Share

Bertemu Tuan Aroon

Sepanjang perjalanan pulang Alessandra mengutuk pria tua bangka itu. Beraninya sekali dia bertindak seberani itu padanya.

"Mervile, apakah image-ku sudah begitu rendah di hadapan dunia?" tanyanya pada bodyguard-nya yang fokus mengemudi.

"Hanya orang dungu yang berspekulasi dini tanpa bukti, Nona." Mervile menjawab.

Alessandra mendengus, "Andai saja aku tidak sepenuhnya percaya pada Sabrina."

Mervile tersenyum kecil seraya menggeleng, lalu berkata, "Tidak perlu disesali sesuatu yang sudah terjadi Nona. Itu tidak akan mengembalikan yang sudah hilang."

Alessandra kembali mendengus, "Kau benar. Tak ada gunanya. Sekarang aku menjadi model yang terbuang."

Alessandra menatap datar ke luar jendela. Rasanya baru kemarin ia merasakan puncak kejayaannya.

Namun kini semua itu hilang sia-sia.

***

Setelah pertemuan itu Alessandra kembali berkutat pada ponselnya.

Ia kembali menjelajah kontak yang akan ia hubungi untuk menawarkan kerja sama.

"Yeay, aku mendapatkannya!" serunya ketika satu nomor ia temukan.

Sebenarnya ada beberapa kliennya yang tidak memutus kontraknya. Namun, karena ia dikeluarkan dari agensinya, maka secara otomatis kontrak itu terputus.

Dan yang akan ia hubungi itu adalah beberapa klien itu.

"Halo, Tuan ... apakah saya bisa melanjutkan kerja sama kita tanpa terikat agensi?" ucap Alessandra ketika sambungan terhubung.

"Sayang sekali. Jika saja Anda menghubungi lebih awal. Beberapa waktu lalu Top Stories sudah mengajukan model lain dan saya menyetujuinya," jawab orang yang menerima panggilan Alessandra.

"Sayang sekali. Baiklah, terima kasih atas waktunya Tuan," ucap Alessandra, lalu memutus sambungan.

Alessandra kembali menjelajah kontaknya, lalu kembali menelepon satu kontak.

"Halo, Tuan ..." sapanya.

Orang di seberang itu menjawab, "Hem ..."

"Maaf mengganggu waktu Tuan. Saya ingin menanyakan perihal kerja sama kita Tuan," ucap Alessandra bersemangat.

"Kerja sama? Yang mana? " tanya orang itu terdengar acuh.

"Brand kosmetik baru perusahaan Anda. Anda lupa?" tanya Alessandra nampak heran.

"Kau yang tak tahu. Kemarin Top Stories mengajukan model penggantimu," ucap orang itu.

"Lalu?" Alessandra mengerutkan kening yang tentu tak terlihat lawan bicaranya itu.

"Tentu saja aku menyetujuinya. Bodoh jika aku terus mempertahankan model yang sedang jatuh sepertimu,'' jawab orang itu dengan nada sarkastis.

Alessandra nyaris mematikan sambungan itu. Namun urung karena terdengar orang itu memanggilnya.

"Alessandra. Aku menawarkan kontrak lain. Jika berminat besok datanglah ke perusahaanku."

Alessandra bergembira. Setidaknya ada harapan untuknya.

"Baik Tuan, saya akan datang," jawab Alessandra seketika yang tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.

***

Alessandra dan bodyguard-nya telah sampai di kantor pusat seseorang yang kemarin memberi tawaran kontrak kerja sama baru.

Seorang pria dengan setelan jas biru dongker menghampirinya.

"Nona, Tuan menunggu Anda. Mari ikuti saya," ucap orang itu seraya berjalan.

Alessandra mengangguk lalu mengekori langkahnya. Pun, Mervile mengekori langkah majikannya.

Setelah berada di depan pintu sebuah ruangan besar, orang itu berbalik dan berkata, "Silakan masuk Nona. Namun, Tuan menginstruksikan hanya Anda yang boleh ke dalam."

"Oh, ok. Dia bodyguard saya. Dia bisa menunggu di sini," kata Alessandra menyanggupi.

Mervile berkata sebelum majikannya itu masuk, "Nona. Jangan ulangi kesalahan yang sama."

Alessandra berbalik, lalu berkata, "Kau tenanglah. Aku sudah pernah berkerja sama dengannya. Jadi simpan kecurigaanmu itu."

"Tapi Nona ..." Mervile menarik tangan Alessandra supaya menghentikan langkahnya.

"Mervile! Kau bekerja atas perintahku. Bukan sebaliknya!" seru Alessandra seraya menghempas tangan Mervile. Kemudian, ia masuk ke dalam.

Mervile mendengus kasar menatap pintu yang sudah tertutup dan pria penunjuk jalan itu.

***

Seorang pria memakai jas hitam sedang duduk di kursi kerjanya. Pria itu terlihat tampan meski usianya tak lagi muda. Jika dikira-kira mungkin usianya sekitar 50-an.

"Selamat datang Alessandra Adelle Aro," ucap orang itu menyambut kedatangan Alessandra yang terlihat berjalan ke arahnya.

"Terima kasih karena Tuan menyempatkan waktu untuk saya," ucap Alessandra sopan.

Pria itu berdiri dan beranjak ke sofa ruangan itu.

"Kemari Alessandra. Duduk di sini," ucapnya sembari menepuk sofa sampingnya ia duduk.

Alessandra melangkah lalu duduk di sofa itu.

"Terima kasih Tuan. Jadi, kontrak apa yang Anda tawarkan kemarin?" tanya Alessandra.

Pria itu tersenyum kecil. "Santailah dulu Alessandra. Jangan terburu-buru, " ucapnya.

Sebenarnya Alessandra merasa canggung sekarang.

"Kau ingin minum apa? Karyawan akan membawakan untukmu," ucap pria itu lagi.

"Tidak perlu Tuan," sahut Alessandra. Matanya mengamati interior ruangan itu.

"Oh, ayolah. Jangan bersikap formal," ucap pria tersebut sembari tangannya bergerilya di paha Alessandra.

Alessandra yang tersadar ada sesuatu yang bergerak di pahanya pun terperangah. Lantas ia menghempas tangan nakal itu seraya berkata, "Apa yang Anda lakukan?"

Pria itu sedikit terkejut, lalu segera mengondisikan tubuhnya. Seolah merapikan jasnya yang tidak berantakan sama sekali.

"Okelah. Kita diskusikan sekarang mengenai tawaran itu," ucap pria itu seolah mengalihkan keadaan.

"Begini Nona cantik, perusahaanku baru saja meluncurkan produk baru. Mungkin saja kau berminat menjadi BA-nya."

"Produk?" tanya Alessandra.

"Lingerie," jawabnya datar namun tatapannya sulit diartikan. Dan ... sedikit nakal.

Netra Alessandra terbelalak. Pasalnya ia tak pernah mengambil kontrak semacam itu sebelumnya.

"Tidak adakah yang lain Tuan?" tanya Alessandra mencoba bernegosiasi.

Pria itu berdiri lantas mengedikkan bahu.

"Hanya itu yang kosong. Kebetulan kau orang pertama yang kutawarkan tentang ini. Jika tidak berminat, banyak model lain yang mengantre untuk mendapatkan kontrak ini."

Alessandra menimbang-nimbang sebentar hingga akhirnya ia mengambil kontrak itu. Sebagai seorang model, seharusnya bersikap profesional, pikirnya.

"Baca lalu tanda tangan, ok," ucap pria itu sembari menyodorkan kertas yang berisi perjanjian kerja sama.

Alessandra membacanya dengan seksama. Tidak ada poin yang memberatkan dan merugikan dirinya di dalamnya. Sehingga ia tak ragu membubuhkan tanda tangannya.

"Ok. Deal. Kita adalah rekan kerja," ucap pria itu seraya menjabat tangan Alessandra setelah surat dokumen itu diserahkan padanya.

"Kapan saya mulai pemotretan?" tanya Alessandra.

"Segera. Aku akan mengondisikan team dulu."

"Baiklah, jika sudah tidak ada yang didiskusikan lagi, saya pamit undur diri. Terima kasih untuk kerja samanya," ucap Alessandra yang sudah berdiri.

Pria itu menatap kepergian Alessandra dengan tatapan ... ah, entah apa namanya.

***

Mervile terlihat mondar-mandir.

Setelahnya, terlihat pintu terbuka. Alessandra keluar dari ruangan itu.

Dengan keadaan selamat tanpa kehilangan satu pun dari tubuhnya. Menepis kecemasan Mervile yang sedari tadi nampak gelisah.

"Simpan ini selain kecurigaanmu tadi," ucap Alessandra seraya menyodorkan map berwarna hijau.

"Apa ini Nona?" tanya Mervile yang mengekor langkah majikannya.

"Kujelaskan di mobil saja. Cepatlah berjalan. Kau sangat lambat."

Mervile pun mempercepat langkahnya.

***

"Mervile, dengar! Karena aku kehilangan semua termasuk manajerku, jadi kau harus menjadi seorang yang multi peran. Kau harus menjadi sopirku, asistenku, bodyguard-ku, dan manajerku."

Alessandra berbicara di dalam mobil.

"Cuma-cuma Nona?" tanya Mervile tanpa mengurangi konsentrasinya menyetir.

"Tentu. Tanpa gaji karena kau masih dihukum," jawab Alessandra.

Tanpa ragu bodyguard itu menjawab, "Baiklah, sesuai perintah Nona."

Alessandra tersenyum menikmati kepatuhan Mervile, lalu berkata, "Dokumen itu berisi perjanjian kerja sama antara aku dengan Tuan Aroon. Kau simpan baik-baik."

Pria yang telah ditemui secara eksklusif Alessandra tadi adalah Aroon. Seorang bos besar perusahaan produsen kosmetik. Dan entah mengapa kini bisnisnya merambah ke dunia fashion.

Mervile bertanya, "Anda dipercaya mempromosikan produk apa Nona?"

Alessandra menjawab acuh, "Lingerie."

Hampir saja kepala Alessandra terbentur dasbor karena tindakan Mervile yang ceroboh mengerem mendadak.

Alessandra melotot. "Kau ingin mencelakakanku? Oh Tuhan, sebelumnya orang luar yang ingin aku jatuh, kini bodyguard-ku sendiri yang menginginkan aku mati," seloroh Alessandra seraya menekan dadanya yang berdetak tak karuan.

"Maafkan saya Nona. Saya terkejut mengetahui Anda mengambil kontrak itu," ucap Mervile yang kini menghentikan aktivitas mengemudi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status