"Butuh waktu lama untukku menyadari bahwa aku membutuhkanmu dalam diriku.”
Odelia membiarkan air yang mengucur dari shower diatasnya mengaliri tubuhnya. Dingin yang terasa dari pancuran itu membuat tubuhnya sendiri lebih rileks. Otaknya kini bisa berpikir dengan benar setelah permasalahan demi permasalahan yang telah ia lewati. Beberapa minggu ini merupakan hari terberat untuknya. Ia jarang bersuara atau pun berbicara seperti biasanya. Seringnya, ia berbicara dengan pembantu harian yang dipekerjaan oleh Jean dirumah mereka. Namun entah mengapa, dua minggu yang lalu pria itu memberhentikan wanita paruh baya itu. Odelia tak mengerti mengapa pria yang semula bersikeras menggunakan pembantu harian itu, kini malah merubah pikirannya.
“Wanita itu hangat seperti sebuah selimut. Ketika ia merasa kedinginan, wanita itu akan menjadi sebuah selimut menghangatkan untuknya.Odelia, wanita itu menemukan dirinya sendiri duduk diantara kedua orang yang masih menikmati perbincangan mereka berdua. Entah apa yang dibicarakan keduanya, Odelia sama sekali tak ingin memahaminya. Cukup lama baginya menyadari bahwa kini ia berada diantara kedua orang yang berada dalam satu keluarga yang sama, yang hampir tak pernah bertemu disetiap tahunnya.Grace.Wanita tua yang ia kenali sebagai nenek dari Jean itu datang dan berniat untuk tinggal beberapa malam dirumah ini.
“Semua membutuhkan kepastian dan aku menuntut hal itu. Aku sudah lelah mengikuti bayanganmu. Aku lelah menyadari bahwa hanya mengikuti bayanganmu saja aku tak sanggup.”Hujan pada bulan Agustus. Bulan yang seharusnya menapilkan musim yang panas, menyirami kota Jakarta. Gerimis rintik yang sedikit deras itu tak mengubah fakta bahwa musim telah berubah secara total. Berbeda tanpa ada yang mampu mendeteksinya.Namun satu hal yang membuat hujan ini menjadi sangat istimewa. Dimalam yang dingin, kedua orang itu hanya terdiam. Saling berpelukan diatas sofa panjang yang sengaja diletakkan untuk menonton televisi di ruang keluarga.&n
“Ketika aku memutuskan untuk berjalan jauh, kau ternyata mencoba kembali menarik simpatiku.”Jeanattan, pagi ini mungkin menjadi salah satu pria di dunia yang paling sering mengumpat hari ini. Lelaki itu berdecak tak suka pada apa yang kini menimpanya. Ini seperti sebuah makna, “Sudah jatuh, terimpa tangga pula.” Yah, begitulah.Pagi ini ia telah dikejutkan dengan tingkah sang nenek yang tiba-tiba saja mengajaknya dan juga Odelia pergi ke sebuah salon kecantikan. Grace memaksanya untuk membuka matanya lebih pagi dari pada yang pernah ia lakukan. Sepanjang jalan, ia tak hentinya menggerutu. Baginya wanita berusia 70 tahun itu telah mengganggu tidur nyamanya memeluk tempat hanga
“Aku menyadari bukan disini tempatku. Aku salah menginjak sesuatu yang bukan seharusnya menjadi milikku.”Seorang wanita dengan gaun pesta berwarna pink, dengan renda merah yang menghiasi disekelilingnya, menjadi salah satu wanita yang paling diperhatikan pada pesta ini. Wanita itu tersenyum dengan semangat yang menggebu-gebu saat melihat beberapa wajah yang ia harapkan hadir disana. hatinya berbunga memperhatikan setiap tamu yang turut hadir di pesta perayaan hari kelahirannya ini. Namun senyum itu lebih lebar lagi saat melihat dua orang wanita yang baru saja tiba disana. Wanita yang sangat dinantikannya, dan wanita yang tak disangkanya akan datang hari ini.Grace. Sang nenek yang sudah
“Aku bisa membuatmu, jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta.”Seorang wanita kini tengah duduk diatas kursi yang memang disediakan untuk seorang pemain yang akan memainkan tuts-tuts bernada indah diatas piano mewah berukuran besar itu. Ditengah pada undangan yang hadir, hanya si pemain yang menjadi daya tarik dari pesta ini. Apalagi ketika mereka yang datang mengetahui bahwa yang duduk disana adalah menantu sulung dari keluarga yang menyelenggarakan acara. Tak pelak kegiatan bisik-membisik pun menghiasi persiapan penampilan itu.Odelia tak tahu mengapa ia menemukan dirinya sendiri duduk diatas kursi piano ini. Ditengah banyak mata yang memandang kearahnya, ia mulai merasa risih. Tak ada
“Keinginan terbesarku adalah melihat kematianmu, kehancuranmu, keterpurukanmu. Namun ketika aku melihatnya langsung, hal yang paling aku inginkan adalah menahanmu disisiku lebih lama. ”Odelia Karina.Jean tak tahu mengapa ia melakukan hal ini untuk wanita itu. Ia tak mengerti mengapa tubuhnya bergerak tanpa perintah dari otaknya. Ia pun juga tak mengerti mengapa dunianya serasa seperti berhenti berputar karena melihat wanita itu yang memilih menenggelamkan dirinya sendiri dari pada bertahan lebih lama dengan pria sepertinya.Jean takkan pernah mengerti dan mau mengerti.
"Aku memilih untuk melupakanmu. Melupakan semua kenangan buruk tentang kita. Aku akan pergi, takkan kembali untukmu lagi. "Aku ingin melupakannya.Aku tak ingin berada disini.Aku ingin segera menghilang dari tempat ini.Lelah.Aku sudah lelah.Aku ingin tidur.Aku ingin beristirahat.Aku berharap Tuhan segera mencabut nyawaku.Dengan begitu rasa nyeri ini takkan lagi menghantui hidupku.Sungguh, aku b
"Aku akan mengabulkan semua permintaanmu. Apapun, asalkan mengabulkan permintaanmu yang meminta hatiku. ""Jadi, kau sama sekali tidak mengingatku?"Wanita bermata hitam besar itu hanya menggeleng lemah. Didepannya ada seorang wanita lainnya yang memiliki warna mata yang unik. Hijau. Warna yang tak biasa untuk orang asia. Entah mengapa di rumah ini Odelia seperti dipaksa mengingat masing-masing orang melalui warna mata mereka.Ada Clara, si bungsu keluarga ini. Wanita yang lebih muda beberapa tahun darinya itu menjadi yang paling banyak bicara disini. Odelia dengan mudah dapat mengenali wanita muda itu dari warna matanya yang mencolok. Dan lagi, kemana pun wanita itu pergi pasti ada sesosok lelaki, Marko yang selalu mengikuti dari belakang.