Share

BAB EMPAT

Penulis: @Fatamorgana16
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-04 17:28:14

Lagi-lagi Amor hanya duduk dan terdiam di bangku yang tadi dia duduki, di mana dia meletakkan tumbler minumnya sampai ketinggalan dan hilang. Termenung serta memikirkan bagaimana keadaan ayahnya dan sedih melihat tumbler minumnya. Menatap sejenak persis ke arah itu, lalu menoleh ke depan mengikuti arah jalan orang yang tadi hampir saja berpapasan dengannya.

Dia bukan takut, hanya saja tidak ada alasan kenapa dia harus bertemu dengan mereka selain darah yang sama mengalir dalam tubuh mereka. Selebihnya tidak ada sama sekali.

Dia juga teringat wanita itu, mamanya. Mamanya adalah orang yang selalu mengusahakan dia untuk masuk dalam keluarga Leonardth meskipun tetap saja dia tidak akan pernah diakui.

“Hay, sedang apa di sini?” tanya seorang perempuan.

Amor yang terkejut mendongak melihat dua orang yang memiliki seragam yang sama dengannya.

“Ah, tidak ada. Kalian sendiri sedang apa?”

“Kami di sini istirahat. Malas ke kantin apalagi banyak senior, takut dikerjain,” ujar si pria agak culun berkacamata.

“Oh ya, namaku Serena.” Si wanita memperkenalkan diri.

“Namaku Pras.” Dia menjabat tangan Amor.

“Hei, hei, eperibadeh. Pada kagak ngajak-ngajak gue lu pada. Udah malas temenan sama gue loe bedua?” 

Salah seorang laki-laki yang seangkatan dengan mereka bertiga akhirnya datang dan teriak-teriak sampai Amor terkejut heran sendiri. Tapi si wanita yang memperkenalkan  namanya Sere tadi hanya tersenyum, sedangkan si pria yang bernama Pras justru mendengus. 

“Apaan sih, Cup? Pelan-pelan, dong! Gak usah teriak gitu!”

“Tau loe. Kaya apaan aja. Emang dikejar setan lo?”

“Apa sih loe, Pras? Gitu aja udah sensi. Eke mau kasih tau sesuatu, nih ya. Lu pada denger baik-baik!” katanya tapi pandangannya turun kepada Amor.

“Eh, situ siapa? Sama kaya kita juga kah? Seangkatan kan ya?”

Belum dijawab, laki-laki itu mengengenalkan diri lebih dulu. “Gue Ucup. Orang paling kece se-Jagat raya, seantero negeri.”

“Amor,” ucapnya malu-malu, ikut memperkenalkan diri.

“Nama lu cantik. Bagus, kaya lu manis-manis gitu.” 

“Bukannya loe suka sama cowok ya, Cup?” Goda Sere.

 “Dia mah jadi-jaSere,” imbuh Pras kesal.

“Elah. Iya, gue suka cowok. Tapi kalo kaya si Amor begindang ya gue suka juga dong. Manis, cantik lagi. Siapa yang gak suka? Muka loe kaya bule-bule blasteran gitu deh,” ucapnya jujur sembari memegang wajah Amor yang membuatnya kurang nyaman.

“Udah dong, , jangan gitu! Lu buat dia gak nyaman aja sih,” kata Sere menepiskan tangan Ucup.

“Ops, sorry yak. Eke suka lupa diri liat cewek cantik. Udah dong. Eke bawa berita hot banget nih. Sampe pedes, hotshots and hotsnews banget, deh,” ceritanya sambil memainkan jari di mulut, seolah itu berita terpanas dan terheboh.

 “Apaan sih, Cup?” sahut Pras cepat.

“Eh, kalian pada tau gak si, anggota OSIS tercakep dan si ketua basket di sekolah ini yang cakepnya luar biasa itu, lho? Rega Brathayuda. Pada kenal gak?” tanya Ucup.

“Kenal. Kenapa emang?” tanya Sere penasaran.

“Iya. Dia lagi hot beritanya. Katanya pernah patah hati dan sekarang lagi dideketin sama anak kolongmerat juga.”

“Itu lho, anaknya pengusaha juga si Tuan Leonardth,” terang Ucup.

Perkataan dan informasi itu menyentak jantung Amor, Leonardth. Leonardth adalah keluarganya, kalau mereka masih mau menganggap Amor adalah keluarganya.

Ayahnya adalah seorang pengusaha hebat itu. Tapi kisah rumah tangganya tak sehebat dan sebaik yang selalu diagungkan oleh orang-orang banyak.

“Lalu kenapa?” tanya Pras jengah.

“Ya, masa lho gak tau sih kalau si Riana itu putri kesayangan tuan Leonardth? Katanya sih keluarga Leonardth punya satu putri lagi. Tapi, tidak pernah diberitakan di publik. Dan katanya, anak ini lahir di luar pernikahan dari orang biasa yang menjebak tuan Leonardth agar masuk ke keluarga kaya itu,” terang Ucup.

“Hussh!” Sere buru-buru menghentikan ocehan Ucup. “Lu tau dari mana? Jangan suka gosip. Gak baik, Cup. Lagian nih ya, buat apa sih kita menggosipkan itu?” tanya Sere.

“Bukan gosip, Ma Babee Sere, tapi ini adalah perebutan antara takhta, cinta, wanita,” ujar Ucup. “Dan kalian pada tau gak, sih? Raya Bramanthyo? Kabarnya dia adalah teman dekat perempuan satu-satunya Rega, juga dikabarkan dekat sama Rega.” 

“Trus apa masalahnya? Ya namanya teman, kan emang dekat sih, Cup,” kata Pras gemas.

“Ehe, bener kata Pras,” ujar Sere setuju dengan pendapat Pras.

Sedang Amor hanya diam memikirkan apa pun yang terjadi itu bukan tanggung jawabnya.  entah kenapa dia teringat ayahnya. Lelaki paruh baya itu, bagaimana pun tetaplah ayahnya, pernah memberi kehidupan baginya. Mengalir darah yang sama di dalam tubuh mereka. Sekali pun tetap saja ayahnya tak pernah mengakui kalau dia adalah anaknya.

“Iya tapi ada yang aneh gak sih? Si Raya adalah temen dekatnya si Rega. Lalu, Riana dikabarkan dekat dengan Rega. Si Rega kok kemaruk ya? Dia seolah membenarkan bahwa dia didekati dua wanita cantik sekaligus. Dan, mereka sih ya mau aja kalau didekati Rega yang tampannya luar biasa kaya dewa Yunani gitu.” Ucup menjelaskan dengan tampang takjub dan mata berbinar tanpa henti.

“Eh, kalau cantik sama ganteng ya biasa aja. Karena udah banyak. Yang gak biasa adalah orang biasa bisa dekat dengan mereka yang luar biasa,” balas Pras.

“Betul,” kata Sere.

“Eh, gue mau deh jadi madunya si Rega. Acip dikit aja hartanya, kali aja gue bisa duduk tenang nikmati beberapa makanan enak yang disuguhi pelayan. Euy, enak ih,” sahut Ucup membayangkan.

“Apaan sih, Cup? Gak jelas banget deh,” seru Sere.

“Tau deh, gak jelas. Lagian mana ada yang mau sama kita yang berbeda level sama mereka, Cup? Dan siapa sih yang mau sama loe, Cup?” kata Pras semakin kesal.

“Tampang loe ga cocok jadi holang kaya,” ejeknya membuat Ucup kesal.

“Ihh, Pras.” Ucup memukul manja di bahunya.

“Apaan sih? Gak usah pegang-pegang!” tepis Pras yang membuat Ucup mengerucut sebal, sedang Sere hanya tertawa puas melihat keduanya.

Amor hanya mendengarkan tanpa mau berucap satu patah kata pun. Dia bukan tidak mau menanggapi, hanya saja tidak tahu harus membahas apa dan bagaimana memulainya. Awal pertemuan yang selalu buruk dengan orang-orang yang bahkan memiliki ikatan darah dengannya membuat dia semakin takut. 

“Gue gak apa-apa jadi simpanan aja. Gak dapat si Rega tapi masih ada stok yang kece badai kok di sekolah ini,” kata Ucup.

“Siapa lagi?” kata Sere jengah.

“Fadel, Tian, teman Rega dan si ketua OSIS, Surya Indraputra. Kan cakep, juga tajir sih,” ujar ucup.

“Kalian tau gak sih? Katanya si Surya sama Rega pernah perang dingin karena Raya.” Ucup menjeda kalimatnya sambil memikirkan sesuatu. “Oh, ya! OMG!” teriak Ucup tiba-tiba.

“Gue tau siapa yang keren nomor dua setelah Rega. Surya dan lainnya nomor tiga tau. Yang kedua adalah kakaknya Riana, Vicko Leonardth,” ucapnya.

Vicko Leornardth. Ya, hanya satu orang yang dikenal oleh Amor dengan nama itu. Sama seperti Riana, dan juga keluarga Leonardth.

Dia masih terus mendengar mereka bercerita, sesekali sambil berdebat dan mencela satu sama lain hanya saja Amor tidak fokus sama sekali. Dia tidak takut hanya saja kembali lagi ke dalam lingkup masa lalu membuatnya selalu gemetar.

Dia tidak kuat bila selalu dikelilingi dan dilingkupi dengan asal- usul dirinya yang tidak jelas. Beginilah hidup. Mereka tidak tahu bahwa ketika ada orang yang rela menjadi simpanan hanya untuk menikmati bagaimana enaknya jadi orang kaya dan hidup menjadi tuan putri. Contohnya saja Ucup, walaupun Amor tahu bahwa Ucup hanya bercanda.

“Hei, Mor?” sapa Sere.

“Ha? Eh, i-iya?” Amor menoleh melihat Sere yang menatapnya intens.

“Kamu ada pikiran? Maaf, ya.” Sere merasa tidak enak karena mereka berdebat di depan Amor yang baru mereka kenal.

“Ehm, gak apa,” jawabnya.

“Mereka memang begitu, Mor, kalau sudah berdebat. Kita memang begini. Tolong maklumin, ya,” pintanya.

Amor tidak menyahut, hanya mengangguk mengerti saja. Mereka mungkin berteman dengan tulus tapi dia belum bisa memiliki teman yang benar-benar teman. Dia takut kembali ditinggalkan karena sudah mengalaminya berkali-kali, membuat dia ekstra hati-hati untuk kali ini.

“Eh, Neng Amor,” panggil Ucup, “diam aja lu. Sorry ye. Kita emang heboh kalo udah ketemu bertiga. Kita mah temenan dari SMP,” jawab Ucup.

“Dia malas liat loe banyak omong, Cup,” kata Pras. “Kalau gue sekolah di sini karena kebetulan, bisalah orang tua masih mampu dan dapat beasiswa dikit. Kalo loe?” tanya Pras.

“Kalo aku juga masih mampu, sih. Ucup apalagi, bapaknya tuan tanah. Kalo aku orang tua hanya manager biasa. Pras asisten boss bapaknya. Tapi aku sih ga dapat beasiswa, Cuma masih bisalah otakku,” kekehnya, “tapi yang paling pinter di antara kita hanya Pras,” sambungnya.

Ucup hanya mengangguk membenarkan. “Iya bener, Mor. Tapi ya gitu, dia gak ganteng amat sih,” cibirnya.

“Dasar loe ya!” Pras menendang kaki Ucup.

“Euy, sakit!” katanya mengaduh.

“Hem, kalo kamu?” tanya Sere pada Amor.

“Beasiswa,” jawab Amor singkat.

Amor mulai tidak nyaman apabila mereka menceritakan tentang keluarga dan pekerjaan ayahnya. Tidak seperti dirinya yang sebatang kara. Hanya anak tunggal tanpa ada orang lain yang membantu. Hanya bantuan beasiswa dan panti serta Budhe Ani yang berbaik hati menolongnya.

Dia ingin pergi dan bangkit berdiri. Hanya saja ketika dia mulai bangkit, pandangannya langsung tertuju ke depan, beradu pandang dengan seseorang di sana yang menatapnya tajam. Dan semua itu juga tak luput dari satu pasang mata yang memandang aneh temannya itu.

Di sana, di sisi yang lain juga ada yang menatap Amor dengan pandangan penuh minat.

 

@Fatamorgana16,

Selasa, 04 Mei 2021

Pekanbaru. Riau.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • A.M.O.R.E.G.A   BAB EMPAT PULUH

    Sepanjang perjalanan menuju tempat yang dituju, senyuman tak pernah luntur dari bibirnya. Dia juga sesekali bersenandung serta bersiul karena bahagia. Saat hampir mendekati tempat yang dituju hatinya sangat bahagia dan rasa tak sabar ingin bertemu pun pemuda itu rasakan. Namun, semua kebahagiaannya itu langsung sirna saat melihat pemandangan yang membuatnya langsung terluka. Di depannya ada Amor yang sedang bersama pria lain dan terlihat sangat akrab. Dia hanya diam dan memperhatikan dari kejauhan dengan hati yang bercampur aduk, antara marah, terluka dan kecewa. Dia sangat kecewa karena Amor begitu dekat dengan pria berumur itu sedangkan dengan dirinya Amor malah sering menjaga jarak."Sebenernya apa yang salah dari gue Amora. Kenapa juga lo selalu menolak padahal gue hanya menawarkan pertemanan nggak lebih," lirih pemuda itu dan masih memperhatikan interaksi antara Amor dan si pria asing tersebut. "Gue Rega Hanung Brathayuda ... nggak akan pernah sudi mundur begitu aja. Gue akan ter

  • A.M.O.R.E.G.A   BAB TIGA PULUH SEMBILAN

    Kedekatan Amor dan Rega semakin berkembang setelah kejadian hari itu. Amor juga menghentikan protesannya karena merasa sangat lelah telah melarang tetapi terus diabaikan. Cacian dan makian juga masih dia terima karena kini dia semakin dekat dengan si idola sekolah, Amor juga hanya diam karena dia memang sangat tidak ingin ribut dengan orang lain."Jadi ... kalian benar-benar memiliki hubungan yang lebih?" tanya Serena dengan tatapan bertanya ke arah AMor yang sedang menikmati makan siangnya dengan santai di dalam kelas. Sejak dia semakin dekat dengan Rega, Amor sudah taklagi makan siang di kantin lagi. Dia lebih memilih berada di tempat yang sepi seperti kelasnya tersebut."Tidak.""Ah, masa iya? tapi aku melihat yang lain dari kedekatan kalian belakangan ini," sangkal Prastya yang tiba-tiba saja muncul dari arah pintu. Pemuda berpenampilan katrok itu tiba-tiba muncul dan mengalihkan atensi Serena dan juga Amor yang sedang berbincang sambil makan siang tersebut."Dari kedekatan kali

  • A.M.O.R.E.G.A   BAB TIGA PULUH DELAPAN

    Amor diam dan terus memperhatikan Rega yang masih saja menundukkan kepalanya karena merasa sangat bersalah kepada gadis di hadapannya tersebut. Sejujurnya Rega juga tidak menyangka kalau gara-gara dia mendekati Amor malah membuat hidup gadis itu tidak tenang. Rega juga tahu semuanya yang sudah terjadi di dalam ruangan osis tadi. Bahkan, dia sendiri yang memanggil Gilang untuk segera ke ruang osis dan memberikan pembelaan sekaligus menolong Amor yang hanya diam saja meski dipermalukan.Setelah mengeluarkan beberapa kata yang sangat ingin didengar oleh Amor, Rega langsung pergi begitu saja tanpa mau menunggu jawaban apa yang akan gadis itu lontarkan. Meski Rega melangkah pergi, tetapi hatinya terus berharap supaya Amor memanggil namanya dan menghentikan langkahnya itu. Namun, ternyata yang dia inginkan hanyalah angan dan tidak bisa terwujud. Amor masih saja menganggap dirinya tidak ada dan itu membuat perasaan Rega menjadi terlukai.Sejujurnya Amor sangat ingin berbincang dengan Rega,

  • A.M.O.R.E.G.A   BAB TIGA PULUH TUJUH

    Amor tetap melanjutkan kegiatannya di sekolah dan melanjutkan tugasnya menjadi anggota osis. REga memang sudah tak lagi mendekatinya, tetapi pemuda itu tetap menjaga dirinya meski sedikit menjauh. "Rega benar-benar sudah menjauhimu ya?" tanya Serena dengan tiba-tiba yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya. Amor menoleh sebentar kemudian melanjutkan kembali langkahnya untuk menuju ruangan osis. "Iya, dia benar-benar sudah menepati janjinya. Tapi terkadang aku masih merasa kalau dia selalu ada setiap aku butuh bantuan." Ingatan Amor melayang pada keadian saat dia dilecehkan hari itu. Rega tiba-tiba datang dan membantu dirinya yang hanya diam meski dimaki-maki. "Itu artinya ... dia sebenarnya masih mau dekat sama kamu tapi dia juga tidak mau kalau membuatmu risih seperti saat itu," sahut Prastya, salah satu teman dekat Amor meski kelas mereka berbeda. Prastya ini juga biasanya diasingkan oleh teman-teman yang lainnya karena penampilan dia yang culun dan tidak

  • A.M.O.R.E.G.A   BAB TIGA PULUH ENAM

    Rega diam dan membiarkan Amor pergi, dia tidak bisa terus memaksa Amor untuk menerima kehadirannya, tetapi dia juga tidak bisa kalau harus tetap membiarkan Amor takmenerima kehadirannya. Namun, kini Rega harus membiarkan gadis itu sendiri dulu dan dia akan kembali mendekati kalau keadaan Amor sudah jauh lebih baik. Setelah kejadian sore itu, Amor mulai merasakan ketenangan kembali menghampiri kehidupannya. Tatapan-tatapan esal teman-temannya kini tak lagi tertuju padanya karena dia dan Rega sudah tidak dekat seperti dahulu. Amor enang karena akhirnya hidupnya kembali tenang tanp gangguan siapapun lagi, termasuk Rega sebagai biang masalah dalam hidupnya. "Kan, apa gue bilang. Mereka itu nggak ada hubungan dan nggak akan pernah memiliki hubungan karena Rega nggak pernah cocok sama dia." "Ya, memang seharusnya begitu kan. Dia nggak pantes bersanding sama bintang sekolah kayak Rega, kalaupun mereka pernah dekat gue yakinnya sih pasti dia main dukun." "Wah, iya bener. K

  • A.M.O.R.E.G.A   BAB TIGA PULUH LIMA

    "Sudah mama bilang, belajar yang benar kenapa malah bermain-main. Kamu memang selalu merepotkan dan bisanya hanya membuat masalah saja." Mama Amor benar-benar marah dan menghajar gadis itu dengan berbagai caci dan makian yang tak pantas diucapkan oleh seorang ibu. Dia sangat kecewa dan sang anak yang menurutnya sudah membawa sial sejak lahir "Maaf, Ma. Amor tidak bermaksud melakukan itu semua, Amor ...." "Kau memang anak yang tidak bisa diandalkan. Hanya bisa membuat malu keluarga saja dan tidak bisa membanggakan." Mama Amor menatap gadis itu dengan sangat tajam, menunjukkan kalau dia benar-benar tidak suka dengan yang sudah sang anak lakukan." "Apa salahku, Ma? kenapa Mama bersikap seperti ini. Apa yang sudah kulakukan," lirih Amor sambil menangis, tetapi sama sekali tidak dipedulikan oleh sang ibu. Bagi wanita yang tak lagi muda itu air mata Amor sama sekali tidak ada gunanya, justru membuatnya semakin muak kepada gadis itu sendiri. "Pergi dari hadapanku sekarang juga, dasar ana

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status