Dunia sedang berkabung.
Satu badan kecil berbalut kain putih itu sudah dimandikan selayaknya, dibuatkan kubur seikhlasnya, dan tangis raungan seseorang tak juga usai terlerai. Menandakan seberapa besar rasa kehilangan timbul disudut hatinya.
Menangis terisak hingga netra jernihnya memerah.
Wanita bersurai pirang berbalut crop tee dan juga jeans panjang itu menghembuskan napas jengah. Ini sudah lebih dari setengah jam sejak mayat kaku itu dimakamkan, namun Ares tak usai melerai isakan.
Maria melirik gundukan tanah kecil yang diusap-usap lembut oleh jemari kecil anaknya.
Ia sedang berada di samping rumah, membuat kuburan kecil karena kematian yang mendadak.
Benar. Dash. Si itik warna-warni. Mati.
Maria tau, betapa teman bermain atau mungkin lebih tepatnya peliharaan imut yang selalu Ares kudang-kudang itu harusnya dibawa pergi bersama mereka. Ares patut menangis, Maria hanya tak yakin apa durasi menangisnya harus sepanjang ini.
"Masak apa?"Bersama dengan pertanyaan singkat itu Maria merasakan sepasang tangan perlahan melingkari pinggangnya dari belakang.Wanita besurai pirang yang rambutnya dicepol tinggi itu memejam mata sejenak, menetralkan keterkejutan, kepalanya perlahan miring ketika Edgar menumpu dagu atas pundaknya. Maria memukul pelan tangan Edgar yang ada di depan perutnya.“Nggak usah kayak kuyang bisa? Tiba-tiba dateng nemplok nggak pake permisi,” omel Maria sembari mencoba melepas pelukan Edgar dari tubuhnya.Bukannya melepas Edgar malah terkekeh dan mengencangkan pelukan yang ia buat, tak membiarkan Maria lepas, mengusap permukaan perut wanita cantik ini dan mengecup lembut ceruk lehernya.“Masak apa, mom?” ulang Edgar kemudian, suara laki-laki itu amat lembut membuat Maria meremang sekilas.Maria tak mencoba berontak, sudah menyerah, wanita yang menggunakan dress sederhana itu pun menghela napas pelan, membiarkan Edgar m
Usia memang tidak bisa bohong.Setelah perjalanan panjang menggunakan pesawat setelah sekian lama itu Maria tak bisa menyembunyikan betapa pegal tubuhnya karena harus terkung-kung ditempat yang sempit. Terakhir kali Maria pergi jauh itu satu tahun lalu saat menghadiri pernikahan Kamal di Jepang, ia membawa Ares juga kala itu.Namun sepertiya hanya Maria yang merasa jetlag dan pening tak karuan.Terbukti dengan keadaan anaknya yang tetap cool meski habis terbang jauh, masih mampu bercanda dengan sang ayah yang memang sudah biasa pergi menggunakan pesawat, hanya mengeluh bosan karena durasi perjalanan yang panjang, selebihnya Ares terlelap tanpa beban bersama Edgar yang memang sama-sama suka tidur.Maria menjadi satu-satunya yang menderita.Sudah pening, pegal, mual pula.Dan karena itu lah begitu mendarat dan menaiki mobil jemputan Maria tidak menunda untuk menutup mata, tidur, saat membuka mata, ia sudah berada di hamparan kasur empuk berpem
Dari pagi menjelang siang pada hari pertama mereka di Hawai itu Maria mengajak Ares pergi jalan-jalan berdua, mengitari jalanan dan juga toko-toko souvenir disekitar, meninggalkan Edgar sendirian dirumah karena lelaki itu bilang harus bertemu Laras untuk mendengar laporan pekerjaan.Maria tidak masalah, berjalan-jalan dengan Ares lebih dari sekedar menyenangkan, Maria bahkan sampai menenteng lima kantong belanjaan dari toko yang berbeda saking kalapnya.Big iland punya banyak hal indah, dan Ares sangat menikmati panas dan juga indahnya tempat ini, ditambah dengan satu ice cream ditangan sudah lengkap kebahagiaan.Acara shoping Maria selesai ketika Edgar menelfonya, bertanya Maria ada dimana dan tak butuh waktu lama lelaki itu sampai untuk menjemputnya, membawa istri dan anaknya untuk makan siang bersama.Maria tau sekali, kepergian yang Edgar sebut dengan liburan ini praktis sebagai kunjungan dinas lelaki itu. Terbukti, Egdar menjemput Maria dengan kemeja
Satu ruangan tampak remang-remang, damar utama tak dinyalakan dan hanya ada satu lampu tidur yang berpendar.Edgar memasuki rumah dengan langkah berat, lelah, laki-laki yang menggunakan kemeja putih itu melirik pada jam di dinding, sudah pukul setengah dua belas namun ia baru sampai dirumah dan melepas sepatu. Janjinya akan bermain pasir dengan Ares sore hari ini diingkari, Edgar akan bersiap didiami oleh anaknya itu besok.Pria tampan yang baru selesai menegak air putih itu pun segera melangkahkan kaki menuju kamar tidur, membuka pintu dan melihat dua orang yang kesayangannya berbaring berdampingan diatas ranjang, sudah bersua mimpi, meninggalkannya yang terlambat pulang.Edgar tersenyum kecil, masuk kedalam kamar dan menutup pintu, setelah itu Edgar mendekati ranjang, menarik selimut agar menutupi sebagian tubuh Ares yang sudah terlelap dengan mulut terbuka, membuktikan seberapa lelapnya tidur anak empat tahun itu.Lalu dua manik mata Edgar beralih mena
Satu bulan telah berlalu.Pernikahan yang dijalani Maria dan Edgar berjalan dengan biasa, cekcok kecil dan juga selak garang khas Maria dalam menghadapi suami jahilnya.Liburan satu pekan mereka di Hawai tak seindah itu hingga harus dielu-elukan seperti liburan keluarga kecil kebanyakan para manusia diluar sana. Maria hanya bermain dengan Ares seperti biasa, pantai, jalan-jalan, dan Edgar sibuk dengan pekerjaannya. Setelah pekerjaan lelaki itu selesai Maria tak menunda untuk memaksa minta pulang.Dan Edgar juga cukup tau diri akan kemarahan istrinya, jadi lelaki tiga puluh tahun itu hanya mengangguk mengiyakan permintaan Maria. Pulang setelah satu minggu menetap disana.Maria dan Edgar juga sudah pisah rumah dengan Ardila seperti yang Edgar rencanakan dari awal. Hidup terpisah dari Ibu dan Mama, meninggali sebuah rumah bergaya modern di kawasan elit, rumah yang cukup besar dengan dua lantai, ada taman kecil dibelakang rumah dan bunga-bunga untuk Maria raw
Jam di dinding sudah menunjukan pukul enam lebih tiga puluh.Masa dimana manusia berkutat menyiapkan diri untuk kesibukan yang harus mereka lalui pada hari yang baru ini.Maria juga sama, barangkali ada yang lupa, Maria ini sudah jadi seorang ibu rumah tangga. Dan seperti tugas ibu rumah tangga lainnya, Maria memulai hari dengan membangunkan Edgar yang terbaring macam bangkai disampingnya. Membuka jendela, menyiapkan kemeja yang harus dipakai suamiya itu sebelum beranjak pergi ke kamar anaknya, membangunkan Ares.Setelah itu. Maria kembali lagi ke kamarnya, membangunkan Edgar lagi yang belum berhasil dibangunkan tadi.Menabok pundak laki-laki itu, menjambak rambutnya, sebelum mencubit bibir berisinya gemas karena Edgar tak kunjung bangun. Hingga akhirnya Edgar mulai bergerak, membuka mata, memberi tanda kehidupan, dan itu berarti Maria sudah bisa kembali ke kamar Ares untuk memandikan anak lelakinya itu.Tidak selalu lancar, kadang Edgar mala
--“Bener kan? lonte kan?”Seruan dengan nada songong itu keluar bersama satu dengusan sinis.Maria yang sedari tadi tengah memakan ice cream vanilla di mangkuknya dengan hikmat itu pun akhirnya mendongak. Menatap sahabatnya yang baru datang dan duduk si kursi sebelah, tiba-tiba saja marah-marah seperti sedang kemasukan penunggu pohon besar di depan café.Maria memasukan sendok kecil berisi ice cream miliknya kedalam mulut.“Hah?” sahut wanita dewasa bersurai pirang itu tak mengerti.Jane menyibak rambut panjangnya kebelakang, wanita berpipi tembam itu mengangkat satu sudut bibirnya. “Si Sabi tuh sengaja kasih-kasih tau kenangan-kenangan dulu sama Edgar biar lo nya minder.”Maria merasakan dingin dan manis lembutnya ice cream dimulutnya sudah tak terasa semanis sebelumnya.Oh. Jadi ini yang membuat Jane mencak-mencak tidak jelas, soal hal kecil yang Maria ceritakan dari ponsel tadi pagi? Bukan, Mari
--Sebuah kecupan lembut menjadi pengganggu dalam pertemuan indah Maria bersama mimpi. Menyapu halus dan familiar, Maria bahkan tak perlu membuka mata untuk tau siapa yang mencuri ciuman darinya tanpa ijin.Maria diam saja, setia memejamkan mata, tak membalas lumatan atau memberi tanda-tanda siuman. Ia memilih untuk berpura-pura tidur, sedang tak ingin berakhir berpeluh dengan Edgar seperti malam-malam biasa.“Mom,” bisik Edgar kemudian, lelaki itu beralih melumat telinga sebelum kemudian turun pada ceruk leher Maria. “Mau pura-pura tidur sampe kapan?”Maria masih tak melakukan apapun. Setia memejamkan mata.Dan ketika ia merasa Edgar menarik gaun tidurnya keatas, Maria baru bersedia membuka mata dan begitu terbuka mata Edgar lah yang pertama kali Maria lihat.Maria melirik kesamping sebentar, melihat Ares yang masih tidur dengan tenang dengan bantal-bantal disekitarnya.Laki-laki itu tersenyum kecil. Sengaja memprovokasi