Share

Undangan Pesta Tuan Aroon

Alessandra memicingkan mata.

"Apakah kau menilaiku ceroboh memilih pekerjaanku sendiri? Aku tahu yang terbaik untukku," ucap Alessandra yang sebenarnya ragu dengan ucapannya sendiri.

"Maaf jika saya lancang. Tapi, sebelumnya Anda tidak pernah terlibat pekerjaan yang ..."

'Ekstrim', lanjut Mervile dalam hatinya. Tidak berani untuk mengatakan di depan majikannya itu. Khawatir model yang sedang redup karirnya itu tersinggung dengan ucapannya.

"Lanjutkan saja ucapanmu. Aku tidak akan marah. Aku hanya bertindak profesional," ucap Alessandra seraya membetulkan seatbelt, padahal seatbelt itu masih melekat sempurna di tubuhnya.

Mervile yang sudah mulai mengemudi lagi itu berkata, "Tidakkah Anda berpikir tentang masa depan Anda? Maksud saya, nama Anda masih belum sepenuhnya bersih meskipun Anda terbebas."

Alessandra mendengus pelan. Sebenarnya apa yang dikatakan bodyguard-nya itu sudah dipikirkan olehnya sebelum menandatangani dokumen itu.

"Hentikan debat ini Mervile. Kau bukan kutugaskan menjadi penasihatku. Banyak tugas lain yang masih belum kau kerjakan," seru Alessandra.

Mervile pun patuh. Ia tidak lagi menyuarakan opininya. Akhir-akhir ini ia memang bertindak kelewatan sebagai bodyguard. Seperti saat ini, ia layaknya berperan sebagai penasihat.

Alessandra tiba-tiba teringat sesuatu, lalu bertanya, "Bagaimana investigasimu? Apakah benar dugaanku?"

Mervile yang berada di balik kemudi itu mengangguk seraya menjawab, "Namun, ada peran orang lain yang mungkin akan membuat Anda shock jika mendengar namanya."

Alessandra menautkan alisnya. "Katakan saja. Aku tidak suka bermain teka-teki," ucap Alessandra yang tak sabar terdengar dari nadanya.

"Tuan Revano," ucap Mervile seraya menoleh ke wajah Alessandra. Menanti ekspresi majikannya itu.

Diluar ekspektasi Mervile, Alessandra menyahut datar, "Ada apa dengan Bos Revano?"

"Dia yang membantu Sabrina melancarkan siasatnya menjebak Anda," ucap Mervile sedikit mendengus karena nonanya itu lola alias loading lama.

Alessandra melotot dan melongo memenuhi ekspektasi Mervile yang sempat tertunda.

"Apa katamu? Kau tidak salah menggali informasi, kan?" tanya Alessandra yang matanya menyala-nyala.

"Saya bisa pertaruhkan reputasi saya. Saya sebagai pegawai biasa masih mengharapkan memiliki majikan. Jika reputasi saya jelek, kemungkinan saya akan kehilangan majikan sekarang atau di masa depan," ucap Mervile yang terdengar tidak ada keraguan dalam ucapannya.

Mendengar ucapan Mervile, Alessandra mencoba merangkai puzzle. Pandangannya mulai terbuka, malam itu jika bukan karena persetujuan pemilik agensinya itu mustahil ia berada di hotel itu.

Selain Sabrina yang merekomendasikan klien itu, tentunya ada peran agensi yang bertanggung jawab.

"Belok kanan. Kita akan ke Top Stories," perintah Alessandra.

Tanpa membantah mobil itu berjalan sesuai perintah.

"Apa yang Anda ..." ucap Mervile terputus.

"Aku tidak ingin kali ini kau mendebatku," sela Alessandra. Kali ini amarahnya meronta. Darah panas mengalir ke sekujur tubuhnya.

Mervile yang mencium kemarahan majikannya itu berkata, "Kendalikan amarah Anda. Jika ingin memberi pelajaran, gunakan cara cantik dan elegan."

"Apa yang kau katakan? Elegan? Mereka menusukku dari belakang, kau menyuruhku untuk bersikap elegan? Yang benar saja kau!" seru Alessandra penuh emosi, layaknya gunung merapi yang siap memuntahkan lavanya.

Mervile menggeleng pelan lalu berkata, "Jadi, Anda mengizinkan mereka melihat kondisi Anda dengan tertawa, seolah mereka menertawakan hasil karyanya yang sukses?"

Alessandra berpikir sejenak seraya menghempas napas kasar. "Lalu, apa pendapatmu?" ucapnya yang mulai tertarik dengan ide bodyguard-nya.

Masih dalam posisi menyetir Mervile menjawab, "Untuk mengalahkan seorang pebisnis, kita lawan dengan bisnis."

Alessandra mendengus, merasa kecewa dengan jawaban bodyguard-nya. "Aku harus memiliki agensi untuk melawannya, itukah yang kau maksud?"

"Tepat sekali Nona," ucap Mervile dengan senyum mengembang.

Alessandra kembali mendengus. Sepertinya adalah satu kesalahan telah membiarkan bodyguard-nya itu berpendapat.

"Kau tahu keuanganku 'kan? Untuk mendirikan agensi itu memerlukan anggaran yang tidak sedikit," ucap Alessandra yang terdengar pesimis.

Mervile tersenyum tipis, lalu menimpali, "Itu jika Anda bermain lurus."

Alessandra mengerutkan kening, semakin tak paham dengan maksud bodyguard tampannya itu.

"Sudah kubilang aku tidak suka teka-teki," ujar Alessandra.

Mervile yang melihat majikannya terlihat tidak sabaran itu tersenyum, lalu berkata, "Kita gunakan opsi lain. Kita akan mendatangi beberapa rival Top Stories."

Mendengar jawaban Mervile, Alessandra semakin kesal, kemudian berkata dengan sinis, "Kau tidak bakat jadi penasihat. Bagaimana mungkin aku mendatangi pesaing Top Stories. Mantan agensiku itu saja membuangku apalagi pesaingnya. Tidak akan ada yang mau memungutku."

"Anda harus mencobanya terlepas bagaimana hasilnya," ucap Mervile.

Alessandra berpikir sejenak. Benar apa kata bodyguard-nya itu. Tanpa mencoba, ia tidak akan tahu hasilnya.

Lagi pula, sudah semenjak ia kehilangan pekerjaannya, ia seperti hilang muka, mendatangi klien untuk menawarkan jasa.

***

Setelah 5 hari dari penandatanganan kontrak itu, Tuan Aroon menghubungi Alessandra untuk datang ke studio.

Dan di sinilah Alessandra saat ini, tentu didampingi Mervile.

Cahaya blitz kamera memenuhi ruangan di mana Alessandra berpose dengan berbagai gaya. Lingerie warna hitam transparan itu membalut tubuhnya. Seorang fotografer nampak sangat professional memotretnya.

"Good ... arahkan tatapan Anda ke samping."

"Ok, ya ya ... angkat sedikit dagunya."

"Sedikit busungkan dada dan letakkan tangan kanan di atas paha."

Suara fotografer terdengar memberi arahan.

Tuan Aroon nampak tak memalingkan muka sedikit pun dari Alessandra. Tatapannya mengarah pada tubuh seksi model cantik itu. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman.

"Ok, good Alessandra. Sangat sempurna," lirih Tuan Aroon tanpa memalingkan pandang.

Tanpa ia sadari gumamnya itu terdengar Mervile yang sedari tadi mengamatinya. Mervile tersenyum masam.

Pemotretan itu rampung setelah 2 jam dengan hasil potret Alessandra mengenakan 12 lingerie beragam warna nan desain.

"Good, Alessandra. Aku tidak salah memilihmu. Kau benar-benar mengagumkan," ucap Tuan Aroon menghampiri Alessandra.

"Terima kasih atas pujiannya," sahut Alessandra dengan senyum simpul.

Dengan tiba-tiba Mervile datang lalu melepas jasnya dan memakaikannya pada Alessandra yang membuat Tuan Aroon merasa terganggu karena kehadirannya.

"Jika sudah selesai izinkan nona saya pergi," ucap Mervile seraya berjalan menarik tangan Alessandra.

Tanpa perlawanan ia berhasil membawa pergi majikannya itu meski meninggalkan kesan tidak baik bagi Tuan Aroon.

Setelah di dalam mobil, Alessandra berbicara pada Mervile, "Kau semakin seenaknya berbuat semaumu. Sikapmu ini tidak sopan di depan Tuan Aroon."

Tanpa memalingkan tatapan ke depan Mervile menjawab, "Saya hanya ingin menghancurkan imajinasi liar bos berengsek itu, Nona."

"Apa maksudmu?" Alessandra melotot tajam mendengar bodyguard-nya itu semakin berani.

"Sepanjang pemotretan berjalan, Tuan Aroon menatap tubuh Anda tanpa memalingkan pandangan sedikit pun," sahut Mervile yang terdengar kesal.

Alessandra tertawa terbahak, "Ha ha ha. Itu konsekuensi Mervile."

Meski terdengar tertawa namun siapa tahu isi hati orang. Di dasar hati Alessandra menjerit pilu.

"Dengar! Aku tidak ingin kau bersikap tidak sopan dengan klienku. Jangan ulangi lagi tindakanmu tadi, paham!" tukas Alessandra.

Mervile yang berada di balik kemudi itu hanya mengangguk pelan.

***

Alessandra menatap pantulan dirinya di cermin. Dipandangnya dengan seksama dirinya yang terlihat sempurna itu. Detik berikutnya ia beranjak ke ranjang lantas menghempas di atasnya.

Ia tertawa, "Ha ha ha. Dasar pria paruh baya mesum."

Mulutnya tertawa namun matanya mengeluarkan tetesan bening.

"Apa aku salah mengambil keputusan?" ucapnya sembari mencengkeram rambutnya.

Setelah itu, ponselnya berdering nyaring.

"Ada apa Tuan?" ucapnya tanpa basa-basi.

Terdengar suara di balik telepon, "Datanglah besok ke acara perusahaanku. Aku mengundangmu."

Alessandra mengambil jeda, lalu bertanya, "Acara?"

"Party atas suksesnya kosmetik baruku di pasaran. Kau harus datang Alessandra," sahut Tuan Aroon.

Alessandra memutar bola matanya jengah, lalu menjawab, "Baiklah."

Tuan Aroon tersenyum lebar yang tentu tak terlihat oleh mata Alessandra.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status