Irani Sanaya, harus kehilangan kesuciannya yang direnggut paksa oleh sang kekasih—Reynand Rabbani. Reynand Rabbani tidak bisa menerima keputusan sepihak yang Irani berikan kepadanya, yaitu mengakhiri hubungan mereka karena Irani akan menikah dengan pria lain demi membalas budi. Reynand pun akhirnya menyusun rencana. Dia menculik Irani, lalu menodainya sehingga membuat Irani mengandung benihnya. Akan tetapi, kecelakaan yang dialami oleh Reynand, membuatnya menjadi amnesia. Reynand lupa ingatan. Reynand melupakan Irani, dan melupakan tragedi yang pernah ia lakukan terhadap Irani.
View More"Rey, aku ingin mengakhiri hubungan kita," ucap Irani.
Reynand Rabbani sangat terkejut mendengar ucapan Irani Sanaya—sang kekasih yang teramat sangat ia cintai. Dan begitu pula dengan Irani, ia pun sangat mencintai Reynand."Atas dasar apa kau ingin mengakhiri hubungan kita, Irani?" tanya Reynand.Irani yang pada saat itu tengah duduk, langsung bangkit. Ia terlihat berjalan kesana-kemari sembari memilin-milin jemari tangannya. Dia terlihat sangat resah dan gelisah.Reynand yang sedari tadi memperhatikan sikap Irani segera menghampirinya. Dia mencekal lengan Irani dan memutar tubuh sang kekasih agar menghadapnya.Mata Irani bersirobok dengan mata Reynand, tetapi dia langsung memutus kontak mata mereka. Dia langsung menundukkan wajahnya. Reynand mengangkat dagu Irani agar menatapnya."Tatap aku, Irani! Dan katakan, apa alasanmu ingin mengakhiri hubungan kita," ulang Reynand."Karena ... a-aku ... aku akan —" Irani tidak meneruskan ucapannya.Reynand semakin dibuat penasaran dengan ucapan Irani tersebut. "Aku akan apa?" tanyanya."Aku akan menikah!" jawab Irani dengan tegas.Bagaikan disambar petir di tengah hari yang panas, tubuh Reynand mendadak lemas mendengarnya. Perlahan tubuhnya merosot ke lantai. Matanya berkaca-kaca mendengarnya. Tanpa terasa, buliran bening membasahi pipinya, ya ... Reynand menangis.Irani yang melihat itu, merasa semakin bersalah dan ikut terluka. Ia pun sedari tadi sudah bercucuran air mata. Lalu, ia menghampiri Reynand. Ia memegang tangan Reynand dengan tangan yang sudah teramat sangat dingin."Rey, tolong maafkan aku. Aku terpaksa menikah dengannya karena demi membalas budi," ungkap Irani."Membalas budi? Membalas budi apa, Irani Sanaya?" tanya Reynand."Karena pria itu telah membantu keluargaku. Dia yang telah menyelamatkan nyawa adikku.""Apa maksudmu?""Irsyad, adikku, yang mengidap penyakit kanker dan harus di operasi dengan biaya yang banyak telah ditolong oleh pria itu. Pria itu yang telah menyelamatkan nyawa adikku. Jadi ... aku harus membalas budi dengan menikah dengannya."Mata Reynand terbelalak lebar mendengarnya. Ia langsung memegang erat bahu Irani dan meremasnya dengan kuat. Irani meringis menahan sakit."Apakah kau tidak meyakini cintaku padamu? Sehingga kau dan keluargamu lebih memilih uluran tangan dari pria lain dan mengorbankan dirimu!""Rey, aku tidak tahu dengan semua ini. Saat Irsyad di operasi, aku sedang bekerja di luar kota, ikut bersama Bos-ku. Ketika aku pulang, operasi Irsyad sudah selesai dan berhasil.""Seharusnya orang tuamu menghubungimu agar kau bisa membicarakannya denganku. Aku bisa membantu pengobatan Irsyad."Reynand bangkit. Ia berdiri dengan napas yang sudah naik turun karena tengah menahan emosi. Irani pun ikut berdiri, ia menatap Reynand dengan perasaan bersalah."Tolong maafkan aku, Rey. Aku tidak bisa menolak kehendak orang tuaku karena demi baktiku kepada mereka," papar Irani."Aku akan membayar semua biaya operasi Irsyad kepada pria itu. Dan kau bisa membatalkan pernikahan kalian!" kata Reynand dengan tegas."Rey, tapi ini bukan soal uang, tapi ini tentang balas budi. Rey, tolong mengerti aku, tolong mengerti posisiku," Irani memohon.'Tidak! Aku tidak akan membiarkan ini semua terjadi. Aku harus melakukan sesuatu. Ya ... aku harus menjerat Irani agar dia tidak jadi menikah dengan pria itu,' batin Reynand. ***Sore itu, ketika Irani baru pulang bekerja dan ia tengah berjalan kaki menyusuri trotoar jalan. Tiba-tiba, ada tangan besar yang menyekap hidungnya dengan menggunakan sapu tangan yang sudah diberi obat bius sehingga membuat Irani tidak sadarkan diri.Tubuh Irani langsung dimasukkan ke dalam mobil, lalu mobil tersebut melaju dengan kecepatan tinggi. Suasana di tempat tersebut sangat sepi sehingga memudahkan aksi penculikan itu."Irani, Sayangku, akhirnya kau akan menjadi milikku seutuhnya dan selamanya," monolog orang yang menculik Irani.Mobil yang membawa Irani tersebut menuju ke puncak, ke sebuah villa. Setelah sampai di villa, tubuh Irani yang masih pingsan dan masih mengenakan seragam kerja itu langsung dibopong oleh sang penculik.Dengan perlahan, tubuh Irani ia letakkan di atas ranjang. Lalu, tanpa membuang waktu pria tersebut langsung membuka pakaiannya dan juga pakaian Irani. Sehingga kini tubuh mereka berdua sudah sama-sama polos tanpa sehelai benang pun.Dan malam itu, menjadi malam keberuntungan bagi pria tersebut, tetapi menjadi malam kehancuran untuk Irani. Karena Irani telah kehilangan kehormatannya, kehilangan mahkotanya yang telah ia jaga selama ini, kehilangan kesuciannya yang telah direnggut dengan paksa oleh pria tersebut.Pagi pun tiba, cahaya matahari masuk ke dalam kamar tempat Irani dan sang pria menghabiskan malam bersama. Mata Irani terasa silau oleh cahaya matahari, lalu secara perlahan ia membuka matanya. Irani masih merasakan sakit di kepalanya. Ia memegangi kepalanya dan perlahan duduk.Irani belum sepenuhnya menyadari apa yang telah terjadi. Namun, ketika ia akan menggerakkan tubuhnya, ia merasakan perih di bagian intimnya. Irani langsung melihat ke bawah dan ternyata tubuhnya hanya berbalut selimut. Irani berteriak histeris ketika menyadari apa yang telah terjadi pada dirinya."Sayang, kau kenapa? Kau sudah bangun?"Suara seseorang yang sangat Irani kenal terdengar jelas di telinganya. Irani langsung melihat ke samping, ke arah sumber suara. Dan betapa terkejutnya Irani, ketika matanya melihat sosok laki-laki yang sangat ia cintai, tetapi hubungan di antara mereka telah berakhir dan kini berada satu ranjang dengannya."Rey," gumam Irani."Iya, Sayang, ini aku, Reynand, kekasihmu," ucap pria tersebut yang ternyata adalah Reynand.Reynand masih bertelanjang dada dan masih dalam satu selimut dengan Irani. Perlahan, dia mendekati Irani. Dia bermaksud memeluk tubuh Irani. Namun, di luar dugaan, Irani justru menampar wajah Reynand.Plak! Plak!Irani menampar wajah tampan Reynand. Reynand sangat terkejut menerima tamparan dari Irani. Ia sungguh tidak menyangka jika wanita yang sangat ia cintai akan menamparnya."Bajingan kau, Rey. Mengapa kau tega melakukan ini padaku? Apa salahku padamu, Rey?! Irani terisak-isak.Renynand meneguk ludahnya dengan kasar, tetapi sedetik kemudian dia berubah menjadi tegas."Aku tidak akan pernah menyesal karena telah melakukan ini kepadamu, Irani. Karena kau adalah kekasihku dan aku pantas melakukannya padamu. Aku sengaja melakukan ini padamu agar kau tidak jadi menikah dengan pria itu!" Reynand mengatakan itu dengan tegas.Betapa sakit hati Irani mendengar ucapan dan alasan Reynand. Dia memang sangat mencintai Reynand, tetapi dia sungguh sangat kecewa atas perbuatan bejad Reynand padanya yang telah menculiknya dan merenggut kesuciannya."Aku sungguh kecewa padamu, Rey. Aku sangat tidak menyangka jika kau akan tega melakukan ini kepadaku. Aku kira selama ini kau benar-benar tulus mencintaiku, tetapi ternyata tidak! Kenyataannya berbanding terbalik." Irani terisak."Irani, aku tulus mencintaimu," ujar Reynand."Tidak! Jika memang kau tulus mencintaiku, kau tidak akan mungkin menodaiku.""Irani, aku terpaksa melakukan itu agar kau tidak jadi menikah dengan pria itu.""Tapi aku akan tetap menikah dengannya!" TO BE CONTINUED4 tahun kemudian“Irana, jangan lari ke jalan terus, Nak, banyak kendaraan.” Suara Irani terdengar berteriak seraya berlari mengejar seorang gadis kecil.“Ibu, aku mau ke rumah Ayah Bahri.” Gadis kecil tersebut berbicara seraya berlari.Meskipun usia gadis kecil itu baru 3 tahun lebih, tapi dia sangat pintar sekali. Suaranya pun tidak terdengar cadel seperti kebanyakan anak-anak kecil pada umumnya.Irana, itulah nama gadis kecil tersebut. Anak yang dikandung oleh Irani 4 tahun lalu. Irana memanggil Bahri ayah karena selama ini Bahri lah yang selalu membantu Irani mengurusnya. Jadi, Irana taunya bahwa Bahri merupakan ayahnya.Walaupun Irani sudah Berulang kali menjelaskan pada sang anak, bahwa Bahri bukanlah ayahnya, tetapi Irana tidak mempercayainya. Dia tetap menganggap bahwa Bahri lah ayahnya karena lelaki itulah yang selama ini selalu mengurusnya seperti anak sendiri.Letak rumah Bahri yang tidak begitu jauh dari rumah Irani, membuat Irana begitu mudah untuk pulang pergi sendiri. N
Sementara itu, di kediaman Rabbani. Kini keluarga besar Rabbani dan orang tua Irani tengah berkumpul di ruang keluarga. Mereka sedang bermusyawarah tentang permasalahan rumah tangga anak mereka.“Di mana kita akan mencari Irani? Sedangkan tidak ada akses sedikitpun untuk berhubungan dengannya. Apalagi dia sedang hamil. Aku benar-benar sedih memikirkannya.” Bu Ina terisak-isak.Mama Risa mendekatinya. “Bu Ina, tolong maafkan aku. Semua ini salahku karena aku selalu bersikap buruk pada Irani.” Mama Risa pun terisak.“Maafkan aku juga, Bu, Pak. Karena selama aku menjadi suaminya, aku juga selalu bersikap buruk. Hingga akhirnya kami bercerai.” Raymond berkata dengan mimik wajah yang terlihat murung.Pak Ahmad dan Bu Ina menarik napas dengan berat. Dada mereka bergemuruh setiap kali mendengar pernyataan Mama Risa dan Raymond, yang mengakui dengan jujur tentang sikap buruk mereka pada Irani.Akan tetapi, nasi sudah menjadi bubur. Semua yang sudah terjadi tidak akan bisa kembali seperti semu
Pak Ahmad terpancing emosi karena Raymond tak kunjung menjawab pertanyaannya tentang keberadaan Irani.Plak! Plak!Bugh! Bugh!Akhirnya, Pak Ahmad menampar dan memukul Reynand serta Raymond secara bergantian. Amarahnya benar-benar sudah memuncak. Wajah kedua kakak beradik itu, kini sudah babak belur.Akan tetapi, mereka menerima semua perlakuan Ayah Irani tersebut karena mereka menyadari dan mengakui kesalahan yang telah mereka perbuat.Mama Risa histeris melihat kedua putranya yang dihajar habis-habisan oleh Pak Ahmad. Dia berusaha untuk memasang badan, dan memohon untuk dihentikan. Namun, Papa Rabbani menahannya.“Pak Ahmad, tolong hentikan. Kasihan kedua putraku!” teriak Mama Risa.“Pa, tolong kedua putra kita. Mengapa Papa hanya diam saja?!” Mama Risa histeris pada sang suami.“Ma, tenanglah. Ini semua hukuman yang pantas untuk kedua putra kita. Karena mereka telah berbuat kesalahan pada Irani.” Papa Rabbani mengelus-elus punggung Mama Risa.“Pa, mengapa kau tega pada putra-putra
Mata Irani membulat mendengar ucapan Bahri. Bagaimana tidak, di saat yang sedang genting seperti ini pun, Bahri masih tetap menyebalkan dan membuatnya kesal.Dengan sekuat tenaga Irani mencubit perut Bahri, hingga membuat lelaki tersebut menjerit karena merasakan perih di kulit perutnya.“Aww, aduh … Maharani, mengapa kau mencubitku? Aiiss, ini sangat sakit dan perih sekali rasanya,” ujar Bahri.“Karena kau selalu saja menyebalkan, Mas Bahri. Di saat aku sedang kesakitan dan kram seperti ini pun, kau masih saja bersikap seperti itu, huh!” Irani mendelikkan mata.“Ehehe … jangan marah-marah, nanti cantikmu hilang.”Ingin rasanya Irani kembali mencubit Bahri, tetapi rasa nyeri kembali menderanya. Akhirnya, dia hanya menurut saja mengikuti Bahri menuju ke arah motor, kemudian Bahri memboncengnya.Bahri menuju ke rumah seorang bidan yang membuka praktek di desa tersebut. Tidak butuh waktu lama, mereka telah sampai. Bahri bergegas menuntun Irani.“Assalamualaikum, Bu Bidan, tolong periksa
Semua orang sangat terkejut mendengar pertanyaan dari sepasang suami istri yang baru saja datang tersebut.Reynand dan Raymond saling melepaskan pelukan karena nama mereka dipanggil. Mereka menatap ke arah sumber suara. Reynand menatap sepasang suami istri paruh baya tersebut, dia mengernyitkan kening karena kebingungan sebab dia tidak mengenal mereka.Sementara Raymond, wajahnya sudah memucat. Dia menatap kedua orang tersebut dengan bibir yang gemetar. “Ayah mertua, Ibu mertua,” gumamnya.Ayunda yang berdiri tepat di sampingnya, bisa mendengar dengan jelas gumaman Raymond tersebut. Entah mengapa, perasaannya semakin tak menentu mendengar Raymond yang memanggil kedua orang tersebut dengan sebutan ayah mertua dan ibu mertua.“Raymond, jawab pertanyaan ibu. Di mana Irani, putriku?” ujar Bu Ina—Ibu Irani.“Iya, Nak Ray, mana Irani?” timpal Pak Ahmad—Ayah Irani.Raymond kehilangan kata-kata. Otaknya benar-benar buntu, sementara kedua orang tuanya menatap Raymond dan besannya secara bergan
Suara teriakan seorang lelaki menghentikan tindakan para pemuda tersebut. Mereka beralih menatap ke arah sumber suara.Ayunda sangat mengenal suara itu. Dia mendongakkan wajah dan menatapnya. “Tuan Raymond,” gumamnya.“Kalian ini juga seorang perempuan, tetapi kalian malah menertawakannya. Di mana hati nurani kalian sebagai sesama perempuan?!” Raymond berteriak pada rombongan gadis yang tadi menertawakan Ayunda.Setelah itu, Raymond pun mulai berkelahi dengan para pemuda itu, sedangkan Edo berlari meminta bantuan para pengunjung lainnya, yang kala itu masih berada di alun-alun tersebut.Tentu saja perkelahian tersebut tidak seimbang. Karena Raymond yang hanya seorang diri, melawan beberapa orang. Dia kewalahan dan menjadi bulan-bulanan. Tubuhnya sudah tergeletak di rerumputan, ditendang oleh mereka. Raymond menutup wajahnya dengan tangan agar wajahnya tidak semakin lebam.Ayunda yang melihat itu berlari ke arah Raymond. Dia memeluk kepalanya dengan erat seraya menangis. Dia tidak teg
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments