Share

2.Psikopatnya disini kah

"Mengeri..."Toni merinding sendiri melihat berita di televisi yang terdapat di ruang khusus OSIS.

Berita itu berisi tentang mayat wanita yang terambang di sungai dengan kepalanya yang tak ada.Tapi polisi menemukan kartu KTP di dekat TKPnya,dan korban tersebut bernama Sindi Puspa Wati.

"Ih kok makin mengadi-ngadi sih,gue kan jadi takut sendiri,"ucap Safira sang wakil ketua OSIS.

Di ruangan itu memang dikhususkan untuk siswa-siswi yang memiliki pangkat Ketua,Wakil ketua, Sekertaris,dan juga bendahara OSIS.Dan Toni sendiri menjadi bendahara di sana.

"Awas aja sampai psikopat nya ketemu sama gue,pasti bakalan gue ajak main Remi."Anggara Sang Ketos langsung memukul mulut sialan milik Toni,bisa-bisanya bicara sembarang seperti itu.

"Nanti ketemu beneran nangis"ledek Anggara mendapat kekehan kecil dari ketiga human yang ada disana,terkecuali Toni.

"Tau tuh,padahal sama kecoa aja takut apalagi sama psikopat yang levelnya bukan main...mungkin Lo udah terbirit-birit,"sahut Tasya membuat Toni menatapnya tajam,enak banget ngomongin aib orang ya?

"Apa gak terima emang bener kan Lo itu penakut plus pengecut,"tekan Tasya membalas tatapan tajam Toni.

"Iya-iya hari ini gue bakalan ngalah sama cewe jelek kayak Lo,tapi lain kali jangan harap Lo bisa lolos dari beberapa hantaman sayang dari Mas Toni."Tasya menirukan ucapan Toni dengan nada dan mulut yang mengejek,untungnya Toni mampu menahan kemarahan yang akan membludak.

"Eh btw kenapa setiap korbannya kepalanya nggak ada sih?di kemanain ya?"tanya Safira masih menatap TV yang menggantung di dinding.

"Iya juga ya emangnya kepala dari korbannya itu diapain sih?di buat sovenir?"timpal Toni terheran-heran.

"Kalau dibuat sovenir emangnya nggak bau ya?apalagi itu kepala yang udah mati pasti busuk kan?"kata Anggara mendapat anggukan dari ketiga temannya.

"Pokoknya kita harus hati-hati kalau bisa tuh keluar jangan sendirian,mending minta di temani biar pembunuh itu nggak jadiin kita salah satu target nya,"ujar Tasya yang ada benarnya.Mungkin kalau keluar rumah barengan dengan orang tua ataupun teman masih bisa aman.

"Mending-mending pindah kota aja,kalau perlu ke luar negeri sekalian,"ucap Toni berpendapat lain.

Seketika suasananya menjadi hening.Tak ada dari mereka yang mengucapkan kata,entahlah mungkin sedang asik dengan pikiran sendiri-sendiri.

"Bakso Pak Yanto kayaknya enak,"ujar Toni memecah keheningan dengan mengganti topiknya.

"Mau coba?"sahut Safira.

"Boleh sih tapi jangan malam,kalau bisa nanti sepulang sekolah aja,"jawab Tasya.Safira menyenggol lengan Anggara yang otomatis membuat pria itu menatap kearah Safira.

"Gue ngikut aja,"kata Anggara seperti biasanya.

Deal mereka akan makan bakso sepulang sekolah di tempatnya Pak Yanto.Katanya di sana sangat enak dan murah, kebanyakan sih para remaja yang ngajak pacarnya makan di sana.

***

Fitri tengah gelisah sembari merogoh-rogoh saku di seragam sekolahnya.Sedangkan kasir sudah jengah menunggu uang pembayaran dari Fitri.

"Sudah ketemu?"tanya wanita cantik yang menjaga kasir.Fitri menggeleng pelan.

"Biar saya saja yang bayar,"ujar Safira menyodorkan kartu kredit,membuat penjaga kasir itupun tersenyum.

Penjaga kasir juga mentotal belanjaan Safira yang kalau di lihat sangat banyak sekali.

"Datang lagi ya Fira,"kata mbak-mbak kasir itu tersenyum ramah melambai kearah Safira yang keluar dari minimarket milik Stride Highschool.

"Makasih kak Safira,"ujar Fitri setelah berhasil bersejajar jalan di samping Safira.

"Sama-sama lagian kenapa banyak banget beli makanannya?emangnya kuat makan segitu banyaknya?"tanya Safira diiringi kekehan kecil.

"Kuat kok,"kilah gadis itu yang sejujurnya makananya adalah untuk para kakak kelas yang selalu merundungnya.

"Gue cabut dulu ya,"pamit Safira mendapat anggukan dari Fitri.

Fitri seketika tersentak begitu kedua kresek di ambil paksa oleh seseorang.Mereka adalah Ega,Nabila dan Ratna kakak kelas yang sering merundung Fitri.

"Lama banget sih beli ginian doang,"ketus Ega sang ketua geng.

"Tau tuh Lo mau buat kita kelaparan?"kesal Nabila ikut-ikutan memarahi Fitri.

"Ma-maaf kak,tadi Fitri sempat kehilangan uangnya untung kak Safira datang,"jelas Fitri sembari menunduk menatap kebawah.

"Emang gue peduli,"balas Ratna ikut mencomot makanan yang sudah dibeli oleh Fitri,meski uangnya adalah milik Safira.

Fitri hanya mampu menelan ludah nya sendiri,ia juga kepengen banget makan makanan itu.Tapi apakah diberi jika dia memintanya.Perutnya juga tak di isi sejak tadi pagi,seharusnya dia mengisinya meski hanya sepotong roti.

"Lo...mau?"tawar Ega sedari tadi curi-curi pandang ke Fitri.

Fitri mengangguk senang.

Ega mengambil satu roti yang harganya sekitaran 1.000 an

"Udah pergi sana,"usirnya memberikan roti itu pada Fitri.

"Terimakasih kak,"Kata Fitri berlalu pergi bersama dengan sebungkus roti.

***

Setelah membeli camilan di minimarket sekolah Safira berjalan menuju ke ruang kumpul khusus OSIS yang memiliki jabatan tinggi(KJT OSIS)

Ia menangkap seorang remaja pria yang tengah berjongkok membelakanginya lebih tepatnya remaja itu menghadap kesebuah pohon.

"Sepertinya dia sedang melakukan sesuatu,"batin Safira.

Safira yang penasaran dengan apa yang dilakukan remaja itu langsung saja menghampirinya.

"Kau sedang apa?"tanyanya membuat remaja bertag namakan Dafa itu sedikit terkejut,tapi detik selanjutnya kembali melanjutkan aktivitas nya.

Mata Safira melotot begitu mengetahui hal yang dilakukan Dafa adalah membunuh burung.

"Kenapa Lo bunuh tuh burung?"tanya Safira heran.

"Tadi gue lihat nih burung nggak bisa terbang,"jawab Dafa datar.

"Jadi kenapa Lo harus bunuh tuh burung nya,kan kasihan,"ujar Safira lagi.

"Burung yang nggak bisa terbang untuk apa dibuat hidup,jadi beban aja mendingan mati aja kan,"jawab enteng Dafa kembali menggeprek burungnya dengan batu besar.Bahkan tubuh tuh burung sudah benar-benar hancur lebur karena ulahnya.

"Hei!!"tegur Safira tak tahan lagi yang justru membuat Dafa berdiri dan menatap kearah Safira.

"Gue pamit dulu,"ujar Dafa hendak pergi yang langsung dicegah oleh Safira.

"Lo nggak ngerasa dosa sedikitpun ngeliat burung yang Lo bunuh ini?"Safira menunjuk kearah burung yang sudah tak bernyawa itu."Bagaimana kalau dia kepala keluarga?atau bagaimana kalau dia ibu dari anak burungnya"

Dafa nampak tak peduli sama sekali,pria itu justru pergi tanpa rasa berdosa dalam dirinya.

"Hei!!!"teriak Safira tak dipedulikan oleh Dafa,bahkan menoleh pun tidak.Dafa tetap melanjutkan jalannya.

"Nona Safira ada apa teriak-teriak?"tanya Pak Bejo,pria tua yang sudah sejak lama bekerja menjadi tukang bersih-bersih halaman di sekolah Stride Highschool Ini.

Safira kembali menunjuk kearah burung itu."Itu burungnya sudah mati."Pak Bejo terkejut melihatnya.

"Tadi ada murid sini yang membunuhnya dengan seenak jidat,terus nggak mau ngubur lagi,"jelas Safira mendapat anggukan paham dari pria tua itu.

"Biar pak Bejo saja yang beresin ini burung,non Safira pergi aja dari pada jam istirahat nya habis dibuat beresin kekacauan ini"kata pak Bejo tersenyum.

"Benernih pak?nggak mau Safira bantuin dulu?"Pak Bejo menggeleng cepat.

"Sana pergi,biar ini jadi urusan Pak bejo.lagian ini sudah pastinya menjadi pekerjaan pak Bejo,"jawab Pak Bejo masih kekeh tak mau mendapat bantuan dari Safira.

"Safira pergi dulu ya Pak,"pamitnya berlari menuju KJT OSIS.

"Astaga kok sampai segitunya sih, burung juga kan pengen hidup"Pak Bejo menggeleng-gelengkan kepalanya,tak tau dengan isi hati dan pikiran anak jaman sekarang.

(KTJ OSIS)

"Abis dikejar hantu?"tanya Toni begitu melihat Safira yang terengah-engah saat baru sampai.

Safira mengatur nafasnya sejenak.

"Ini lebih parah lagi bos,"katanya sembari mendudukkan bokong pada kursi yang lagi-lagi bersebelahan dengan Anggara.

"Apa?ada apa?gak usah bikin gue penasaran deh,cepat ceritain,"ucap Toni sambil mengambil makanan di dalam kresek milik Safira.

"Pokoknya ini bikin gue merinding takut."Toni menatap datar kearah Safira,kenapa sangat senang membuat orang bertambah penasaran?memang ini kebiasaan nya ya?

"Tadi pas gue kesini,behhhh ada sesuatu yang nggak bisa dijelasin dengan nalar manusia,"kata Safira membesar-besarkan cerita,alhasil membuat Toni,Anggara,dan juga Tasya semakin penasaran.

"Korbannya mati mengenaskan,"ucap Safira membuat ketiganya melotot.Mati?

"Psikopatnya disini kah?"tanya Tasya.

"Eh gue belum siap mati,gue belum ngerasain rasanya malam pertama,gue belum ngerasain nikmatnya belaian lembut seorang wanita,gue juga belum tau gimana rasanya jadi seorang ayah muda,"racau Anggara panik sendiri.

"Emak cepat jemput Toni,"teriak Toni.

"Iya korbannya sampai mati,wowww tulang-tulang nya patah,kepalanya ancur sudah,"ucap Safira semakin senang membuat teman-teman nya takut dan panik.

"Kasihan loh tadi burungnya,padahal nggak salah apa-apa cuman karena nggak bisa terbang sampai di bunuh oleh anak siswa sini."Toni,Anggara dan juga Tasya menatap datar kearah Safira.

"Maksud Lo korbannya itu burung?"tanya Toni mendapat anggukan kecil dari Safira.

"Kenapa?"tanya Safira tak merasa berdosa membuat temannya ketakutan.

"SAFIRA...."teriak ketiganya serempak.Sedangkan sang empu yang memiliki namanya hanya tersenyum polos.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status