Share

Part 9: Perlawanan yang Seharusnya

Kenta menghela nafas panjang lagi, kali ini ia berhenti berjalan, dan menundukan kepalanya, "Gadis ketua bernama Sato Moe. Ia sangat disukai para siswa di sekolah," jawab Kenta sambil memulai berjalan lagi, dan melanjutkan, "Ketika aku masuk ke sana sejak sekolah dasar, Moe belum ada. Ia masuk sekitar sekolah menengah. Karena keluarganya sangat kaya raya, ia bahkan bisa melakukan perawatan fisik, dan aku waktu itu menganggap ia sangat cantik dengan rambut coklat dan bola mata coklatnya." 

"Lalu?" tanya Higiri lagi, penasaran. 

"Aku mengaguminya. Moe membuat sebuah grup, sebuah geng, untuk seluruh gadis di sekolah itu, dan gadis-gadis tersebut menjadikannya ketua. Seluruh gadis yang ikut grupnya, sangat memuja Moe, mungkin karena ia sangat cantik dan kaya raya, ia sering membagikan uang. Waktu itu aku juga mengajukan diri masuk ke grupnya. Namun Moe melihatku sebagai ancaman. Ia mengijinkan aku masuk grupnya, namun, suatu hari, Moe berbisik kepadaku bahwa aku terlalu cantik secara fisik dan ia tidak menyukaiku. Rambut biru tuaku mengancamnya. Bola mata biru langitku tampak aneh, mungkin aku bukan manusia? Apakah aku alien? Biru bukan warna yang cocok untuk Moe. Ia bahkan memintaku untuk menjauh dari para murid pria. Mereka adalah milik Moe dan mereka hanya bisa mengagumi kecantikannya, lalu sejak saat itu, Moe mulai menjadikanku budaknya," kali ini Kenta berani menjawab panjang lebar. 

Higiri menggelengkan kepala. Kenta lalu melanjutkan, "Sebaiknya kau menjauh dariku, sebelum Moe tahu bahwa kau adalah murid dari sekolah sebelah. Ia akan mengincarmu, karena kau sangat, menarik dan tampan, dan ia akan mengancamku lagi karena aku dekat dengan pria tampan."

"Aku akan melindungimu," jawab Higiri. 

Kenta langsung menatap Higiri dengan tatapan sinis, "Kau, tidak akan pernah bisa melindungiku. Mungkin yang ada, adalah aku yang melindungimu, jika kau terus mengikuti. Aku tidak mengenalmu, mengingatmu saja tidak. Mereka akan melakukan hal-hal yang di luar batas."

Mereka melanjutkan perjalanan dan beberapa saat, Kenta tiba di sekolahnya. Dengan terburu-buru, Kenta berlari secepat mungkin, masuk ke gerbang sekolah secepatnya demi menghindari Higiri, dan Moe yang belum terlihat hadir. Higiri tidak melanjutkan langkahnya. Ia melihat kondisi dari jarak agak jauh. Moe belum datang sepertinya. Higiri memutuskan pergi ke sekolahnya sendiri, setelah merasa Kenta akan baik saja. 

Sesampainya di sekolah, Higiri langsung dihampiri Ichigo. 

"Kemana saja kau? Kita harus berbicara. Ikut denganku ke atap sekarang juga!" sahut Ichigo dengan wajah marah dan kesal. 

Mereka lalu naik ke atap sekolah. 

"Kau, kenapa tidak pernah mengangkat telponku? Membalas pesanku? Bukankah kau pacarku?!" seru Ichigo. 

"Dengar, aku tidak pernah menjadi pacarmu, dan aku tidak pernah ingin, tidak pernah tahu bahkan mengenalmu saja hanya sekali, jangan terlalu berharap!” seru Higiri. 

"Aku cantik, fisikku juga sempurna. Ada apa denganmu? Seharusnya kau bangga, aku adalah gadis incaran setiap pria di sekolah ini!" ucap Ichigo lagi, sambil mulai menunjukkan wajah kesal. 

"Ya, kau cantik, namun sayang, di hatiku sudah ada gadis lain, dan kau menghalangi pencarianku terhadap gadis itu!" seru Higiri. 

Ichigo yang mendengar itu, lalu menatap Higiri dengan tatapan sedih bercampur marah. Ia lalu berteriak, "Tidak! Kau akan tetap menjadi pacarku! Aku cantik dan pantas sebagai pasanganmu, kau sangat tampan! Hanya aku dan tidak ada gadis lain bisa!"

Lalu Ichigo berlari sambil menangis, menuruni tangga, meninggalkan Higiri. 

Higiri hanya menghela nafas panjang, lalu masuk ke dalam kelas. Ia bertemu dengan Kaito yang sudah duduk sambil memainkan pensilnya. 

"Kau bertengkar dengan Ichigo?" tanya Kaito. 

"Bertengkar? Dia bukan pacarku dan aku tidak pernah ingin menjadi pacarnya, bertengkar dari mana?" seru Higiri yang mulai kesal mendengar nama Ichigo. 

Kaito lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Higiri, "Ada baiknya kau berhenti mencari gadis yang kau inginkan. Ichigo lebih pantas untukmu," bisiknya. 

Bola mata Higiri membesar dan matanya terbelalak kaget, "Kau tahu darimana kalau aku mencari seorang gadis di sini?" 

Kaito lalu menjauh dari Higiri dan tertawa, "Tentu saja aku mendengar teriakan kalian di atap barusan!" 

Higiri mengelus dadanya. Ia takut ketahuan bahwa keberadaannya di dunia manusia bukan untuk sekolah, melainkan mencari cintanya. Kegiatan belajar mengajar berlanjut. Bahkan ketika waktu istirahat, Higiri tidak keluar kelas sama sekali. 

Ia hanya menatap jendela kelasnya, dan bertanya dalam hati, "Akankah Kenta baik saja? Aku ingin cepat berlalu, menemuinya, dan membawanya langsung ke Dunia Musik…" lalu ia menghela nafas panjang sambil melanjutkan pertanyaannya dalam hati, "Namun Kenta tidak mengingatku sama sekali. Apa yang terjadi selama sepuluh tahun itu? Apakah ia mengalami kecelakaan sehingga hilang ingatan? Ah, tidak mungkin! Aku tidak melihat bekas luka di manapun dekat wajahnya. Namun ia selalu murung dan sedih, apa yang terjadi?" 

Bel pulang sekolah berbunyi. Secepat kilat, Higiri langsung berlari keluar sekolah, dan Ichigo yang melihatnya, langsung mengejarnya. 

"Tunggu!" teriak Ichigo. 

Higiri berhenti setelah mendengar teriakan itu, lalu menoleh kebelakang sambil menatap Ichigo dengan dingin, "Aku tidak punya sedikitpun perasaan padamu. Jangan mengejarku lagi. Aku sudah menemukan yang kucari”, bisik Higiri. 

Mendengar itu, Ichigo langsung memasang wajah sedih. Higiri langsung melanjutkan langkah seribunya. Ichigo mengepalkan tangannya, menggigit bibirnya, dan mulai menunjukan rasa kesal di wajahnya. 

Di sisi lain, Higiri yang berlari kencang, akhirnya sampai juga di sekolah tempat Kenta belajar. Ia hanya berhenti di ujung jalan sambil melirik dari jauh, seperti biasa. Sekumpulan gadis keluar, dan beberapa di antara mereka terlihat menggandeng Kenta ke arah semak-semak di ujung luar sekolah. Higiri mulai mengambil langkahnya, mengikuti ke arah mana para gadis itu akan membawa Kenta. 

"Kau ada hubungan apa dengan anak laki-laki kemarin?" tanya Moe. 

"Tidak ada, aku saja baru bertemu dengannya!" jawab Kenta. 

"Kau berbohong! Berasal dari sekolah mana dia? Pria setampan itu, oh, kau sudah berani mengancamku dengan rambut dan bola mata birumu itu? Kau pikir kau sangat cantik?” tanya Moe dengan kesal. 

"Bukan, Moe, tidak, kau sangat cantik dan aku mengakuinya, aku tidak akan bisa seperti dirimu, cantik dan mandiri, aku, sekali lagi, tidak ada hubungannya dengan pria kemarin, kenal juga tidak, sama sekali tidak!" ujar Kenta lagi. 

Moe mengeluarkan sebuah gunting dari saku bajunya. 

"Sebaiknya kugunting saja rambut birumu, oh, para gadis, bagaimana kalau kita cat saja rambutnya menjadi hitam legam? Rambut berwarna biru tuamu itu sangat mengganggu gadis-gadis di sini. Kau hanya bertingkah sok cantik!" 

Moe lalu menyuruh beberapa gadis memegang tangan dan kaki Kenta, sambil ia memegang gunting dan hendak menggunting rambut Kenta. Kenta sendiri tidak bisa berbuat apa-apa selain menarik rambutnya, namun Moe lebih kuat. 

Higiri langsung menghampiri, lalu berteriak, "Berhenti kalian!"

Teriakan itu membuat semua gadis terdiam, lalu mata mereka langsung tertuju ke arah sumber teriakan itu, rupanya Higiri sudah berdiri di sana belum lama, namun dengan penuh amarah. Higiri lalu merebut tangan Kenta dari para gadis tersebut, dan Higiri membelakangi Kenta, sambil menatap sinis dan tajam ke arah para gadis jahat tersebut

"Tidak akan pernah kubiarkan kalian berbuat seperti ini lagi kepada Kenta!" serunya.

M.D.Samantha

revisi pertama, diperbaiki alur ceritanya.

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status