Sebuah pertempuran hebat membuat George terluka parah dan kehilangan ingatannya. Beruntung dia masih bisa hidup. Namun, tidak dengan keluarganya. Musuh- musuhnya membunuh seluruh keluarganya hingga tak tersisa. Tanpa sepengetahuan George yang masih hilang ingatan. Setelah peristiwa naas itu, George hidup terlunta-lunta hingga akhirnya bertemu dengan seorang Konglomerat. Sang konglomerat merasa senang dengan kejujuran dan kebaikan George hingga menikahkan dia dengan putrinya yang cantik. Sepeninggal Sang konglomerat yang telah mengangkat derajatnya. Kisah cinta mereka pun tidak berjalan baik. Banyak kesulitan yang harus dia hadapi. Penghinaan dan rasa sakit hati sudah menjadi makanannya sehari-hari. Suatu ketika, sang istri mengajukan perceraian. Tiba-tiba ingatannya pun kembali. Dalam sekejap dia pun kembali menjadi Dewa Perang terhebat yang disegani. George berjanji untuk membalas kejahatan yang telah diperbuat oleh musuh-musuhnya. Dan juga dia akan membuktikan kepada keluarga sang istri. Bahwa dia bukanlah manusia yang bisa dipandang rendah.
View More"Pergi kamu dari rumah ini! saya tidak sudi punya menantu sampah sepertimu!" seru Jenny, seorang wanita paruh baya yang merupakan istri mendiang Konglomerat ternama di Negeri Rein bernama William Roger. Ia dikenal sebagai seorang pemilik perusahaan besar bernama HM company yang bergerak di bidang obat-obatan.
Di hadapan Jenny, berdiri seorang lelaki bertubuh tegap. Namun wajahnya tampak pucat dan kebingungan. Ia terus berfikir mengapa tiba-tiba dia berada di sebuah ruangan bersama seorang wanita. Yang merupakan adik istrinya sendiri.George hanya ingat saat ia terakhir meminum kopi di ruang keluarga. Dan setelah itu, ia baru tersadar di sebuah ruangan gelap bersama Amel yang merupakan iparnya sendiri.Tiba-tiba lampu ruangan menyala dan telah berkumpul seluruh keluarga mendiang William. Seakan semua adalah jebakan yang telah direncanakan matang-matang.Istri George, Veronica tiba-tiba berlari menghampirinya yang tengah dikerumuni oleh keluarga. Dan seketika sebuah tamparan melayang ke wajahnya.PRAKK!"Aku gak nyangka kamu sebejat itu!""Berani sekali kamu menodai Amel!""Mulai sekarang aku gak mau lagi lihat kamu di rumah ini!" Seru Veronica yang murka sejadi-jadinya."Ta-tapi aku..." George mencoba menjelaskan.Namun tiba-tiba Jenny menunjukkan sehelai daster basah kepada Veronica."Lihat ini Veronica, selama ini anggapanmu salah tentang pria bajingan itu!""Sudahlah Veronica, tinggalkan dia. Mama sudah siapkan pria yang terbaik untuk kamu," ucap Jenny seraya melirik sinis ke hadapan George.Wajah Veronica seketika memerah dan matanya terbelalak."Veronica, semua ini tidak benar! aku dijebak!" George mencoba menghampiri istrinya. Namun Veronica justru menghindar darinya."Cukup! bukti itu sudah kuat! kamu bukan suamiku lagi!" seru Veronica.Lalu Wanita muda yang selalu membanggakan suaminya itu pun akhirnya berbalik badan dan meninggalkan George seorang diri.Jenny tersenyum puas. Rencana untuk menyingkirkan George tampaknya berhasil.George tak bisa lagi menahan amarahnya. Ia menghampiri Jenny. Tapi tiba-tiba, dua pria bertubuh tegap menghadangnya.Salah satu pria menahan bahunya. George hanya menghempaskan tangannya. Namun hempasan itu justru membuat pria bertubuh tegap itu terjungkal dan membentur dinding.Semua orang di ruangan itu tersentak. Bagaimana bisa seorang George yang pendiam memiliki kekuatan di luar nalar.Semua orang saling berbisik menggunjingnya."Tidak masuk akal, lelaki sampah itu bisa menjatuhkan Bodyguard Nyonya Jenny yang memiliki tubuh sebesar itu?!""Ini tidak mungkin! pasti semua ini hanya kebetulan," ucap seorang sepupu Veronica.Jenny murka melihat salah satu Bodyguard dijatuhkan. Ia memanggil salah satu Bodyguard yang tersisa. Lalu membisikinya."Habisi dia dan buat dia pergi dari rumah ini. Dia sampah yang harus dimusnahkan... ""Baik Nyonya, " jawab sang Bodyguard.lalu salah satu Bodyguard yang tersisa itu mengambil sebuah pentungan besi dan menepuk-nepuk tangannya sebagai sebuah tanda peringatan.Ia menghadapi George dan bersiap menghabisinya."Sekarang kau tidak akan bisa lari. Nyonya akan memberimu pelajaran!"Tiba-tiba pentungan besi itu menyabet ke kepala George. Dengan sangat cepat George menghindar lalu menangkap pentungan itu dan menariknya.Kini keadaan berbalik. Sang Bodyguard itu tak bisa berkutik dalam kendali George.Ia terdiam membatu mengetahui kecepatan tangannya. Yang bahkan tak dapat diprediksi."Untuk apa Mama memperlakukanku seperti ini! Apa yang salah denganku?!" Seru George seraya melempar pentungan itu ke lantai.Jenny tampak menyeringai dan berkata pelan, "Saya hanya ingin menyingkirkan kamu dari sini. Kamu adalah sampah dan tetap menjadi sampah di mata saya. Veronica tidak pantas untuk kamu. Mulai sekarang jangan panggil saya mama dan pergi dari rumah ini..."George terdiam sejenak dan menundukkan kepala. Ia merasa tak ada lagi alasan untuk bertahan. Sang istri pun tak menginginkannya lagi.Lantas George kembali menegakkan badannya dan berkata, "Tolong izinkan aku berbicara kepada Veronica. Setelah itu aku akan pergi.""Tidak! Veronica tak akan ku izinkan bertemu kamu. Tak usah banyak bicara! pergi!" Seru Jenny dengan mata yang terbelalak.George tersenyum. Ia sudah terbiasa mengalami perlakuan itu dan mencoba tegar.Lalu ia pun keluar dari kamar itu untuk menuju keluar rumah yang selama ini telah terukir beribu cerita manis dan pahit bersama Veronica.Saat George melangkah pergi, Veronica memandangi George dari balkon rumah dengan meneteskan air mata. Bagaimana pun ia tak bisa menampikkan rasa di hatinya.Jenny tersenyum puas semua rencananya berhasil. Seluruh keluarga pun berpesta dan tenggelam dalam tawa setelah kepergian George."Hahaha! akhirnya Si sampah itu pergi juga! sudah bertahun-tahun saya muak melihat wajahnya!" seru Jenny kepada seluruh keluarga William."Keberadaan dia hanya membuat kita malu saja. Tuan William tidak pantas mengangkat dia menjadi keluarga apalagi dengan menikahi dengan Veronica!" Jawab salah satu sanak keluarga.Veronica yang berada di kamarnya seorang diri tak sengaja mendengar percakapan dan tawa mereka. Ia pun bertanya-tanya dengan apa yang sebenarnya terjadi.Saat Jenny tengah bercengkrama di ruang tengah, Tiba-tiba Veronica keluar dari dalam kamar."Kenapa kalian tertawa-tawa setelah kepergian George?!" seru Veronica.Jenny dan seluruh keluarganya pun langsung terdiam. lantas Jenny menghampiri Veronica dan mengelus pundaknya seraya berkata, "Sabar ya sayang, mama pasti akan pertemukan kamu dengan jodoh yang sudah mama siapkan. Kami bahagia karena sedikit lagi kamu akan bahagia bersama Jhony, anak konglomerat dari kota Schaar."Sontak Veronica terkejut mendengar nama itu, "Jhony! mama akan menjodohkan aku dengan dia?!""Tidak ma, aku tau siapa dia!" seru Veronica.Ia secara terang-terangan menolak karena sejatinya Veronica tau Jhony adalah seorang bandar narkotika dan pernah mencoba merusak perusahaan MH Company secara diam-diam. Ditambah lagi dalam lubuk hatinya yang terdalam Veronica masih menyayangi George sebagai suaminya.Jenny tak bisa menahan amarahnya lagi. Bola matanya seperti ingin keluar saat mendengar ucapan Veronica."Kamu sudah mama usahakan malah menolak! kamu benar-benar mengecewakan mama! kamu tidak tau persis siapa Jhony! mama yang lebih tau dari kamu!"Veronica menatap tajam wajah Jenny dan berkata, "Sampai kapanpun aku tidak sudi bertemu dengan bajingan itu! Mama tidak bisa memaksa aku!"Veronica berbalik badan dan akan pergi menuju kamarnya. Tiba-tiba Jenny membisiki anak buahnya menginstruksikan sesuatu.Saat Veronica hendak masuk ke kamarnya tiba-tiba sebuah suntikan menancap di lehernya. Dan seketika pandangannya mulai kabur.Veronica memandang seorang wanita paruh baya samar-samar tersenyum saat tubuhnya mulai rubuh.Di saat yang sama, George tengah berjalan tak tentu arah. Tiba-tiba perasaannya bergejolak hingga menghentikan langkahnya sesaat."Kenapa jantungku tiba-tiba berdetak kencang," gumam George dalam benaknya.ia sejenak terdiam dan merasakan perasaan yang aneh. Dan sesekali berbalik badan memandang ke arah rumah yang telah ia tinggali."Apa yang terjadi? apakah aku harus kembali ke sana?" sebuah tanya muncul dalam benaknya.George berjalan keluar dari rumah, setiap langkah terasa semakin berat seiring dengan rasa cemas yang menghimpit di dadanya. Ketegangan terasa mencekam, dan fikiran tentang Hana yang tertinggal di rumah membuatnya semakin sulit untuk berkonsentrasi. Ia tahu bahwa setiap detik berharga dalam situasi yang semakin memburuk. Di markas besar, suasana tampak mencekam. Para tentara berlari ke sana-sini, berusaha mengendalikan kekacauan setelah serangan mendadak terhadap Menteri Pertahanan. George segera mendekati ruang operasi, tempat di mana Menteri sedang berkumpul dengan staf dan analis. “George! Terima kasih kau datang,” Menteri Hendrik menyambutnya dengan lega, namun wajahnya tetap menunjukkan tekanan yang menggelayuti. “Kami baru menerima informasi bahwa serangan ini mungkin hanya bagian dari rencana yang lebih besar. Marco mungkin sudah memiliki jalur untuk menginternalisasi kekuatannya kembali.” “Menteri, siapa yang menyerang? Dan apakah kita sudah menemukan dalang di balik in
George dan timnya kembali ke markas besar dengan langkah yang berat. Mereka baru saja melalui pertempuran yang sengit dengan Marco dan pasukan mafia yang terampil, meskipun berhasil mengusir mereka, perasaan kekalahan tetap menggelayut di benaknya. Banyak yang hilang dalam pertarungan itu—kehidupan, kepercayaan, dan mungkin sedikit rasa aman. Setiba di markas besar, suasana terasa hampa. Lampu-lampu menyala terang, menyinari ruangan yang seharusnya menjadi pusat komando bagi mereka. George disambut oleh Menteri Pertahanan, Bapak Hendrik, yang menunggu di ruang tunggu. “George! Kabar yang mengejutkan tentang pertempuran baru-baru ini. Silakan duduk,” kata Menteri sambil gestur untuk mempersilakan George duduk. Wajahnya penuh kekhawatiran namun tampak berusaha tenang. "Apa yang sebenarnya terjadi di lapangan? Bagaimana keadaanmu dan tim?" George menarik napas dalam-dalam, mengingat kembali semua yang terlibat. “Kami terlibat dalam pertempuran yang lebih besar dari yang kami perkiraka
Malam itu, setelah pertempuran yang sangat brutal, George berdiri berjaga di tengah reruntuhan medan perang. Dia bisa merasakan napasnya yang berat dan jantungnya yang berdegup kencang. Pertarungan itu sangat sengit, dan walaupun dia telah berhasil melumpuhkan Marco, dia tahu bahwa ancaman tidak sepenuhnya sirna. Dengan peluru berserakan dan api yang menerangi seluruh medan, suasana terasa lebih menegangkan daripada sebelumnya. Marco, masih terjatuh di tanah, memegang lengan yang terkena tembakan. Nyeri yang luar biasa menghantuinya, tetapi bukan hanya rasa sakit fisik yang menyiksa—itu adalah rasa kehampaan karena menghadapi kekalahan ini. Sadisnya, kekalahan ini juga mengingatkannya pada semua yang telah hilang; kehormatan, rasa percaya diri, dan kini bahkan pasukannya. Dengan sisa kekuatan yang ada, Marco menggerakkan tubuhnya, berusaha bangkit dan melarikan diri dari tempat itu. Di balik bayang-bayang, beberapa anggota sisa mafia Marco dengan cepat menyadari situasi kritis yan
George mengedarkan pesan mendesak pasukannya. Dia mengorganisir pertemuan di basis militernya. Hari itu, George berdiri di pangkalan militer. Jamie, komandan dengan sikap tegas, melangkah maju dengan wajah serius. "Jendral George, kami semua terkejut mendengar kabar ini. Tak seharusnya anda berhadapan dengan Marco yang berbahaya itu sendirian. Dan dapatkah anda benar-benar menjamin keberhasilan operasi ini?" Tanya Jamie, mengawasi reaksi George. "Saya tidak punya pilihan lain. Marco telah mendapatkan kekuatan dan ia kini bergabung dengan organisasi mafia lainnya. Mereka tidak hanya mengincar saya, tetapi juga siap menyerang siapa pun yang berdiri di jalur mereka. Ini bukan hanya tentang saya. Ini tentang melindungi keamanan negeri ini,” jawab George, suaranya tegas namun tegang. Jamie mengangguk. "Kami semua siap mendukungmu, George. Tapi kita harus berhati-hati. Jika Marco membentuk aliansi dengan mafia lain, ini bisa menjadi peperangan yang lebih besar." Perencanaan dan pelatih
Keheningan dalam kompleks industri yang terabaikan terasa semakin mencekam. George dan Hana berpegang erat, perasaan takut dan ketidakpastian menyelimuti Hana saat suara langkah kaki yang semakin mendekat, menandakan Marco dan anak buahnya sudah mulai mendekati mereka. George berbisik, “Hana, kita harus bersiap. Kalau mereka menemukan kita, kita tidak akan punya pilihan selain melawan.” Hana menatapnya dengan mata penuh ketakutan namun seberkas keberanian melintas di wajahnya. “Apa yang harus kita lakukan, George?” George mengambil napas dalam-dalam, merasakan detak jantungnya berdegup kencang. Dia mengeluarkan pistol kecil yang selalu disimpannya untuk situasi darurat. “Saya akan mengalihkan perhatian mereka. Kamu tetap di sini dan cari tempat yang aman untuk berlindung. Jika ada kesempatan, keluar sejauh mungkin.” Tanpa menjawab, Hana hanya mengangguk, hatinya berusaha menguatkan diri. George memeriksa peluru dalam pistolnya, lalu mengintip melalui celah jendela truk, melihat
Malam semakin larut ketika George dan Hana keluar dari restoran, bersiap untuk pulang. Suara mesin mobil meraung di tengah hiruk pikuk jalanan malam. George memasuki mobil, dan Hana duduk di sampingnya, merasakan ketegangan yang tak terucapkan. Dia berpaling menatap langit malam yang berbintang, namun George merasakan sesuatu yang lain: sebuah bahaya yang kian mendekat.Di saat George mulai mengendarai mobilnya. Sebuah mobil hitam terlihat membuntuti."Saya rasa kita seharusnya mengambil rute yang lain, Hana," ucap George dengan nada serius, sementara dia memutar kemudi untuk menghindari jalan yang sepi.Hana, yang tidak merasakan ancaman apa pun, mengerutkan dahi. "Tapi jalan ini lebih cepat, kan? Kita hanya ingin pulang," ujarnya dengan suara lembut.George mengalihkan pandangannya ke arah samping, matanya menyapu sekitar. Dalam sekejap, dia melihat sesosok pria bertato dengan tampang garang tengah duduk memperhatikannya dari dalam mobil hitam itu. Hati George semakin berdegup kenc
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments