"Rey, aku ingin mengakhiri hubungan kita," ucap Irani.
Reynand Rabbani sangat terkejut mendengar ucapan Irani Sanaya—sang kekasih yang teramat sangat ia cintai. Dan begitu pula dengan Irani, ia pun sangat mencintai Reynand."Atas dasar apa kau ingin mengakhiri hubungan kita, Irani?" tanya Reynand.Irani yang pada saat itu tengah duduk, langsung bangkit. Ia terlihat berjalan kesana-kemari sembari memilin-milin jemari tangannya. Dia terlihat sangat resah dan gelisah.Reynand yang sedari tadi memperhatikan sikap Irani segera menghampirinya. Dia mencekal lengan Irani dan memutar tubuh sang kekasih agar menghadapnya.Mata Irani bersirobok dengan mata Reynand, tetapi dia langsung memutus kontak mata mereka. Dia langsung menundukkan wajahnya. Reynand mengangkat dagu Irani agar menatapnya."Tatap aku, Irani! Dan katakan, apa alasanmu ingin mengakhiri hubungan kita," ulang Reynand."Karena ... a-aku ... aku akan —" Irani tidak meneruskan ucapannya.Reynand semakin dibuat penasaran dengan ucapan Irani tersebut. "Aku akan apa?" tanyanya."Aku akan menikah!" jawab Irani dengan tegas.Bagaikan disambar petir di tengah hari yang panas, tubuh Reynand mendadak lemas mendengarnya. Perlahan tubuhnya merosot ke lantai. Matanya berkaca-kaca mendengarnya. Tanpa terasa, buliran bening membasahi pipinya, ya ... Reynand menangis.Irani yang melihat itu, merasa semakin bersalah dan ikut terluka. Ia pun sedari tadi sudah bercucuran air mata. Lalu, ia menghampiri Reynand. Ia memegang tangan Reynand dengan tangan yang sudah teramat sangat dingin."Rey, tolong maafkan aku. Aku terpaksa menikah dengannya karena demi membalas budi," ungkap Irani."Membalas budi? Membalas budi apa, Irani Sanaya?" tanya Reynand."Karena pria itu telah membantu keluargaku. Dia yang telah menyelamatkan nyawa adikku.""Apa maksudmu?""Irsyad, adikku, yang mengidap penyakit kanker dan harus di operasi dengan biaya yang banyak telah ditolong oleh pria itu. Pria itu yang telah menyelamatkan nyawa adikku. Jadi ... aku harus membalas budi dengan menikah dengannya."Mata Reynand terbelalak lebar mendengarnya. Ia langsung memegang erat bahu Irani dan meremasnya dengan kuat. Irani meringis menahan sakit."Apakah kau tidak meyakini cintaku padamu? Sehingga kau dan keluargamu lebih memilih uluran tangan dari pria lain dan mengorbankan dirimu!""Rey, aku tidak tahu dengan semua ini. Saat Irsyad di operasi, aku sedang bekerja di luar kota, ikut bersama Bos-ku. Ketika aku pulang, operasi Irsyad sudah selesai dan berhasil.""Seharusnya orang tuamu menghubungimu agar kau bisa membicarakannya denganku. Aku bisa membantu pengobatan Irsyad."Reynand bangkit. Ia berdiri dengan napas yang sudah naik turun karena tengah menahan emosi. Irani pun ikut berdiri, ia menatap Reynand dengan perasaan bersalah."Tolong maafkan aku, Rey. Aku tidak bisa menolak kehendak orang tuaku karena demi baktiku kepada mereka," papar Irani."Aku akan membayar semua biaya operasi Irsyad kepada pria itu. Dan kau bisa membatalkan pernikahan kalian!" kata Reynand dengan tegas."Rey, tapi ini bukan soal uang, tapi ini tentang balas budi. Rey, tolong mengerti aku, tolong mengerti posisiku," Irani memohon.'Tidak! Aku tidak akan membiarkan ini semua terjadi. Aku harus melakukan sesuatu. Ya ... aku harus menjerat Irani agar dia tidak jadi menikah dengan pria itu,' batin Reynand. ***Sore itu, ketika Irani baru pulang bekerja dan ia tengah berjalan kaki menyusuri trotoar jalan. Tiba-tiba, ada tangan besar yang menyekap hidungnya dengan menggunakan sapu tangan yang sudah diberi obat bius sehingga membuat Irani tidak sadarkan diri.Tubuh Irani langsung dimasukkan ke dalam mobil, lalu mobil tersebut melaju dengan kecepatan tinggi. Suasana di tempat tersebut sangat sepi sehingga memudahkan aksi penculikan itu."Irani, Sayangku, akhirnya kau akan menjadi milikku seutuhnya dan selamanya," monolog orang yang menculik Irani.Mobil yang membawa Irani tersebut menuju ke puncak, ke sebuah villa. Setelah sampai di villa, tubuh Irani yang masih pingsan dan masih mengenakan seragam kerja itu langsung dibopong oleh sang penculik.Dengan perlahan, tubuh Irani ia letakkan di atas ranjang. Lalu, tanpa membuang waktu pria tersebut langsung membuka pakaiannya dan juga pakaian Irani. Sehingga kini tubuh mereka berdua sudah sama-sama polos tanpa sehelai benang pun.Dan malam itu, menjadi malam keberuntungan bagi pria tersebut, tetapi menjadi malam kehancuran untuk Irani. Karena Irani telah kehilangan kehormatannya, kehilangan mahkotanya yang telah ia jaga selama ini, kehilangan kesuciannya yang telah direnggut dengan paksa oleh pria tersebut.Pagi pun tiba, cahaya matahari masuk ke dalam kamar tempat Irani dan sang pria menghabiskan malam bersama. Mata Irani terasa silau oleh cahaya matahari, lalu secara perlahan ia membuka matanya. Irani masih merasakan sakit di kepalanya. Ia memegangi kepalanya dan perlahan duduk.Irani belum sepenuhnya menyadari apa yang telah terjadi. Namun, ketika ia akan menggerakkan tubuhnya, ia merasakan perih di bagian intimnya. Irani langsung melihat ke bawah dan ternyata tubuhnya hanya berbalut selimut. Irani berteriak histeris ketika menyadari apa yang telah terjadi pada dirinya."Sayang, kau kenapa? Kau sudah bangun?"Suara seseorang yang sangat Irani kenal terdengar jelas di telinganya. Irani langsung melihat ke samping, ke arah sumber suara. Dan betapa terkejutnya Irani, ketika matanya melihat sosok laki-laki yang sangat ia cintai, tetapi hubungan di antara mereka telah berakhir dan kini berada satu ranjang dengannya."Rey," gumam Irani."Iya, Sayang, ini aku, Reynand, kekasihmu," ucap pria tersebut yang ternyata adalah Reynand.Reynand masih bertelanjang dada dan masih dalam satu selimut dengan Irani. Perlahan, dia mendekati Irani. Dia bermaksud memeluk tubuh Irani. Namun, di luar dugaan, Irani justru menampar wajah Reynand.Plak! Plak!Irani menampar wajah tampan Reynand. Reynand sangat terkejut menerima tamparan dari Irani. Ia sungguh tidak menyangka jika wanita yang sangat ia cintai akan menamparnya."Bajingan kau, Rey. Mengapa kau tega melakukan ini padaku? Apa salahku padamu, Rey?! Irani terisak-isak.Renynand meneguk ludahnya dengan kasar, tetapi sedetik kemudian dia berubah menjadi tegas."Aku tidak akan pernah menyesal karena telah melakukan ini kepadamu, Irani. Karena kau adalah kekasihku dan aku pantas melakukannya padamu. Aku sengaja melakukan ini padamu agar kau tidak jadi menikah dengan pria itu!" Reynand mengatakan itu dengan tegas.Betapa sakit hati Irani mendengar ucapan dan alasan Reynand. Dia memang sangat mencintai Reynand, tetapi dia sungguh sangat kecewa atas perbuatan bejad Reynand padanya yang telah menculiknya dan merenggut kesuciannya."Aku sungguh kecewa padamu, Rey. Aku sangat tidak menyangka jika kau akan tega melakukan ini kepadaku. Aku kira selama ini kau benar-benar tulus mencintaiku, tetapi ternyata tidak! Kenyataannya berbanding terbalik." Irani terisak."Irani, aku tulus mencintaimu," ujar Reynand."Tidak! Jika memang kau tulus mencintaiku, kau tidak akan mungkin menodaiku.""Irani, aku terpaksa melakukan itu agar kau tidak jadi menikah dengan pria itu.""Tapi aku akan tetap menikah dengannya!" TO BE CONTINUED"Aku akan tetap menikah dengan pria itu," ujar Irani.Reynand yang mendengar ucapan Irani tersebut, merasa sangat geram dan emosi. Dia sengaja melakukan perbuatan bejat itu untuk menjerat Irani, tapi ternyata, Irani justru berkata sedemikian rupa bahwa dia akan tetap menikah dengan pria yang telah menolong operasi adiknya."Coba kau ulangi lagi," tuntut Reynand."Aku akan tetap menikah dengan pria itu," ulang Irani.Karena Reynand sudah tidak bisa menahan emosinya, lalu tiba-tiba dia menarik selimut yang menutupi tubuh Irani. Dan dia pun kembali menggagahi Irani secara brutal dan penuh emosi. Emosinya yang sudah menggebu-gebu itu sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Irani berteriak-teriak memohon agar dilepaskan oleh Reynand, tetapi Reynand seakan tuli, dia terus menggagahi Irani dengan ruda paksa."Rey, tolong lepaskan aku, aku mohon!" teriak Irani."Aku tidak akan pernah melepaskanmu, Irani." Reynand terus menghentak-hentak tubuhnya."Kau bajingan, Rey. Kau biadab. Aku sangat membenc
Hari-hari pun berlalu, kini saatnya Irani melangsungkan pernikahannya bersama pria yang bernama Raymond Rabbani yang ternyata merupakan kakak kandung dari Reynand Rabbani—sang mantan kekasih. Akan tetapi, Reynand belum mengetahui bahwa Irani akan menikah dengan sang kakak. Begitu pula dengan Irani yang belum mengetahui bahwa Reynand dan Raymond adalah kakak dan adik.Reynand yang mendengar bahwa hari itu Irani akan menikah merasa sangat frustasi. Dia hari itu memilih pergi ke Kota Bandung untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau.Reynand pun menjadi pusat perhatian keluarganya karena di saat hari pernikahan sang kakak, mengapa Reynand justru pergi. Reynand beralasan bahwa dia sedang melakukan perjalanan bisnis yang tidak bisa ditinggalkan.Setelah ijab qobul selesai dan resepsi pernikahan yang sangat mewah itu pun telah usai, kini saatnya Irani diboyong untuk dibawa ke rumah sang suami. Irani berpamitan kepada ayah dan ibunya serta adiknya dengan bercucuran air mata. Dia merasa
Sudah 3 minggu semenjak Reynand mengalami kecelakaan, dia belum sadarkan diri dari koma. Reynand dirawat di ruang ICU agar kondisinya dapat terpantau secara intensif. Tubuhnya dipasang alat bantu napas untuk menjaga laju pernapasannya. Hingga saat ini, tubuh Reynand masih terlentang tak berdaya di brankar rumah sakit. Saat itu, kedua orang tua Reynand, Raymond, dan Irani, sedang berada di ruangan ICU untuk memantau perkembangan Reynand.Papa Rabbani dan Mama Risa, terlihat sangat terpukul melihat keadaan sang putra bungsu mereka yang lemah tak berdaya tersebut. Begitu pula dengan Raymond—sang kakak, dan Irani—sang mantan kekasih sekaligus kakak iparnya, mereka ikut terpuruk dan sangat terpukul sekali melihat kondisi Reynand. "Ma, Pa, lebih baik kalian pulang saja, biarkan aku dan Irani yang akan menjaga Rey," ujar Raymond."Tapi kalian juga butuh istirahat, 'Nak," sahut Mama Risa."Tidak apa, Ma. Mama dan Papa yang perlu beristirahat total.""Baiklah jika begitu, mama dan Papa pulang
"Siapa kau? Siapa mereka? Siapa kalian?" tanya Reynand.Irani, Raymond, Mama Risa, dan Papa Rabbani, sangat terkejut mendengar pertanyaan Reynand tersebut. Mereka langsung berlari menghampirinya."Rey, syukurlah kau sudah sadar, 'Nak," ujar Mama Risa."Iya, 'Nak, kami sangat mengkhawatirkanmu," timpal Papa Rabbani."Terima kasih, Tuhan karena kau telah menyembuhkan adikku," Raymond pun menimpali."Siapa kalian?" tanya Reynand kembali.Deg!Semua orang yang berada di tempat tersebut sangat terkejut mendengarnya. Mereka saling berpandangan satu sama lain. Bahkan, sejenak mereka melupakan ucapan Irani yang menyatakan bahwa Reynand yang telah menghamilinya. Kini, mereka tengah fokus pada Reynand yang terlihat sangat aneh sekali.Raymond langsung berlari ke luar untuk memanggil dokter. Tidak berapa lama kemudian, dokter pun datang bersama dua orang suster yang mendampinginya, sementara Mama Risa dan Papa Rabbani, terlihat sangat tegang dan cemas. Begitu pula dengan Irani, ia pun tak kalah c
"Irani! Apa yang telah kau lakukan terhadap putraku?!"Irani tersentak tatkala ia mendengar suara teriakan sang ibu mertua. Mama Risa bergegas menghampiri Reynand yang tengah kesakitan."Dasar wanita jalang! Tidak tahu malu! Kau pasti sengaja 'kan ingin menggoda putra bungsuku karena kau sedang mencari tumbal untuk menutupi anak harammu itu!" hardik Mama Risa.Betapa sakit dan hancurnya hati dan perasaan Irani, tatkala mendengar sumpah serapah yang dilontarkan oleh sang ibu mertua. Butiran bening telah membanjiri pipinya yang tirus."Ma, mengapa Mama berbicara seperti itu terhadap Kakak ipar? Bukankah bayi yang dikandungnya merupakan calon cucu Mama? Anak Kak Ray?" tanya Reynand.Mama Risa tidak menjawab pertanyaan Reynand, ia justru mengajak sang putra untuk kembali ke kamarnya. "Sudahlah, 'Nak, lebih baik kau beristirahat saja di kamarmu," ujar Mama Risa untuk mengalihkan pertanyaan Reynand."Iya, Ma," sahut Reynand patuh.Mama Risa membantu Reynand bangkit berdiri, kemudian, mereka
"Sedang apa kalian di dalam kamar mandi berduaan?!"Suara Mama Risa terdengar melengking. Dia tiba-tiba sudah berdiri di pintu kamar mandi. Betapa terkejutnya Irani dan ketakutannya pun semakin terpancar dari wajahnya karena kini dia dipergoki tengah berduaan di dalam kamar mandi bersama Reynand—adik iparnya, yang merupakan mantan kekasihnya itu."Dasar tidak tahu malu kau, ya! Dasar wanita jalang. Apa-apaan kau ini, Irani? Ingat! Bahwa Rey adalah adik iparmu! Jadi, kau tidak pantas jika ingin menggodanya!" teriak Mama Risa.Irani hanya menundukkan wajahnya, air mata pun sudah berlinangan membasahi pipinya. Dia tidak berani untuk mengangkat wajahnya untuk melihat wajah sang ibu mertua. Tubuhnya gemetaran dan keringat dingin pun sudah membanjiri tubuhnya."Kau benar-benar tidak tahu diri, ya! Kau mencari kesempatan dan memanfaatkan putra bungsuku untuk kau jadikan tumbal sebagai ayah biologis dari anak harammu itu!" dada Mama Risa terlihat naik turun karena dia sedang dilanda emosi. "K
Pagi itu, Irani sedang membersihkan halaman belakang rumah. Dia sedang menyapu dedaunan kering yang sangat banyak. Karena di belakang rumah keluarga Rabbani tersebut terdapat kebun buah-buahan.Sebenarnya, di kediaman keluarga Rabbani itu ada banyak asisten rumah tangga dan mereka memiliki peran masing-masing atau tugas masing-masing. Namun, semenjak Irani ketahuan hamil bukan anak Raymond maka sejak saat itu pula, Mama Risa—sang ibu mertua, selalu menghukumnya dan memperlakukannya seperti pembantu.Semua pekerjaan pembantu di rumah tersebut, Irani lah yang harus mengerjakannya, sementara Raymond yang kecewa dan masih marah pada Irani, tidak mempedulikan hal tersebut, dia justru selalu menunjukkan kebenciannya terhadap sang istri.Ketika Irani sedang menyapu di bawah pohon mangga dan sedang berbuah lebat, dia melihat ke atas pohon tersebut. Di atas pohon itu terlihat berjuntaian buah mangga yang masih muda-muda. Irani menelan air liurnya sembari mengusap-usap perutnya. 'Sepertinya ena
"Irani! Apa yang tengah kau lakukan?!"Suara teriakan Mama Risa terdengar melengking. Irani seketika melepaskan dirinya dari tubuh Reynand. Reynand dan Irani langsung bangkit. Mereka melihat kedatangan Mama Risa yang tergesa-gesa dengan wajah yang sudah memerah."Irani, apa yang kau lakukan terhadap putraku?!" Mama Risa kembali berteriak."Ma, a-aku —" "Aku apa?" Mama Risa langsung menyela ucapan Irani."Ma, jangan marah pada kakak ipar, dia tidak bersalah," Reynand menimpali.Seketika Mama Risa menatap Reynand. Matanya terbelalak ketika melihat wajah dan tubuh putra bungsunya itu sudah merah dan dipenuhi bentol. "Ya, Tuhan, Rey, kau kenapa, Nak? Apa yang terjadi padamu?" tanya Mama Risa dengan cemas.Mata Mama Risa melihat ke arah buah mangga yang tergeletak di tanah dan dia melihat tangga yang masih berdiri di pohon mangga tersebut. Mama Risa menatapnya lama, lalu matanya beralih menatap ke arah Irani."Ini pasti perbuatanmu 'kan, wanita jalang? Kau 'kan yang menyuruh putraku untuk