletakkan kue tersebut di atas meja dan segara membuka isi pesan yang tertera di layar ponsel itu. (To: Mr. Maxwell Prayoni A fresh beginning for our latest store. we would love to say "hello" as you enjoy you daily brew come together to celebrate the first flowers's shop) Ternyata sebuah pesan dari Ria yangmengirimkan sebuah softcopy undangan untuknya. Max memilih untuk membaca pesan itu tanpa mau membalas dan kembali melanjutkan focus pada berkasnya. Namun, tak lama suara dering ponselnya terdengar lagidan sudah tertera nama Ria di sana. "Hallo Max, kamu sudah baca pesan dari aku?" "Hn" "Besok malam aku boleh ya berangkat bersama kamu"ucap Ria antusias. “See you tomorrow tonight" Wanita itu langsung mematikan sambungan telepon tanpa mau mendengar r
Setelah menjadi pusat perhatian karena dirinya yang muncul tiba tiba tadi. Dengan sedikit salah tingkah Laras langsung menyingkir dari depan pintu tersebut. Berdiri di samping meja belakang acara dengan begitu malu. MC yang tadi menghentikan sambutnya kini sudah kembali melanjutkan tugasnya lagi. Dan para tamu pun sudah mengalihkan tatapan mereka dari Laras. Walaupun begitu tetap saja rasanya Laras ingin sekali bersembunyi dan pergi jauh dari tempat ini sekarang juga. Laras sangat malu! Terdengar MC memanggil nama yang Laras yakin adalah ibunya Clara untuk naik ke atas panggung. Laras lantas menatap perempuan berumur itu bersama dengan Clara yang sudah berdiri cantik di atas panggung. Dengan style gaun hitam mewah kini terdengar Clara yang sedang mengucapkan berbagai kata terimakasih untuk para tamu undangan. Tak lupa Clara juga mempersilahkan para tamu untuk mencicipi Dessert yang sudah disiapkan dan penyambutan itu pun diakhiri dengan tepuk tang
Laras tersentak menangkap jas hitam yang di lempar itu. Matanya menatap jas hitam yang sudah dipegang nya bergantian dengan menatap Max yang kini sudah masuk kedalam mobil. Laras terdiam, masih pada posisinya. Mendadak tubuhnya terkejut saat bunyi klakson dari arah belakangnya terdengar dan Laras pun segera memakai jas abu Max cepat setelah itu Laras masuk ke dalam mobil Max. Max langsung melajukan mobilnya dalam diam. Sedangkan Laras membenarkan posisi duduknya dengan canggung. Sepanjang perjalanan Laras hanya bisa ikut terdiam menatap jalan di luar sana. Dia tak tau Max akan membawanya kemana yang jelas dia hanya sedikit takut dengan Max sekarang. Apalagi mengingat untuk pertama kalinya Max membentak Laras begitu keras tadi. Kini rasa kekhawatiran semakin memenuhi benaknya pikiranya jauh berkelanan. Dia semakin menekan ujung jas menunduk takut. Sedetik kemudian dia melirik Max yang masih jelas terlihat sedang menahan amarahnya. Laras tak tau jika Max ju
Kedua orang tersebut lantas terkejut tak percaya mendengar apa yang baru saja Max diucapkan. Dengan Laras yang kini sudah ternganga membesar mata sempurna. Sementara dengan lelaki bernama Edgar itu sudah memunculkan ekspresi sangat terkejut dengan apa yang didengarnya itu. "Ahaha, Kenapa anda tidak bilang " Edgar tergugup salah tingkah menatap Max. Max semakin merangkul Laras di sampingnya dengan sorot mata yang masih menatap Edgar dingin. "Apa saya harus bilang?" Tanya Max mencoba tenang. Ketika menyadari dirinya terlalu tersulut emosi Edgar semakin menciut "Kalau anda bilang mungkin saya akan menyapanya dengan baik" Ucap Edgar semakin salah tingkah. "Dan sejak kapan Anda suudah mempunyai tunangan? Rumor yang saya dengan anda masih sendiri” "Anda tidak perlu tau soal itu. Saya memang tidak pernah mempublikasi status saya dam yang jelas wanita ini adalah tunangan saya " balas Max menekan setiap katan