Share

Hana Wicaksana

Selama dua minggu penuh Tuan Abraham Wicaksana tidak datang ke rumah Liliana, karena beliau sedang berada di luar Negeri bersama putri kesayangannya. Betul sekali memang ada bisnis yang harus dilakukan oleh Beliau di sana, tetapi berhubung ini adalah musim liburan jadi putri semata wayangnya yang bernama Hana ikut bersama dengannya.

Hari ini mereka sudah sampai di Bandara Indonesia tepatnya di bandara soekarno-hatta, satu orang Supir sudah bersiap untuk menjemput Tuan Abraham dan putrinya Hana.

Tuan Abraham memang sudah tidak memiliki seorang Istri, tetapi beliau memiliki seorang anak yang cantik berusia 17 tahun dia bernama Hana Wicaksana. Usianya tidak jauh beda dengan Liliana dan diperkirakan Memang mereka satu sekolahan cuman Tuan Abraham tidak mengetahui kalau ternyata Liliana dan putrinya Hana adalah teman satu Sekolah.

Karena itu Tuan Abraham sangat tidak mau identitas Liliana terbongkar karena pasti putrinya tidak akan setuju beliau menikah dengan wanita yang sebaya dengannya. Hana selain cantik dia juga sangat pintar, sayangnya Hana benar-benar memiliki sifat yang sombong dan Arogan. Wajar saja karena Hana adalah anak tunggal dari seorang pengusaha yang sebentar lagi akan menjadi seorang menteri di Negara ini.

Gadis itu memiliki rambut yang pirang karena rambutnya memang dicat warna pirang dia menyukai seorang pria bernama Yoga. Yoga adalah seorang ketua OSIS yang sangat terkenal. Dia sangat pintar bermain basket juga dia sangat ramah, kepintarannya dalam bidang pelajaran sudah termasyhur, bahkan beliau mendapatkan juara kedua olimpiade matematika dan bersaing dengan murid sekolah lain yang bernama Georzio.

Gadis itu telah membawa banyak oleh-oleh untuk teman-teman sekelas dan juga kecengannya yaitu Yoga. Dan ternyata Liliana dan Hana adalah teman sekelas. Apa kabar dunia kalau sampar Liliana terbongkar menjadi simpanan dari Ayahnya Hana, pasti Liliana akan sangat menderita karena bulian darinya.

Liliana sendiri tidak mengetahui bahwa Hana adalah anak dari suaminya. Andai saja Liliana tahu mungkin Liliana pun akan berpikir dua kali. Tetapi waktu itu sungguh tidak ada kesempatan baginya untuk berpikir dua, kali karena nyawa sang Ibu adalah taruhannya dan dia tidak bisa mempermainkan nyawa ibunya tersebut.

Malam itu Tuan Wicaksana tidur di kediamannya, bersama sang putri tercinta. Dia tidak mau putrinya merasa curiga kalau dia langsung pulang ke rumah Liliana. Untuk menghilangkan rasa curiga sang buah hati Maka dia harus menginap di kediaman utamanya.

Tuan Abraham Wicaksana memang sudah memberitahukan kabar kepulangannya kepada sang istri kecilnya yang tercinta. Liliana pun merasa hatinya berdebar kembali ketakutan pun menyerang karena tahu Tuan Abraham Wicaksana pasti akan segera memberikan banyak pekerjaan rumah untuknya.

"Lilian ... kenapa kamu seperti itu, wajahmu terlihat sangat pucat, apa kamu sakit?" tanya Hendrata kepada Nyonya mudahnya, Liliana menggelengkan kepalanya dia tidak tahu harus berkata apa kepada Hendrata. Yang dia lakukan saat ini hanyalah terdiam mengkhawatirkan hari esok ketika suaminya datang dan pasti pria itu pasti akan segera menyentuhnya kembali.

"Apa ini karena Boss akan segera pulang, dan akan segera datang kemari?" Hendrata langsung menebak karena pasti Liliana menghawatirkan hal itu.

"Kamu tahu Dra, yang aku khawatirkan?" Liliana bertanya dengan keningnya mengerut, ternyata kegelisahannya sudah bisa ditebak dengan mudah oleh bodyguard-nya tersebut. Seorang Bodyguard yang kini berperan khusus menjadi seorang teman tidurnya pula.

"Aku tahu semuanya Nyonya besar, aku tahu tentang dirimu jadi tidak bisa sedikit saja kamu berbohong dariku," kata Hendrata sambil menatap Liliana dengan tatapannya yang tajam elang.

"Sudahlah Dra, jangan menatapku seperti itu, sekarang aku hanya ingin tidur tenang, aku mau pulang ke rumah," kata Liliana kepada Hendrata. Liliana memang baru pulang dari Rumah Sakit setelah menengok sang Ibu. Dia kini merasa tidak nyaman dan tidak tenang tatkala mendengar kabar suami bandotnya telah pulang ke Indonesia.

Dua minggu kepergian Suaminya ke luar Negeri membuat Liliana dan Hendrata menjadi lebih dekat mereka bahkan lebih sering bersama dan sudah terhitung tiga kali mereka bersetubuh. Tetapi selama mereka berhubungan intim Liliana masih saja merasakan kesakitan, padahal Hendrata pria yang sangat tampan tidak ada cacat atau celah sedikitpun, tetapi tetap saja Hendarata tidak mampu untuk menikmati hubungannya.

Padahal setiap malam Hendrata selalu memberikan service yang bagus untuk dia membuat Liliana seolah-olah terbang melayang ke surga, dengan pemanasan yang hendak diberikan, tetapi tetap saja setelah tubuh mereka menyatu, yang ada hanyalah kesakitan.

Karena itu saat kemarin malam Hendrata mencoba untuk meminta tubuh mereka menyatu, Liana menolak dan Liliana tidak mau lagi berhubungan dengan Hendrata karena tetap saja walaupun dengan Hendrata atau Bandot tua itu rasanya sangat menyakitkan. Untuknya saat ini bercinta adalah adalah hal yang sangat menyakitkan.

"Baiklah Lil, kita pulang sekarang," kata Hendrata sambil memacukan kendaraannya.

Lil, adalah panggilan Manis dari Hendrata untuk Liliana. Padahal biasanya Hendrata memanggil Liliana dengan sebutan Nyonya muda, tetapi jika mereka hanya berdua maka Hendrata memanggil Liliana dengan sebutan Lil saja.

Mereka akhirnya kini sudah sampai di kediaman Liliana, malam itu langsung masuk ke dalam kamar tanpa menoleh kearah Hendrata. Wanita itu merasakan kecemasan yang teramat dalam dia takut untuk menghadapi hari esok, dia takut untuk bertemu dengan sang suami. Harusnya dia melayani suaminya dengan sepenuh hati, tetapi dia tidak bisa melakukan hal itu. Liliana harus tetap berpura-pura bahagia di depan suami tuanya.

Karena Liliana tidak mau terlihat begitu lemah di depan pria yang sudah membelinya dengan harga yang begitu mahal. Buat Liliana 200 juta adalah uang yang tidak sedikit bahkan sangat banyak, tetapi uang itu habis dalam sekejap, hanya demi biaya perawatan Rumah Sakit sang Ibu.

Malam pun berlalu dan kini mentari pagi sudah mulai masuk ke dalam celah jendela kamar milik gadis tersebut. Gadis itu bergegas bangun dari posisi tidurnya dan langsung bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ini adalah hari pertama sekolah setelah libur selama 3 minggu.

"Ayo cepet Dra, aku sudah kesiangan," ucap Liliyana kepada bodyguard-nya dan Hendrata langsung mengemudikan kendaraannya dengan cepat, Liliana memakan roti bakarnya di dalam mobil karena dia tidak sempat untuk sarapan di rumah.

Setelah sampai di sekolah, untung saja Liliana belum sampai terlambat. Liliana berlari tergesa-gesa tetapi tiba-tiba saja dia menabrak seseorang.

Brugh. "Ah ...," Desah Liliana kesakitan karena dia terjatuh.

"Aduhh kakiku," rengek gadis lain yang telah Liliana tabrak barusan.

Liliana terkejut karena tanpa dia sadari dia telah menabrak seorang gadis yang sangat Arogan dan sangat sombong.

"Ma-maafkan aku," ungkap Liliana dengan rasa bersalahnya.

"Mataku kamu taruh dimana, sehingga kamu berani-beraninya manabrak aku seperti ini, sampai aku terjatuh," teriak gadis itu dengan dengan kekesalannya.

"Han, maafin aku, aku tidak sengaja," ucap Liliana pelan.

"Han ... Sebaiknya kamu sebut nama orang dengan jelas HANA, HANA WICAKSANA,"

"A-ap-apa, Hana Wicaksana?"

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status