Home / Romansa / A Modern Fairytale / 6. Fire in Hawai (18+)

Share

6. Fire in Hawai (18+)

Author: Esteifa
last update Last Updated: 2021-09-01 18:10:02

Gila!

Sinting!

Dan entah kata apa lagi yang mampu menafsirkan dengan padat dan jelas apa yang tengah dirasakan dua insan disana, kewarasan sudah diambang batas, logika yang dielu-elukan tak lagi menjadi tolak ukur perbuatan. Semuanya berantakan, bersama dengan decap basah yang terdengar memenuhi seluruh sudut ruangan.

Maria benar-benar membawa Edgar ke dalam ruang tidur tempatnya menginap.

Akal Maria memang sudah hilang, karena pikir saja, gadis mana yang mampu bercumbu dengan laki-laki lain sementara kemarin ia meratapi cinta yang baru saja patah? Dan lihat bagaimana berhasratnya Maria meremas surai coklat milik lelaki yang tengah menciumnya.

Edgar begitu keras dan dominan.

Edgar melerai tautan yang terjalin antara bibirnya dengan milik Maria, mencaritahu sebagaimana ekspresi wajah cantik Maria dibuatnya, karena dibandingkan apapun Edgar mengakui dengan sangat kalau tidak ada wajah yang lebih cantik dari wajah Maria.

Matanya yang sayu menyorot mendamba, bibirnya terbuka ingin dijamah, percikan mawar hadir dipuncak pipinya yang putih.

“Lo emang jadi diem kalo lagi sange?” celetuk Maria tiba-tiba, gadis ayu yang kini bermain dengan kancing baju Edgar itu berkata dengan nada menggoda.

Tanpa menjawab Edgar mencium kembali mulut yang tak punya sopan santun itu, menghukumnya dengan sebuah gigitan kecil yang memabukan.

Tak cukup. Edgar melanjutkan kecupan pada sisi wajah Maria, mengulum cuping telinga sang gadis yang berhasil membuat desah itu terdengar lagi, melanjutkan jelajah pada leher dan turun kembali pada tulang selangka. Menghantarkan segenap remang.

Apalagi ketika Edgar merebahkan tubuh Maria keatas ranjang.

Tidak mungkin tidak tau, mereka sudah sejauh ini tidak mungkin hanya sekedar make out saja, Maria juga sudah kepalang basah, satu bagian dirinya tak berhenti berkedut ingin dijamah.

“Balik kapan?” bisik Edgar degan suara yang serak dan seksi, ketika matanya menangkap pemandangan koper Maria disana. Tangan laki-laki itu menurunkan tali gaun yang dikenakan Maria sementara mulutnya masih sibuk mengecup mesra.

Maria mendongak, matanya terpejam, merasakan betapa darahnya berdesir ketika kecupan itu telah sampai pada puncak dadanya.

“B-besok,” balas Maria amat lirih.

Edgar tidak menghentikan kegiatannya sedetik pun. Pria itu masih bergerilya diatas tubuh Maria, turun dan lebih turun lagi. “Lo mabuk, princess?”

No! Emmh.” teriak Maria tertahan ketika merasakan hela napas Edgar dibawah sana.

Nyatanya Maria memang tidak mabuk sama sekali kendati kewarasannya sudah mulai menipis.

Lebih-lebih ketika tangan berotot milik Edgar perlahan merayap dari ujung kaki, betis, hingga pahanya. Memberi afeksi yang membuat debar jantung menggila.

“Mau gue gambar mawar disini?” tanya Edgar dengan suara yang masih sama serak, mata tajam milik lelaki itu menusuk amat dalam. Mengecup paha dalam Maria. Area dimana Maria berniat membuat tattoo Mawar sebelumnya.

Maria menunduk, melihat apa yang dilakukan Edgar disana, dan gadis itu tidak bisa tak membuka mulut ketika Edgar menyentuh dirinya yang paling berharga.

“Nggak disini aja?” ujar Edgar serak sembari menyentuh Maria yang sensitive, menekannya, membuat sang gadis memekik, kakinya otomatis merapat. Merasakan pilu menjalar pada tiap titik sendi ditubuh.

Edgar membuka kaki Maria lagi, merangkak dan menekan lututnya diantara paha sang gadis, menjadi saksi betapa kedutan disana terasa amat nyata. Ingin cepat-cepat dituntaskan.

Edgar menatap tubuh telanjang Maria dengan penuh pemujaan, teramat sangat cantik, putih yang dibumbui percikan merah muda. Satu tangan Edgar mengelus pinggang ramping Maria, sementara tangan lainnya menumpu berat badannya sendiri.

Memangut kembali bibir bernikotin milik sang gadis, mengecap penuh penghayatan.

What do you like?” tanya Edgar.

Maria membuka mata, tipis, bulu matanya yang lentik menjadi saksi betapa gadis itu merasa kelopak matanya memberat. Sulit untuk tetap terbuka. Menatap dua manik Edgar yang menghitam ditutupi gairah.

“Just show me everything,” lirih Maria sembari mengalungkan tangan dileher Edgar, gadis itu membuka kaki lebih lebar layaknya jalang yang membutuhkan belaian.

Dan Edgar tentu tidak akan menyianyiakan kesempatan indah itu, sebagaimana gerbang itu terbuka untuknya, ia tidak menunda untuk menurunkan celana menggunakan satu tangan. Menekuk kaki Maria lebih tinggi sebelum memposisikan diri.

Maria bisa merasakan dirinya bertemu dengan bukti keras milik Edgar.

Mata gadis itu seketika membola saat tiba-tiba mengingat sesuatu.

“Kondom, kon—hhh.”

Terlambat.

Sudah terbenam.

Membuat sesak menjalar, menghantarkan pilu yang amat sangat.

Maria meremat pundak telanjang Edgar, gadis itu menggigit bibirnya sendiri, merasakan desakan yang perlahan datang, berubah tempo, dan menghadirkan rintihan pilu dari dua belah bibir Maria.

Edgar pun memejam ketika merasakan betapa hangatnya Maria, menelan tanpa sisa, meremat erat bersama dengan rintihan tertahan.

Please me,” ujar Edgar serak, napas panas pria itu mengenai kulit leher Maria, mengendurkan diri saat merasa Maria mencengram lebih erat. Bergerak amat pelan, mengeluarkan miliknya sebelum ia membuat gerakan naik turun dipermukaan luar milik Maria, kemudian memasukannya lagi, mengulang itu berkali-kali.

Maria memekik frustasi. “Ed!”

Nyilu itu ia rasa hingga ujung kepala. Maria mengakui kalau Edgar benar-benar mampu memanjakan wanita tanpa memikirkan kepuasaannya sendiri, membuat Maria membuka kaki lebih lebar, melempar dirinya kesamping dengan punggung melengkung tak tahan.

“Hm?”

Edgar menikmati itu.

Semuanya yang ada pada gadis dibawahnya.

Please…” rintih Maria saat siksaan itu tak lagi bisa ditahannya.

Sadar atau tidak. Namun satu garis senyum hadir di bibir Edgar.

My pleasure, princess,” geram Edgar sebelum melanjutkan apa yang sudah seharusnya ia lakukan.

Menekan dalam-dalam, menghantarkan pelepasan Maria untuk ke dua kalinya, hingga akhirnya tiba giliran puncak laki-laki itu tiba.

Shit!” umpat Maria saat merasakan sesuatu mengalir dari belah pahanya. Edgar mengeluarkannya didalam.

Tak menghiraukan umpatan gadis itu Edgar merubah posisi mereka, membuat Maria diatasnya, melanjutkan semua kegiatan itu hingga malam panas yang panjang berubah menjadi pagi dengan sinar fajar terang.

Edgar menggeliat, mengusap dua matanya yang kesilauan. Sebelum memiringkan tubuh, meraba sisi ranjang di sebelahnya yang dingin dan kosong.

Dua mata Edgar tak menunda untuk terbuka. Tidak menemukan siapapun disana. Pria itu langsung terduduk, sadar kalau koper Maria yang semula ada di samping dinding sana sudah tak ada ditempatnya.

Sadar kalau ia telah ditinggalkan.

Edgar mengacak rambutnya kasar. Apa Edgar melakukan hal yang kurang Maria suka hingga gadis itu meninggalkannya tanpa mengatakan apapun? Apa kurang memuaskan? Kenapa pagi ini Edgar malah merasa merana seperti perjaka yang baru hilang pertama?

Nyatanya sebelum ini tidak ada gadis yang berhasil membuat Edgar merasa demikian. Maria berbeda. Edgar bahkan hilang control karenanya, menjadi gila dengan bercinta semalaman, mendesah hingga bibir mereka lebam.

Dan dengan itu. Edgar sadar sesuatu. Ia benar-benar menaruh minat pada gadis ayu dengan suarai kekuningan itu.

Maria Foster berhasil membuat Edgar Bagaskara menjadi setengah gila.

Edgar bersumpah, saat Edgar pulang nanti Maria akan jadi miliknya.

--

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • A Modern Fairytale   Cuap-cuap author

    Aloha, anyonghaseyo yorobun, Esteifa imida~A Modern Fairytale akhirnya tamat juga.Pertama-tama aku mau ngucapin terimakasih banget buat teman-teman semua yang sudah mau membaca kisah dari anak-anakku, mulai dari Jane-Theo dan berlanjut ke Maria-Edgar.Terimakasih karena sudah memberi support untuk author dengan memberi ulasan dan komentar positif, terimakasih juga karena sudah mau mengikuti kisah-kisah buatan author dengan sabar menunggu update-an, terimakasih mau bertahan di cerita yang koinnya mahal ini.Buat kakak-kakak dan teman-teman yang mengikuti aku dari lapak Oren sampe sini khususnya, thank yu so much, aku sayang banget sama kalian. Kakakku Laely sha, Rhicut, Puspa Wulandari, sazaa, You and I, ada Jendeuk, Lee jae Wook, Ruby Jane, banyak lagi tapi aku lupa nama akunnya maaf, pokoknya makasih buat semuanya;)Buat yang punya aplikasi baca tulis Oren (wtpd) boleh banget cari Esteifa biar tau updatean cerita-ceritaku, karena aku sering info

  • A Modern Fairytale   71. Keluarga

    Dua belas tahun kemudian... -- Pagi itu datang seperti hari biasa.Bunyi alarm, kicau burung, dan juga teriakan ibu yang menyuruh anak-anaknya bangun.Seorang wanita berambut hitam pendek seleher sedang sibuk menata piring diatas meja makan. Ia memakai dress floral selutut dengan lengan sampai siku.Lalu terdengar bunyi langkah dari tangga, turunlah laki-laki yang mempunyai wajah rupawan warisan orangtuanya, dia tinggi dan menggunakan seragam SMA.Ares meletakan ransel sekolahnya dikursi, duduk, lalu mengeluarkan ponsel dari saku. Anak laki-laki yang dahinya ditutupi plaster kecil itu mendecak sembari memejamkan mata.“Mommy jangan cium-cium aku ih,” eluh Ares sebal ketika ibunya, wanita bersurai pendek yang cantiknya suka disalahi sebagai kakak Ares itu tak sungkan mengecup dua pipi dan juga kening putranya.Ibu Ares balas mendecak, tak sungkan mengacak pelan rambut hitam lebat milik Ares yang sudah ditata baik-baik.“Haduh, anakk

  • A Modern Fairytale   70. Dari ayah untuk ayah

    “Saya dengar kamu sudah menikahi Maria?”Edgar tertendang keluar saat Maria didatangi teman kentalnya.Oleh karena itu, saat ia sedang terduduk didepan ruangan, kemudian berjalan berniat mengunjungi cafetaria Edgar bertemu ibu mertuanya. Mengatakan kalau sang ayah mertua ingin bertemu.Emily sudah tau kalau Maria sudah bangun, Albert Foster juga sudah menemuinya, dan terjadilah reuni mengharukan antara anak dan bapak itu.Edgar sendiri lebih banyak diam saat Albert mendatangi Maria, ia hanya mendengarkan percakapan rindu mereka sebelum keluar dari ruangan memberi keleluasaan untuk berbincang.Dan sekarang. Ayah mertua Edgar memanggilnya.Oke. Bahkan untuk menyematkan sebutan ayah mertua saja terdengar sedikit canggung.Edgar berdehem, lelaki itu menegakan punggung. Mengangguk kepada pria paruh baya yang duduk di brankar itu.“Maaf kalau saya menikahi Maria tanpa menunggu bapak bangun,” jawab Edgar dengan suara yan

  • A Modern Fairytale   69. Dia yang tertunda lahirnya

    “Sini foto dulu,” ujar wanita berambut pendek itu semangat, tangannya mengangkat ponsel tinggi-tinggi, berpose mendempel pada Maria yang memasang wajah sebal dari tadi.Jane memekik semangat melihat hasil foto yang ia dapatkan, wajah pucat Maria dan kusut rambut sultan satu itu amat sulit didapatkan.“Ntar kalo lo ulang tahun jadi ada bahan buat pasang muka aib,” ujar Jane kemudian.“Serah lo!” sahut Maria tak peduli.Ia tau kehadiran Jane di rumah sakit sepagi ini jelas karena sahabatnya itu khawatir akan keadaannya, namun setelah datang, Maria juga tau sekali kenapa Jane tak mengeluarkan raut wajah sedih atau eskpresi simpati, karena jika Jane melakukan hal itu wanita itu tau suasana hati Maria akan kembali buruk, oleh karena itu, tingkah konyol wanita yang hamil besar itu amat dibutuhkan saat ini.“Mana liat,” ujar Maria kemudian, memeriksa hasil jepretan yang Jane ambil. “Awas kalo lo uplod IG t

  • A Modern Fairytale   68. Aku

    Tidak ada yang mudah, semua orang pun tau itu dari awal. Dalam hidup manusia selalu diwanti-wanti untuk waspada, karena hidup tak selalu baik-baik saja, banyak haling rintang, dan benar memang kalau itu semua melelahkan. Namun, bukankah karena lelah itu, manusia jadi lebih menghargai kehidupan.Maria sadar betul dengan apa yang dinamakan hubungan timbal balik. Apa yang kamu tanam itulah yang kamu tuai. Keduanya mirip.Sama-sama mengharuskan manusia untuk bercermin. Berkata bahwa, jangan mengharapkan apa yang lebih baik kalau dirimu sendiri saja belum sebaik itu.Dan tentu. Orang-orang mempunyai sifat tersendiri, ada yang terlahir dengan hati hangat dan juga ada yang memang dasarnya memiliki hati yang dingin. Tetapi hidup itu adalah perubahan, sifat manusia tak akan selalu sama.Berdasarkan hal-hal itu, Maria selalu bertanya-tanya, kenapa ia mendapatkan hal sebaik ini dalam hidup. Ia menanam hal sebaik apa hingga menuai keajaiban seperti Ares, suami yang bijaksana

  • A Modern Fairytale   67. Semua akan baik-baik saja

    Begitu sampai di rumah sakit, Edgar tak menunda untuk berlari, meninggalkan motornya didepan rumah sakit begitu saja, tak menghiraukan apapun, dengan napasnya yang memburu pria yang badannya basah karena tersiram hujan itu menuju unit gawat darurat.Melihat dengan matanya tiga orang perempuan duduk di kursi tunggu di ruang perawatan gawat darurat itu.Edgar menarik napas dalam-dalam, berlari, ia meneguk ludah sebelum kemudian berdiri didepan pintu UGD.“Ed,” panggil Emily dengan suara bergetar saat Edgar terlihat hendak menerobos pintu itu. “Jangan masuk dulu, nggak boleh.”Emily menarik lengan atas Edgar, menarik mundur menantunya itu, keadaan Maria jauh dari kata baik, apalagi dengan pendarahan yang dialami, Emily tidak yakin Edgar akan bisa melihatnya. Bahkan ia sendiri tak mampu menahan tangis melihat keadaan Maria sedemikian rupa.Edgar mengangkat pandangan, menghembuskan napas berat, hatinya amat sesak, ia tak bisa menunggu lebih lama untuk melihat Maria, ia tak

  • A Modern Fairytale   66. Edgar feel

    Edgar baru saja selesai rapat, lelaki tampan yang menggunakan setelan jas tanpa dasi itu melangkah dengan langkah lebar menuju kantornya. Tak ingin pangeran kecilnya menunggu lebih lama, karena Edgar sudah meninggalkan Ares dalam durasi yang cukup untuk memebuat anak itu marah pada Edgar.Saat baru keluar dari lift, Edgar mengembangkan senyum ketika matanya melihat anak empat tahun duduk di kursi kerja Laras dengan gadget ditangan. Sekretaris baru Edgar yang dipasrahi untuk menjaga Ares mungkin sedang ada keperluan hingga meninggalkan anak itu sendirian.Edgar menunduk ketika sudah sampai di depan anaknya, mengalihkan atensi anak itu pada sang ayah sejenak sebelum kembali menunduk pada gadget ditangan.Huft. Sepertinya Maria benar, Ares tidak seharusnya dikasih mainan digital di usia sedini ini. Karena lihat, Ares yang biasanya tidak pernah mengabaikan Edgar kini anak itu malah lebih tertarik dengan cacing pemburu donat dan burger di layar pipih itu. Tidak boleh dibia

  • A Modern Fairytale   65. Maaf

    -- “Hai guys,” sapa Maria saat baru sampai disana. Berdiri di sisi meja sementara satu pasang orang yang duduk itu mendongak dengan cepat.Mata mereka kompak melebar melihat kehadiran Maria yang menyapa dengan ramah meski tau kalau sejatinya Maria tidak seramah itu.Jane yang baru berhasil sampai di samping Maria langsung menarik lengan sahabatnya, Maria diam saja, menolak diajak pergi, dan saat Jane menatap Sabina serta lelaki yang kemungkinan besar adalah pacarnya ini Jane justru memicing sekilas lalu berubah melebarkan mata,“Eh, anjas, beneran mantan lo,” celetuk Jane tanpa malu, keras pula.Maria tersenyum ramah sekali, tak keberatan dengan perkataan Jane. “Maaf ganggu, ya. Gue pengen nyapa. Gimana kabarnya kalian?”Lelaki yang mempunyai mata kebiruan itu ikut memicing. Berkata dengan Bahasa Indonesia yang lancar. “Maria,”Maria mengangguk. “Hai, Just.”“H-how are you?” tanya Justin kemudian, tak terlalu menyangka dengan kehadiran Maria yang tiba-ti

  • A Modern Fairytale   64. Titik terang

    Mungkin sebagian besar orang akan menganggap kalau Maria adalah wanita paling bodoh yang pernah ada.Dengan menyia-nyiakan lelaki rare yang terbukti baik seperti Edgar, ingin melepas status resmi dan malah teringin berpisah. Meski sadar kalau perasaannya masih berpaut pada lelaki itu. Masih sayang. Tetapi malah membuat derita untuk diri sendiri dengan menambah masalah lain.Benar. Edgar sudah membuktikannya pada Maria.Lelaki itu mengirimkan potongan video pembuktian kalau Edgar tak pernah bersama Sabina dalam artian yang special, Edgar yang selalu pulang sendirian dan juga terpisah dari Sabina, tak pernah membuat gestur atau kontak fisik berlebih, bersentuhan saja tidak. Apalagi dengan fakta bahwa Edgar tak pernah pulang diatas jam sebelas malam. Satu bulan lalu lelaki itu senggang dan hampir tak pernah lembur, selalu pulang kantor tepat waktu.Dan Ardila juga mengatakan kalau usia kandungan Sabina sudah tiga minggu, ibu mertua Maria itu juga ikut mayakinkan kalau apa y

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status