Share

Bertemu Tuan Aroon

Author: The Lucky
last update Last Updated: 2022-09-29 16:08:42

Sepanjang perjalanan pulang Alessandra mengutuk pria tua bangka itu. Beraninya sekali dia bertindak seberani itu padanya.

"Mervile, apakah image-ku sudah begitu rendah di hadapan dunia?" tanyanya pada bodyguard-nya yang fokus mengemudi.

"Hanya orang dungu yang berspekulasi dini tanpa bukti, Nona." Mervile menjawab.

Alessandra mendengus, "Andai saja aku tidak sepenuhnya percaya pada Sabrina."

Mervile tersenyum kecil seraya menggeleng, lalu berkata, "Tidak perlu disesali sesuatu yang sudah terjadi Nona. Itu tidak akan mengembalikan yang sudah hilang."

Alessandra kembali mendengus, "Kau benar. Tak ada gunanya. Sekarang aku menjadi model yang terbuang."

Alessandra menatap datar ke luar jendela. Rasanya baru kemarin ia merasakan puncak kejayaannya.

Namun kini semua itu hilang sia-sia.

***

Setelah pertemuan itu Alessandra kembali berkutat pada ponselnya.

Ia kembali menjelajah kontak yang akan ia hubungi untuk menawarkan kerja sama.

"Yeay, aku mendapatkannya!" serunya ketika satu nomor ia temukan.

Sebenarnya ada beberapa kliennya yang tidak memutus kontraknya. Namun, karena ia dikeluarkan dari agensinya, maka secara otomatis kontrak itu terputus.

Dan yang akan ia hubungi itu adalah beberapa klien itu.

"Halo, Tuan ... apakah saya bisa melanjutkan kerja sama kita tanpa terikat agensi?" ucap Alessandra ketika sambungan terhubung.

"Sayang sekali. Jika saja Anda menghubungi lebih awal. Beberapa waktu lalu Top Stories sudah mengajukan model lain dan saya menyetujuinya," jawab orang yang menerima panggilan Alessandra.

"Sayang sekali. Baiklah, terima kasih atas waktunya Tuan," ucap Alessandra, lalu memutus sambungan.

Alessandra kembali menjelajah kontaknya, lalu kembali menelepon satu kontak.

"Halo, Tuan ..." sapanya.

Orang di seberang itu menjawab, "Hem ..."

"Maaf mengganggu waktu Tuan. Saya ingin menanyakan perihal kerja sama kita Tuan," ucap Alessandra bersemangat.

"Kerja sama? Yang mana? " tanya orang itu terdengar acuh.

"Brand kosmetik baru perusahaan Anda. Anda lupa?" tanya Alessandra nampak heran.

"Kau yang tak tahu. Kemarin Top Stories mengajukan model penggantimu," ucap orang itu.

"Lalu?" Alessandra mengerutkan kening yang tentu tak terlihat lawan bicaranya itu.

"Tentu saja aku menyetujuinya. Bodoh jika aku terus mempertahankan model yang sedang jatuh sepertimu,'' jawab orang itu dengan nada sarkastis.

Alessandra nyaris mematikan sambungan itu. Namun urung karena terdengar orang itu memanggilnya.

"Alessandra. Aku menawarkan kontrak lain. Jika berminat besok datanglah ke perusahaanku."

Alessandra bergembira. Setidaknya ada harapan untuknya.

"Baik Tuan, saya akan datang," jawab Alessandra seketika yang tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.

***

Alessandra dan bodyguard-nya telah sampai di kantor pusat seseorang yang kemarin memberi tawaran kontrak kerja sama baru.

Seorang pria dengan setelan jas biru dongker menghampirinya.

"Nona, Tuan menunggu Anda. Mari ikuti saya," ucap orang itu seraya berjalan.

Alessandra mengangguk lalu mengekori langkahnya. Pun, Mervile mengekori langkah majikannya.

Setelah berada di depan pintu sebuah ruangan besar, orang itu berbalik dan berkata, "Silakan masuk Nona. Namun, Tuan menginstruksikan hanya Anda yang boleh ke dalam."

"Oh, ok. Dia bodyguard saya. Dia bisa menunggu di sini," kata Alessandra menyanggupi.

Mervile berkata sebelum majikannya itu masuk, "Nona. Jangan ulangi kesalahan yang sama."

Alessandra berbalik, lalu berkata, "Kau tenanglah. Aku sudah pernah berkerja sama dengannya. Jadi simpan kecurigaanmu itu."

"Tapi Nona ..." Mervile menarik tangan Alessandra supaya menghentikan langkahnya.

"Mervile! Kau bekerja atas perintahku. Bukan sebaliknya!" seru Alessandra seraya menghempas tangan Mervile. Kemudian, ia masuk ke dalam.

Mervile mendengus kasar menatap pintu yang sudah tertutup dan pria penunjuk jalan itu.

***

Seorang pria memakai jas hitam sedang duduk di kursi kerjanya. Pria itu terlihat tampan meski usianya tak lagi muda. Jika dikira-kira mungkin usianya sekitar 50-an.

"Selamat datang Alessandra Adelle Aro," ucap orang itu menyambut kedatangan Alessandra yang terlihat berjalan ke arahnya.

"Terima kasih karena Tuan menyempatkan waktu untuk saya," ucap Alessandra sopan.

Pria itu berdiri dan beranjak ke sofa ruangan itu.

"Kemari Alessandra. Duduk di sini," ucapnya sembari menepuk sofa sampingnya ia duduk.

Alessandra melangkah lalu duduk di sofa itu.

"Terima kasih Tuan. Jadi, kontrak apa yang Anda tawarkan kemarin?" tanya Alessandra.

Pria itu tersenyum kecil. "Santailah dulu Alessandra. Jangan terburu-buru, " ucapnya.

Sebenarnya Alessandra merasa canggung sekarang.

"Kau ingin minum apa? Karyawan akan membawakan untukmu," ucap pria itu lagi.

"Tidak perlu Tuan," sahut Alessandra. Matanya mengamati interior ruangan itu.

"Oh, ayolah. Jangan bersikap formal," ucap pria tersebut sembari tangannya bergerilya di paha Alessandra.

Alessandra yang tersadar ada sesuatu yang bergerak di pahanya pun terperangah. Lantas ia menghempas tangan nakal itu seraya berkata, "Apa yang Anda lakukan?"

Pria itu sedikit terkejut, lalu segera mengondisikan tubuhnya. Seolah merapikan jasnya yang tidak berantakan sama sekali.

"Okelah. Kita diskusikan sekarang mengenai tawaran itu," ucap pria itu seolah mengalihkan keadaan.

"Begini Nona cantik, perusahaanku baru saja meluncurkan produk baru. Mungkin saja kau berminat menjadi BA-nya."

"Produk?" tanya Alessandra.

"Lingerie," jawabnya datar namun tatapannya sulit diartikan. Dan ... sedikit nakal.

Netra Alessandra terbelalak. Pasalnya ia tak pernah mengambil kontrak semacam itu sebelumnya.

"Tidak adakah yang lain Tuan?" tanya Alessandra mencoba bernegosiasi.

Pria itu berdiri lantas mengedikkan bahu.

"Hanya itu yang kosong. Kebetulan kau orang pertama yang kutawarkan tentang ini. Jika tidak berminat, banyak model lain yang mengantre untuk mendapatkan kontrak ini."

Alessandra menimbang-nimbang sebentar hingga akhirnya ia mengambil kontrak itu. Sebagai seorang model, seharusnya bersikap profesional, pikirnya.

"Baca lalu tanda tangan, ok," ucap pria itu sembari menyodorkan kertas yang berisi perjanjian kerja sama.

Alessandra membacanya dengan seksama. Tidak ada poin yang memberatkan dan merugikan dirinya di dalamnya. Sehingga ia tak ragu membubuhkan tanda tangannya.

"Ok. Deal. Kita adalah rekan kerja," ucap pria itu seraya menjabat tangan Alessandra setelah surat dokumen itu diserahkan padanya.

"Kapan saya mulai pemotretan?" tanya Alessandra.

"Segera. Aku akan mengondisikan team dulu."

"Baiklah, jika sudah tidak ada yang didiskusikan lagi, saya pamit undur diri. Terima kasih untuk kerja samanya," ucap Alessandra yang sudah berdiri.

Pria itu menatap kepergian Alessandra dengan tatapan ... ah, entah apa namanya.

***

Mervile terlihat mondar-mandir.

Setelahnya, terlihat pintu terbuka. Alessandra keluar dari ruangan itu.

Dengan keadaan selamat tanpa kehilangan satu pun dari tubuhnya. Menepis kecemasan Mervile yang sedari tadi nampak gelisah.

"Simpan ini selain kecurigaanmu tadi," ucap Alessandra seraya menyodorkan map berwarna hijau.

"Apa ini Nona?" tanya Mervile yang mengekor langkah majikannya.

"Kujelaskan di mobil saja. Cepatlah berjalan. Kau sangat lambat."

Mervile pun mempercepat langkahnya.

***

"Mervile, dengar! Karena aku kehilangan semua termasuk manajerku, jadi kau harus menjadi seorang yang multi peran. Kau harus menjadi sopirku, asistenku, bodyguard-ku, dan manajerku."

Alessandra berbicara di dalam mobil.

"Cuma-cuma Nona?" tanya Mervile tanpa mengurangi konsentrasinya menyetir.

"Tentu. Tanpa gaji karena kau masih dihukum," jawab Alessandra.

Tanpa ragu bodyguard itu menjawab, "Baiklah, sesuai perintah Nona."

Alessandra tersenyum menikmati kepatuhan Mervile, lalu berkata, "Dokumen itu berisi perjanjian kerja sama antara aku dengan Tuan Aroon. Kau simpan baik-baik."

Pria yang telah ditemui secara eksklusif Alessandra tadi adalah Aroon. Seorang bos besar perusahaan produsen kosmetik. Dan entah mengapa kini bisnisnya merambah ke dunia fashion.

Mervile bertanya, "Anda dipercaya mempromosikan produk apa Nona?"

Alessandra menjawab acuh, "Lingerie."

Hampir saja kepala Alessandra terbentur dasbor karena tindakan Mervile yang ceroboh mengerem mendadak.

Alessandra melotot. "Kau ingin mencelakakanku? Oh Tuhan, sebelumnya orang luar yang ingin aku jatuh, kini bodyguard-ku sendiri yang menginginkan aku mati," seloroh Alessandra seraya menekan dadanya yang berdetak tak karuan.

"Maafkan saya Nona. Saya terkejut mengetahui Anda mengambil kontrak itu," ucap Mervile yang kini menghentikan aktivitas mengemudi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Epilog

    Bali, Indonesia. “Hei, kau mencuri ciuman dariku, Tuan Muda,” protes Alessandra sembari mencipratkan air ke wajah Axel. Suaminya yang tampan itu justru menyeringai tanpa rasa bersalah lalu berenang ke tepi kolam. “Aku cemburu pada laut,” sahut Axel, lalu sorot matanya yang tajam tetapi teduh itu terarah pada hamparan laut biru sepanjang matanya memandang. Kolam tempat mereka berenang sekarang menjorok langsung ke laut biru yang menawarkan panorama indah memanjakan mata nan jiwa. Fasilitas dari villa yang mereka tempati selama bulan madu kedua—begitu mereka menyebutnya. “Beberapa menit yang lama pandanganmu tak teralihkan darinya, matamu memandang penuh ketakjuban seolah kau rela menukarkan jiwamu dengannya.”Alessandra mengulum senyumnya. “Kau lebih seperti mendeskripsikan perasaanku padamu, Tuan Muda.” Alessandra mendekati Axel, menciptakan riak seiring tubuhnya bergerak. Axel bersiaga menyambutnya dengan segenap partikel dalam tubuhnya yang bersorak gembira. Mengalungkan lengan

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Hari Yang Bahagia

    Beberapa hari setelah insiden pembunuhan di hotel. Seorang sipir mengantarkan seorang wanita dengan mata sembab, tatapannya layu dan ia berjalan bak tanpa nyawa menuju tempat pertemuan dengan tersangka kriminal. Apa salahnya pada Revano sehingga pria itu menghukumnya? Padahal, Rheea telah banyak membantu pria itu. Rekaman kecelakaan Marchelle beberapa waktu lalu yang diterima Revano, itu salah satu bantuannya. Rekaman itu milik suami Rheea yang meninggal beberapa tahun lalu. Suami Rheea satu di antara rival Aroon. Mereka terlibat pertarungan sengit dalam bisnis. Suatu hari yang beruntung, suaminya berhasil mendapat kelemahan pria itu. Setelah beberapa saat dipersilakan menunggu, ia melihat seorang pria berambut putih dengan tangan diborgol diarahkan duduk di depannya. “Apa yang salah, Revano?” Rheea, dengan suaranya yang lemah menuntut jawaban pembunuh putranya. “Aku lepas kendali,” sahut Revano, menyesal. “Rheea, aku pantas mendapat murkamu.”Rheea tersenyum kecut. “Tahukah kau b

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Tanpa Mawar Merah dan Cincin

    Cahaya matahari pagi menjadi alarm bangun dari lelapnya bagi dua insan yang kelelahan akibat aktivitas panas semalam. Mengerjapkan mata, Alessandra terkejut dengan ceruk leher yang berjarak hanya beberapa senti dari hidungnya. Lalu ia mendongak dan saat itu pula tatapannya bertemu dengan mata biru yang lebih dulu memperhatikannya dalam diam. “Selamat pagi,” ujar Axel dengan senyum tersungging di bibirnya. “Nyenyak?” Alessandra mengangguk canggung. Setelah apa yang terjadi semalam, masih pantaskah ia merasa canggung? “Alessa, aku berutang banyak penjelasan padamu. Maukah kau mendengarnya?” Axel memulai pembahasan setelah mencium kening wanita yang ia dekap posesif. Alessandra sudah akan menjawab sebelum perutnya merasakan gejolak tak nyaman. Dengan segera tangannya mendorong dada Axel dan beranjak dari kasur dengan suara khas perempuan hamil. Ia diserang mual hebat. Ia berlari melintasi ruangan menuju wastafel. Ia memuntahkan cairan bening dari dalam perutnya. Axel mengejarnya de

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Tamatnya Riwayat Sabrina

    “Tidak ada pilihan lain,” ucap Alessandra saat melihat mobilnya yang merupakan hadiah dari Tuan Aroon dulu. Tak ingin membahayakan janinnya, ia mengekang sifat egoisnya yang ingin pergi tanpa dibayang-bayangi apa pun tentang Tuan Aroon. Selain mobil hadiah dari pria itu, ia tak memiliki kendaraan lain. Tak mungkin ia berjalan kaki, bukan? Alessandra sudah berada di balik kemudi, menghidupkan mesin. Lalu menjalankan kendaraan itu, meninggalkan rumah yang beberapa waktu ini telah menampungnya bak nyonya besar. Beberapa saat kemudian ia telah sampai di tempat yang membuatnya meneteskan air mata. Ia cukup tegar beberapa waktu lalu tak menangis saat mendapati fakta pahit itu. Namun, saat melihat bangunan cafe yang diwariskan ayahnya, air mata itu dengan sendirinya mengucur. “Aku sangat merindukanmu, Ayah.”Ia segera turun dan menghambur ke dalam bangunan. Malam ini ia akan bermalam di cafe. Tersedia kamar karyawan untuk istirahat dan malam ini ia akan menggunakannya. “Maafkan Mama, Sayan

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Tersingkapnya Sebuah Rahasia

    Mata Alessandra memeriksa ponselnya secara berkala. Hampir tengah malam, tetapi Tuan Aroon belum pulang. Pria yang ia panggil daddy itu berkata akan pergi bermain golf bersama beberapa rekannya. Tetapi itu sore tadi, dan sekarang? Di mana pria itu? Ia pun sudah menelepon beberapa kali, tetapi tak dapat jawaban. Untuk mengalihkan pikiran negatif dan mengusir rasa bosan karena menunggu, Alessandra memutuskan membaca buku. Hanya perlu melintasi beberapa ruangan untuk mencapai ruang perpustakaan pribadi Tuan Aroon. Tangannya mencari saklar, menyalakan lampu. Pemandangan rak-rak tinggi berbahan kayu mahoni menjulang dengan buku-buku menyambut penglihatannya. Ia bergerak ke sisi kiri lalu meraih satu bacaan buku. Ia ingin relaks, novel komedi menjadi pilihannya. Lalu ia membawa serta novel itu ke sofa, duduk dan membacanya dengan santai. “Lain waktu, kubacakan dongeng Cinderella untukmu, Sayang,” katanya, menunduk pada perutnya yang masih rata. “Kau pasti akan menyukai dongeng tentang k

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Andrew dan Sabrina

    “Mobil sialan!” Axel memukul keras setir, mengumpat kesal saat mobil yang dikemudikannya itu mati tiba-tiba. Padahal, ia harus menghadiri acara grand opening hotel rekannya. Dia mengedarkan pandangan di sekelilingnya, pepohonan lebat menjulang di kanan-kirinya. Dia masih berada di wilayah leluhurnya. Hutan ini milik keluarganya dan rumahnya berdiri megah di tengah hutan ini. Tangannya terulur membuka pintu. Saat sebelah kakinya menjejak tanah, tiba-tiba tubuhnya diseret lalu pukulan bertubi-tubi dialamatkan ke wajahnya. Tubuh Axel terjengkang ke belakang, pukulan beralih ke perutnya. Darah muncrat dari hidungnya. Aroma darah segar tercium di udara. Perutnya terasa nyeri. “Kau pikir, kau akan selamat dariku, heh?“ Tuan Aroon menjulang di depannya dengan tatapan bak serigala. Hasratnya menghabisi Axel bangkit setelah mendapat laporan dari orang-orangnya. Tak sia-sia waktu berjam-jam ia gunakan menunggu di balik pepohonan setelah memasang jebakan. Akhirnya dia menyeringai saat ban it

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status