Share

3.Di dalam cerita yang tidak ada pemenangnya

Toni sang bendahara sedang menghitung lembar demi lembar uang,matanya sampai melotot takut jika dia salah hitung uangnya.

"Gimana?"tanya Anggara yang sama sekali tidak mendapat respon dari sang empu.

Toni masih komat-kamit membolak-balik kan selembar demi lembar uangnya,mungkin ini sudah ke 5 kalinya.

"Meskipun Lo hitung sampai sejuta kali nggak akan berubah ogeb!!"timpal Tasya menyeruput Americano yang berada di depannya.

Anggara,Safira,Toni dan juga Tasya kini berada di sebuah cafe.Keempatnya benar-benar sibuk akhir-akhir ini,bukan hanya empat orang ini sih tapi seluruh anggota OSIS juga,karena sebentar lagi adalah ulang tahun Stride Highschool yang ke-21.

"Kok uangnya gak lebih sih,"kata Toni sembari menaruh uangnya di meja.Ia memijit-mijit tangannya yang sedikit pegal.

"Gak usah ngarep dapat uang lebih dari hasil iuran ini,"timpal Anggara memasukkan uangnya kedalam amplop berwarna coklat.

"Tau tuh padahal uang orangtuanya aja udah banyak masa mau korupsi uang iuran,"ujar Safira ikut bersuara.

"Biasalah namanya juga orang serakah,"sahut Tasya sambil diiringi kekehan kecil.

Toni hanya mampu berdecak,sungguh seharusnya para OSIS mendapatkan bagian atau uang dari sekolahan,tapi kenapa malah hanya menjadi babu di sekolah.

Tasya berdiri yang otomatis langsung ditatap oleh ketiga temannya.

"Gue cabut dulu ya,"ujarnya membereskan barang-barang dan memasukkannya ke dalam tas.

"Cepet banget sih,mau kemana emangnya?"tanya Safira heran.

Tasya melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 16.00

"Udah sore banget nih,kalian nggak mau pulang juga emangnya?"Toni menepuk jidatnya,benar juga padahal tadi dia hanya berpamitan sebentar kok malah sampai sore gini.

"Gue juga kalau gitu,"timpal Toni memakai tasnya di pundak.

Anggara berdiri."Lo nggak pulang juga?"tanyanya yang melihat Safira masih duduk manis dengan santai.

Safira menggeleng pelan."kalian duluan aja,gue masih mau disini,"jawab Safira.

Toni memegang pundak Safira,membuat gadis itu tercekat dan menatap heran kearah Toni.

"Gue harap masih bisa lihat Lo besok pagi."Ketiganya dibuat bingung oleh ucapan Toni barusan,tapi detik selanjutnya mereka paham.

"Untuk mu Safira,jika sudah sampai di perempatan akhirat bilang-bilang padaku ya...ku pastikan tempat peristirahatan terakhir mu bagus dan aman,"kata Tasya tersenyum mengangguk-angguk sembari memejamkan matanya sejenak.

"Eh nggak boleh gitu sama teman sendiri kok malah bilang yang enggak-enggak,nanti kalau kejadian beneran kalian yang malah nangis karena kehilangan..."Anggara menepuk pundak kiri Safira."Kuburan mu nanti mau ditaburi apa?"lanjut Anggara.

Safira menatap ketiga datar, bisa-bisanya ngomong kayak gitu dengan mudahnya,biasanya omongan kan doa kalau terkabul beneran gimana?

"Gue nggak peduli...kalau bisa bawa sini psikopatnya biar gue gorok sekalian lehernya,"tantang Safira membuat Toni geleng-geleng kepala.

"Bagus...kalau udah dapet psikopatnya telpon gue ya,nanti biar gue vidioin biar rame dan dapet cuan,"ujar Toni mengacungkan jempol.

Safira mengibas-ngibaskan tangannya."udah pulang aja sana,lagian jalan ke apartemen gue pasti masih ramai,"usir gadis itu jengah menatap teman-teman nya yang masih berdiam di sini.

"Gue pulang dulu ya,gue tunggu nasi kotak nya,"pamit Toni melambai-lambai dan keluar dari cafe tersebut.

"Gue juga,"ucap serempak Tasya dan Anggara.

Kini tersisa Safira dan pelanggan lainnya.

"5 menit lagi,"gumam Safira memandang jam di dinding.

***

Pukul 21.00,tepatnya di club bernama DIONYSIUS (club terbaik ke-dua yang terkenal di kota Jakarta)

Fitri tengah meringkuk di ranjang berukuran king size,air matanya tak henti-henti jatuh dan hal itu menyebabkan makeup nya luntur.jika tau bakalan begini pasti dia tak akan datang.

Fitri mengeratkan selimutnya menutupi tubuhnya yang tak memakai sehelai benang pun.

Pintu kamar itu terbuka menampakkan tiga gadis yang melemparkan senyum pada Fitri.Mereka adalah Ega,Nabila dan Ratna.

Nabila menatap penuh kegembiraan saat mendapati uang banyak di atas nakas.Tangannya terulur mengambil segepok uang itu.

"Kalau tau begini pasti gue bakal ngelakuinnya dari dulu,"gumam Nabila menyeringai.

Ega berjalan dan duduk di tepi ranjang,matanya beralih menatap kearah gadis yang telah ia jual untuk dijadikan pelacur.Tenang hanya 3 malam kok,nggak lebih.Berarti Fitri harus melayani pria lagi dalam 2 hari belakangan ini.

"Kenapa kalian melakukan ini padaku?"tanya Fitri mengusap pelan air matanya.

"Maaf lagian gue lagi butuh banget uang sekarang ini,"jawab Ega.

"Terus kenapa harus aku yang jadi korbannya?"bentak Fitri langsung mendapat jambakan dari Ratna.

"Turunkan nada bicaranya ogeb,Lo pikir lagi bicara sama siapa hah!!!"Ratna menarik rambut Fitri sampai gadis itu terbangun dari posisinya.

Fitri berusaha keras melepas tangan Ratna,sakit plus cenut-cenut yang ia rasakan.

"Lepaskan bodoh,"ketus Ega melerai keduanya.

Ega beralih mengelus pipi Fitri."terima saja takdir mu,jangan banyak tanya dan bicara...lagian Lo kan babu gue,gue nggak salah dong ngelakuin apapun yang bersangkutan dengan Lo,"kata Ega mendapat tamparan keras dari Fitri.

"Memangnya aku pernah ngelakuin kesalahan apa sama kalian,kalian boleh-boleh saja merundungku tapi ingat batasannya,"bentak Fitri kembali menangis.

"Eh Lo nggak apa-apa kan?"tanya Ratna khawatir,tangannya mengelus area pipi Ega yang baru saja mendapat tamparan dari Fitri.

"Dasar si*lan"Nabila menendang perut Fitri,dan membuat gadis itu terpental menabrak punggung sandaran kasur.

Fitri mengerang kesakitan,di area punggung,kepala beserta bagian bawahnya benar-benar sakit.

Byurrrr.

Ega menyiram segelas air kewajah Fitri.Ia ikut naik keatas ranjang.

"Kayaknya kita harus pesta malam ini,kalian udah tutup pintunya kan?"tanya Ega menatap kedua temannya.

"Tenang aja udah kok,"jawab Ratna.

Fitri meremas tangannya kuat-kuat.Apa yang bakalan dilakukan oleh Ega sekarang?apakah akan membunuhnya?kalau begitu bunuh saja,lagian dia sudah tak suci lagi.

Tanpa aba-aba Ega langsung menendang tubuh Fitri berkali-kali.Tamparan-tamparan juga Fitri dapatkan.Ega benar-benar membabi buta menghajar wanita di depannya.

Sedangkan Ratna asik merekam keduanya,ia tertawa senang melihatnya.

Dan untuk Nabila lebih memilih menontonnya dari jarak jauh.

"Memangnya lo siapa berani-beraninya nampar gue,"ujar Ega kini beralih menjotos wajah Fitri.

"Lo tuh cuman orang miskin yang gak sepatutnya hidup,mati aja sana,"lanjutnya.

Fitri pasrah saja dengan apa yang dilakukan oleh Ega,ia tak mampu lagi menangkis seperti di awal tadi,tangannya yang dibuat menangkis rasanya seperti sudah mati rasa.

Nabila bangkit dan menarik Ega untuk menjauh,sepertinya Ega sudah keterlaluan bagaimanapun Fitri juga manusia yang merasakan sakit.

Ega merontak-ronta,sayangnya Nabila segera menariknya kembali menjauh dari Fitri.

"Udahlah jangan keterlaluan,lagian Lo nggak mau di penjara kan sebab membunuhnya,"Kata Nabila berhasil membuat Ega sedikit tenang.

Ega menetralkan nafasnya yang sedikit memburu.Ia mengelus-elus dadanya agar bersabar.

Fitri terbatuk-batuk mengeluarkan darah dari mulutnya,matanya sedikit berat dan lengket,penglihatannya sedikit mengabur tak jelas.

"Hari ini mungkin Lo selamat,tapi lain kali jangan harap bakalan bisa menghirup udara lagi,"kata Ega menatap tajam Fitri.

Ketiganya berjalan pergi tapi perkataan Fitri membuat mereka berhenti.

"Mungkin hari ini aku yang tersiksa tapi kalian harus ingat roda terus berputar,bisa saja kalian yang nantinya bakalan di siksa habis-habisan...ingat tak ada yang tau masa depan,"ujar Fitri diiringi tawa.

"Bisa saja kalian kalah dalam permainan ini,"lanjutnya lagi.

"Jangan mimpi,disini yang jadi pemeran utamanya adalah gue...jadi gue bakalan menang apapun yang terjadi,"ujar Ega yang mendapat tawa renyah dari Fitri.

"Benarkah?padahal kita sedang berada di cerita yang tak ada pemenangnya..."sahut cepat Fitri membuat ketiga gadis itu memandangnya heran.

"Kayaknya Lo udah kangen sama pukulan gue kan."Nabila segera mencekal tangan Ega yang hendak melangkah lagi menuju Fitri.

Nabila menggeleng."gausah diladeni,dia itu cuman mau bikin kita emosi...dan nantinya kita yang bakalan kena rugi karena memukulnya lagi sampai mati,"bisik Nabila pelan.

Nabila membawa pergi Ega keluar diikuti oleh Ratna di belakang,pintunya ditutup dengan keras oleh Ratna.

"Aku diam aja bukan karena takut,aku hanya ngikut alur permainan ini saja kok..."Fitri menyeringai,ruangan itu benar-benar berisi tawa mengerikan milik Fitri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status