Jantung Hendrata seolah mau meledak, ketakutan sudah menjalar ke seluruh tubuhnya. Jika saja tuan besarnya sampai mengetahui tindakannya barusan, maka bukan cuma kehilangan pekerjaan, tetapi dia pun akan segera kehilangan nyawanya.
"Tuan besar, Nyonya tadi ketiduran di mobil, sepertinya beliau begitu lelah selepas piket di Sekolah," ucap Hendrata mencoba untuk tenang di balik semua kegalauan dan ketakutan yang dia rasakan saat ini.
"Kamu berani menggendong istriku seperti itu. Aku tidak suka kamu menyentuh Lian begitu," kata tuan Wicaksana merasa geram karena Hendrata berani-beraninya menggendong sang istri.
Pria paruh baya itu tidak suka istrinya digendong oleh orang lain, di pegang pun dia tidak suka, apalagi diperlakukan seperti itu dengan segera. Tuan Hendrata menggendong Liliana m
Liliana masih terbaring lemah tak berdaya. Papi Abraham menyarankan Bibi untuk membantu Liana mengenakan pakaiannya. Liliana yang masih pingsan kini sudah di kenakan pakaian. Tiba-tiba saja beberapa saat kemudian Hendrata datang bersama seorang Dokter.Hendrata terlihat begitu cemas tatkala melihat keadaan Liliana yang pucat pasi."Ya Tuhan Sayang, Ya Tuhan kenapa kamu jadi seperti ini. Apa ini gara-gara aku? Tolong maafkanlah aku Sayang. Aku tidak akan pernah melakukan hal itu lagi, jika kamu tidak mau,"kata Hendrata dengan mata yang sendu, Pria itu sungguh iba melihatnya, gadisnya terkulai lemas tak berdaya seperti orang mau mati saja."Silahkan Dokter, tolong periksa keponakan saya," kata tuan Abraham Wicaksana kepada Dokter tersebut. Pria tua itu sengaja berbohong bahwa Liliana ada
Sekolah.Tiga hari setelah kejadian di kelas bersama dengan Liliana. Yoga masih merasa sangat penasaran kenapa bisa-bisanya Liliana tidak datang ke sekolah, sudah 3 hari lamanya. Dia begitu cemas karena bahkan ponsel Liliana tidak bisa dihubungi."Kemana Liliana sebenarnya? Apakah dia ada keperluan atau bahkan mungkin sakit. Ya Tuhan, aku sangat mencemaskan dia," kata Yoga di dalam hatinya, pria itu ingin segera pulang dari Sekolah. Dia sudah tidak nyaman berada di kelas, karena bahkan tubuhnya ada di dalam kelas, tetapi pikirannya ada di luar, melayang-layang mencari keberadaan Liliana."Ga, kamu kenapa? Kok seperti banyak pikiran begitu, fokus dong, di depan Pak Siswoyo sudah mulai memperhatikan ka
Sebuah aura kebencian telah berkerumun di kepalanya, pria itu merasakan sebuah kecemburuan yang teramat dalam, tatkala melihat gadisnya disentuh oleh orang lain. Yoga telah berani masuk ke dalam rumah Liliana dan membuat Hendrata terbakar oleh api cemburu."Siapa pria itu?" tanya Tuan Abraham Wicaksana kepada Hendrata."Dia teman sekelas nyonya, Tuan," ucap Hendrata sambil menundukkan wajahnya, pria itu merasa cemburu, tetapi tuan Abraham lebih lebih dari pada itu."Apa dia dekat dengan istriku?" tuan Abraham bertanya kepada Hendrata dengan mata yang merah, kakek tua itu begitu marah kepada anak remaja yang bernama yoga, karena sudah berani datang ke rumahnya dan menemui istri kesayangannya."Sepertinya hanya berteman saja Tuan," jawa
Seorang gadis terisak di atas tempat tidur dengan seorang bangka tua yang sedang berusaha mengambil keperawanannya. Gadis itu bernama Liliana. Seorang gadis SMA kelas 10. Liliana terpaksa harus melayani Tua bangka itu karena dia harus membayar biaya pengobatan sang Ibunda yang sekarang sedang bertarung dengan penyakitnya.Ibunda Liliana terkena kanker otak stadium tiga. Dan dengan berat hati Liliana harus menjual keperawanannya pada kakek tua itu. Seorang lelaki paruh baya yang usianya sebaya dengan sang Ayah. Malam ini adalah malam kesakitan untuk dia. Dimana dia harus melepas segel gadisnya demi uang 500 juta. Uang yang harus dia bayarkan untuk biaya operasi sang Ibunda."Pelan-pelan Om, Lili sakit hiks hiks...." Gadis itu mencoba meminta Om itu perlahan. Tetapi dasar Bangka tidak tau diri. Dia tanpa perasaan mendobrak semua kaca pembatas milik gadis itu. Sehingga Lili kini hanya bisa menjerit kesakitan.Darah se
Gadis itu bangun dan termenung. Di lihatnya sprei putih itu kini sudah mengeluarkan darah segar. Darah keperawanan yang menjadi segel seorang gadis. Dan kini bahkan segel itu sudah terbuka dan segel itu sudah terlepas. Sakit hatinya sudah tak terkira. Derai air matanya bahkan sudah terpecah. Tetapi gadis itu bahkan tidak sanggup untuk mengeluarkan suara tangisnya. Karena dia bahkan harus mengiklaskan semuanya demi uang yang akan dia dapat kedepannya.Gadis itu kini beranjak dari posisi tidurnya. Menatap ke sampingnya. Dimana di sebelahnya ada seorang pria paruh baya kini masih terlelap dengan suara ngoroknya. Kakek tua itu berusia sekitar 55 tahun. Dan kini kakek tua itu adalah suaminya. Masih melekat dalam pikiranya saat ijab kabul itu terucap dari mulut pria paruh baya itu. Saat itu adalah saat paling menyakitkan untuk Liliana, karena dia harus menelan pahitnya kehidupan dengan menikah
Setelah selesai mandi bersama, kini Liliana di ajak oleh sang suami untuk pulang ke rumah yang akan mereka tempati. Saat ini mereka bahkan masih berada di kamar Hotel, sekedar untuk sarapan saja bahkan mereka harus berada di dalam kamar. Karena tidak mau sampai ketahuan oleh orang lain. Baik oleh teman-teman Liliana atau bahkan oleh rekan bisnisnya Tuan Abraham Wicaksana.Mereka berdua tidak mau sampai pernikahan mereka di ketahui oleh orang lain. Karena itu akan menjadi masalah yang sangat besar untuk Tuan Abraham sendiri ataupun untuk Liliana. Karena nama baik Tuan Abraham akan tercemar jika ketahuan bahwa beliau mempunya istri simpanan bahkan seorang gadis di bawah umur. Sebagai seorang pengusaha yang kaya raya, beliau juga akan segera menyalonkan diri untuk menjadi seorang mentri keuangan di Negara ini.Karena itu nama baiknya harus
Tangisnya tak terelakan lagi, kala malam itu sang Papi meminta jatahnya kembali. Tetapi apa mau di kata, Liliana harus mau melayani nafsu birahi sang suami. Usianya sudah bau tanah, tetapi masih saja menyiksa gadis kecil dalam kungkungannya. Liliana hanya mampu menangis ketika rasa sakit selalu ia rasakan dalam setiap pergulatan nafsu sang bandot tua."Hiks hiks hiks ... apa setiap malam aku harus menderita seperti ini Papi, rasanya sakit sekali," gadis itu menangis dalam pelukan suaminya yang botak dan memiliki perut setara dengan wanita hamil usia sembilan bulan."Sabarlah Sayang, nanti juga rasa sakit itu akan segera hilang, vaginamu masih saja sempit padahal Papi sudah memasukimu beberapa kali, kamu luar biasanya nikmat baby, tidak sia-sia Papi menikahimu," ungkap Tuan Abraham kepada istri kecilnya.
Saat Hendrata hendak pergi meninggalkan Liliana, Liliana merasa sangat tak tega. Pria itu sudah basah karena dirinya. Namun kini dia harus tidur di dalam mobil karena ulahnya sendiri. Liliana pun menarik tangan Hendrata dan itu sontak membuat hendrata benar-benar terkejut."Kita bisa berbagi kamar, Dra," ungkap Liliana sambil menarik tangan hendrata dengan lembut.Gluk.Pria itu menelan saliva. Dia pria normal, mana bisa dia berbagi kamar dengan seorang gadis yang sangat cantik. Gadis berusia tujuh belas tahun dengan warna kulit seputih susu dan bentuk tubuh sempurna layaknya boneka barby. Jika di berikan nilai, maka Liliana memiliki nilai 90 untuk seorang gadis seusianya. Hendrata menatap kearah Liliana dan kembali menelan saliva.