Share

Karena Malam Dingin

Saat Hendrata hendak pergi meninggalkan Liliana, Liliana merasa sangat tak tega. Pria itu sudah basah karena dirinya. Namun kini dia harus tidur di dalam mobil karena ulahnya sendiri. Liliana pun menarik tangan Hendrata dan itu sontak membuat hendrata benar-benar terkejut.

"Kita bisa berbagi kamar, Dra," ungkap Liliana sambil menarik tangan hendrata dengan lembut.

Gluk.

Pria itu menelan saliva. Dia pria normal, mana bisa dia berbagi kamar dengan seorang gadis yang sangat cantik. Gadis berusia tujuh belas tahun dengan warna kulit seputih susu dan bentuk tubuh sempurna layaknya boneka barby. Jika di berikan nilai, maka Liliana memiliki nilai 90 untuk seorang gadis seusianya. Hendrata menatap kearah Liliana dan kembali menelan saliva.

Tubuh Liliana yang basah kini telah mempertontonkan lekuk tubuh seksinya. Payudaranya berisi dan pinggulnya sangat berbentuk bagaikan sebuah gitar. Hendara tak kuasa untuk menolak dan dia tak sanggup untuk tinggal.

"Nyonya aku adalah pria normal, aku takut tidak bisa menjaga anda, malah akan menyakiti anda," kata Hendrata kepada Liliana.

"Apa yang kamu takutkan, bahkan aku sudah bukan perawan," ungkap Liliana kepada hendrata.

Sekali lagi Hendrata menelan saliva. Pria itu kini tak sanggup menolak. Tidak di pungkiri kebersamaan Liliana dan Tuan Abraham hanya sabtu minggu saja, sedang kebersamaan Liliana dan Hendrata berlangsung setiap hari. Dan itu membuat hendrata menyimpan sebuah benih rasa yang tak biasa. Kini Hendrata memutuskan untuk berbagi kamar bersama dengan Nyonya besarnya.

Liliana kini sudah mengenakan kemeja milik hendrata. Dan Hendrata kini sudah mengenakan celana setelan jasnya, tanpa mengenakan baju atas. Karena kemeja hendrata sudah di pakai Liliana. Sedang jasnya sudah basah di pakai Liliana tadi. Liliana terpana melihat tubuh polos hendrata dengan roti sobeknya. Seolah seperti seorang model saja.

Hendata sungguh tampan. Dan membuat Liliana sesekali mencuri pandang. Bukan Cuma Liliana yang mencuri pandang. Tetapi kini hendrata pun sudah mencuri pandang terhadap gadis yang kini mempertontonkan kemolekan tubunya dengan hanya mengenakan kemeja berwarna putih saja, sudah jelas tanpa celana dalam dan tanpa bra.

Liliana sangat cantik dan memikat sampai tanpa mereka sadari mereka berdua saling memandang dan akhinya hendrata mendekati gadis cantik itu dan langsung memeluk gadis yang kini ada di hadapannya.

"Eumm ... Dra," desah Liliana dengan begitu seksi ketika hendrata lini sudah meremas buah kenyal milinya. Mereka berdua seolah terhipnotis dan melupakam status masing-masing. Hendrata kini bahkan melepaskan kemeja yang Liliana kenakan, sehingga kini tubuh Liliana polos tanpa sehelai benang pun. Hendrata terus meremas dan mengulum nipple milik sang gadis dengan sangat gemas. Membuat Liliana tak berhenti mendesah.

Gadis itu begitu terbuai oleh sentuhan yang di berikan oleh hendrata. Dan hendrata pun semakin berkabut. Pria itu melumat bibir Liliana sambil melepaskan celana yang ia kenakan. Hendrata kini sudah sepenuhnya polos dan clebb. Benda pusakanya sudah masuk ke sarang kenikmatan milik gadis cantik itu.

"Eummhh ...." Hendrata meleguh merasakan kenikmatan ketika kini senjata rahasianya sudah masuk sepenuhnya ke dalam surga dunia yang baru pertama dia rasakan.

"Aw!" Liliana terkejut karena benda keras itu sudah mendorong masuk ke dalam tubuhnya, serasa sangat sakit dan sesak. Apalagi kini hendrata mulai menggoyangkan pinggulnya untuk lebih menikmati ritme kenikmatan dalam jiwanya.

Untuk yang pertama kalinya pria itu merasakan nikmatnya bercinta. Sangat luar biasanya. Kini bahkan hendrata tak ingat apapun, yang dia ingat hanya dan dia rasakan saat ini hanyalah kenikmatan tubuh gadis yang kini ada di bawahnya. Sungguh hendrata hanya bisa memejamkan mata sambil terus menghujam tubuh Liliana.

Sayangnya kenikmatan yang hendrata rasakan tidak bisa di rasakan oleh Liliana. Hendarata tidak melihat bahwa gadis yang di bawahnya merasa kesakitan. Benar sekali Liliana merintih kesakitan saat ini, tetapi karena hendrata memejamkan mata, dan suasana gelap jadi dia pikir Liliana mendesah merasakan kenikmatan juga, padahal Liliana merintih merasakan rasa sakit pada tubuhnya, ketika hujaman demi hujaman handrata semakin menusuk masuk pada tubuhnya. Sakit dan sangat sakit. Tidak ada sedikitpun kenikmatan yang Liliana rasakan saat itu. Liliana kembali menangis dengan pilu. Tubunya benar-benar tidak normal.

Gadis itu tidak bisa merasakan nikmatnya bercinta dengan pria. Baik itu dengan suami bandotnya ataupun itu dengan Hendrata. Selang beberapa menit kemudian akhirnya hendrata sudah tak kuat lagi untuk menahan semburan kenikmatan itu, dia menumpahkan semua lahar surganya di rahim Liliana.

Beruntunglah Liliana sudah mengenakan kotrasepsi pil, setiap harinya. Karena Liliana sudah komitmen dengan bandot itu bahwa Liliana tidak mau punya anak dulu sebelum usianya 20 tahun. Jadi bandot itu telah membelikan banyak stok pil kontrasepsi untuk Liliana komsumsi. Sehingga wanita itu rajin meminum pil tersebut setiap harinya, tanpa terkecuali.

"Sakit Dra ...." Liliana meringgis kesakitan ketika hendrata melepaskan penyatuan tubuh mereka berdua. Hendrata yang kelelahan kini terkulai lemas sambil memeluk Liliana dengan lembut. Di kecupnya kening gadis yang telah memberikan dia kepuasan. Ini sungguh indah untuknya, karena kenikmatan itu dia rasakan untuk pertama kalinya. Sehingga hendrata merasa bahwa Liliana ada gadis yang dalam tubuhnya menyimpan madu surga untuknya.

Hendara tertidur lelap melupakan Liliana yang meringis kesakitan. Wanita itu merutuki dirinya. Kenapa bahkan bercinta dengan pria tampan saja tidak bisa dia nikmati. Seharusnya Liliana bisa menikmati penyatuan tubuh mereka. Tetapi semuanya tetap saja. Rasa sakit selalu saja dia rasakan. Liliana sedih, kenapa dia tidak normal seperti gadis dan wanita lainnya. Dia ingin seperti yang lain bisa merasakan indahnya bercinta dengan seorang laki-laki. Tetapi untuk Liliana kini semua hanya khyalannya saja.

Dalam hati Liliana menjerit, kenapa dia begitu tersiksa dengan ketidak normalan dirinya. Dia ingin seperti wanita lainya, tetapi semua itu mungkin hanya sebuah patamorgana untuknya. Setelah kejadian itu, kini bahkan Liliana dan Hendrata semakin dekat, namun tetapi saat mereka bercinta Liliana tetap tersiksa.

Karena itu Liliana tidak mau lagi berhubungan badan dengan hendrata, karena Liliana tidak mau tersiksa untuk kesekian kalinya. Tidak tau rasa sakit yang dia rasakan penyebabnya dari apa, padahal Hendrata sudah memberikan pemanasan untuk Liliana sampai Liliana terbuai dan hampir terbang. Tetapi ketika mereka bersatu, maka rasa sakit itu terulang lagi. Tak ada yang tau rasa sakit yang Liliana rasakan. Selain dirinya sendiri.

Kini Liliana harus berpura-pura menikmati sentuhan sang suami, padahal hatinya tercabik dan tubunya pun seolah hancur lebur. Gadis tujuh belas tahun itu abnormal.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status