“Harusnya ini berhasil. Aku yang menyakitimu dan kau yang terluka. Tapi, mengapa...”
“Suka atau tidak suka kau harus mau. Dan, perintahku adalah mulai malam ini kau tidur disini, dikasur ini bersamaku.”
Kedua mata Odelia terbelalak. Ia sungguh tak mempercayai apa yang baru saja didengarnya dari bibir lelaki itu. Apakah lelaki itu tidak menyadari apapun? Apakah lelaki itu berniat untuk menyiksanya lebih parah dari yang sebelumnya?
Semakin dekat dengan seorang Jeanattan akan membuatnya semakin tersiksa. Odelia sudah bertekad untuk melupakan lelaki itu segera setelah ia membubuhkan tandatangannya di
“Aku akan berhenti. Sungguh, jangan lagi kau mengharapkan aku yang akan terjatuh untuk kedua kalinya padamu.”Seorang wanita nampak terduduk diatas ranjang mewah berukuran king size yang entah sejak kapan menjadi tempatnya membaringkan tubuh. Terbangun dalam kesendirian didalam kamar sebesar ini sungguh membuatnya seperti berada didalam hutan yang lebat. Ia tersesat disini, dan berusaha mengingat kejadian yang mengakhirkan dirinya diatas ranjang asing dengan tubuh telanjang di dalam selimut.Kegetiran langsung menyapu seluruh ruang di hatinya, ketika ingatan semalam kembali menjamah kepalanya. Ia ingat betul bagaimana ucapan Jean yang bertolak belakang dengan sikapnya selama ini. Lelaki i
“Orang yang menyakitinya adalah kakakku sendiri.”Seorang wanita nampak duduk disalah satu bangku yang tersedia di kafe didaerah Kemang. Suasana yang terlihat sedikit sepi, karena telah usai jam makan siang, membuat tempat itu terlihat lebih lengang dari biasanya. Didepan wanita itu, sang pria yang hanya menggunakan kaos lengan panjang turtle neck hanya bisa terdiam membisu setelah memberikan sebuah amplop coklat kepada wanita itu.Marko, pria itu tak bisa berkomentar banyak setelah apa yang ia ketahui setelah beberapa penyelidikan dilakukannya. Pria itu hanya duduk termangu, menunggu reaksi yang akan ditunjukkan oleh sang tunangan yang saat ini sibuk memperhatikan tumpukan dokumen hasil
“Permintaan yang mudah, namun aku sudah enggan menjalaninya.”Pria itu duduk dikursi kebesarannya di dalam ruangan yang menjadi pusat kerajaan perusahaan besar di Jakarta tersebut. Ia menemukan dirinya yang menyisir rambutnya dengan kasar, disertai dengan desahan frustasi yang disebabkan oleh benda kotak yang menampilkan pesan singkat pada ponselnya pagi ini.Jean hanya terdiam kaku saat menerima pesan singkat dari ayahnya yang mengatakan bahwa minggu besok, tepat pada hari minggu adalah perayaan ulang tahun Clara. Adik kecilnya yang akan mamasuki usia ke 24 tahun itu bersikeras memaksa ayah mereka untuk mengadakan pesta di rumah. Clara tidak meminya apapun darinya. Adik kecilnya hanya me
"Butuh waktu lama untukku menyadari bahwa aku membutuhkanmu dalam diriku.”Odelia membiarkan air yang mengucur dari shower diatasnya mengaliri tubuhnya. Dingin yang terasa dari pancuran itu membuat tubuhnya sendiri lebih rileks. Otaknya kini bisa berpikir dengan benar setelah permasalahan demi permasalahan yang telah ia lewati. Beberapa minggu ini merupakan hari terberat untuknya. Ia jarang bersuara atau pun berbicara seperti biasanya. Seringnya, ia berbicara dengan pembantu harian yang dipekerjaan oleh Jean dirumah mereka. Namun entah mengapa, dua minggu yang lalu pria itu memberhentikan wanita paruh baya itu. Odelia tak mengerti mengapa pria yang semula bersikeras menggunakan pembantu harian itu, kini malah merubah pikirannya.
“Wanita itu hangat seperti sebuah selimut. Ketika ia merasa kedinginan, wanita itu akan menjadi sebuah selimut menghangatkan untuknya.Odelia, wanita itu menemukan dirinya sendiri duduk diantara kedua orang yang masih menikmati perbincangan mereka berdua. Entah apa yang dibicarakan keduanya, Odelia sama sekali tak ingin memahaminya. Cukup lama baginya menyadari bahwa kini ia berada diantara kedua orang yang berada dalam satu keluarga yang sama, yang hampir tak pernah bertemu disetiap tahunnya.Grace.Wanita tua yang ia kenali sebagai nenek dari Jean itu datang dan berniat untuk tinggal beberapa malam dirumah ini.
“Semua membutuhkan kepastian dan aku menuntut hal itu. Aku sudah lelah mengikuti bayanganmu. Aku lelah menyadari bahwa hanya mengikuti bayanganmu saja aku tak sanggup.”Hujan pada bulan Agustus. Bulan yang seharusnya menapilkan musim yang panas, menyirami kota Jakarta. Gerimis rintik yang sedikit deras itu tak mengubah fakta bahwa musim telah berubah secara total. Berbeda tanpa ada yang mampu mendeteksinya.Namun satu hal yang membuat hujan ini menjadi sangat istimewa. Dimalam yang dingin, kedua orang itu hanya terdiam. Saling berpelukan diatas sofa panjang yang sengaja diletakkan untuk menonton televisi di ruang keluarga.&n
“Ketika aku memutuskan untuk berjalan jauh, kau ternyata mencoba kembali menarik simpatiku.”Jeanattan, pagi ini mungkin menjadi salah satu pria di dunia yang paling sering mengumpat hari ini. Lelaki itu berdecak tak suka pada apa yang kini menimpanya. Ini seperti sebuah makna, “Sudah jatuh, terimpa tangga pula.” Yah, begitulah.Pagi ini ia telah dikejutkan dengan tingkah sang nenek yang tiba-tiba saja mengajaknya dan juga Odelia pergi ke sebuah salon kecantikan. Grace memaksanya untuk membuka matanya lebih pagi dari pada yang pernah ia lakukan. Sepanjang jalan, ia tak hentinya menggerutu. Baginya wanita berusia 70 tahun itu telah mengganggu tidur nyamanya memeluk tempat hanga
“Aku menyadari bukan disini tempatku. Aku salah menginjak sesuatu yang bukan seharusnya menjadi milikku.”Seorang wanita dengan gaun pesta berwarna pink, dengan renda merah yang menghiasi disekelilingnya, menjadi salah satu wanita yang paling diperhatikan pada pesta ini. Wanita itu tersenyum dengan semangat yang menggebu-gebu saat melihat beberapa wajah yang ia harapkan hadir disana. hatinya berbunga memperhatikan setiap tamu yang turut hadir di pesta perayaan hari kelahirannya ini. Namun senyum itu lebih lebar lagi saat melihat dua orang wanita yang baru saja tiba disana. Wanita yang sangat dinantikannya, dan wanita yang tak disangkanya akan datang hari ini.Grace. Sang nenek yang sudah