Hari-hari pun berlalu, kini saatnya Irani melangsungkan pernikahannya bersama pria yang bernama Raymond Rabbani yang ternyata merupakan kakak kandung dari Reynand Rabbani—sang mantan kekasih.
Akan tetapi, Reynand belum mengetahui bahwa Irani akan menikah dengan sang kakak. Begitu pula dengan Irani yang belum mengetahui bahwa Reynand dan Raymond adalah kakak dan adik.Reynand yang mendengar bahwa hari itu Irani akan menikah merasa sangat frustasi. Dia hari itu memilih pergi ke Kota Bandung untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau.Reynand pun menjadi pusat perhatian keluarganya karena di saat hari pernikahan sang kakak, mengapa Reynand justru pergi. Reynand beralasan bahwa dia sedang melakukan perjalanan bisnis yang tidak bisa ditinggalkan.Setelah ijab qobul selesai dan resepsi pernikahan yang sangat mewah itu pun telah usai, kini saatnya Irani diboyong untuk dibawa ke rumah sang suami. Irani berpamitan kepada ayah dan ibunya serta adiknya dengan bercucuran air mata. Dia merasa sangat sedih karena terpaksa menikah dengan Raymond."Ibu, Ayah, Irsyad, aku pamit. Aku akan ikut bersama suamiku. Jaga diri kalian dan jaga kesehatan kalian. Jika ada apa-apa, tolong hubungi aku," pinta Irani sekaligus berpamitan."Iya, 'Nak, kau juga harus menjaga kesehatanmu. Dan ingat, bahwa kau sekarang sudah menjadi seorang istri. Jadi, kau harus berbakti pada suamimu," nasehat Bu Ina."Apa yang dikatakan ibumu itu benar, 'Nak. Suamimu sekarang merupakan pengganti orang tuamu. Jadi, kau harus berbakti padanya," timpal Pak Ahmad."Iya, Yah, Bu. Kalau begitu, aku mohon pamit."Lalu setelah itu, Irani pun masuk ke dalam mobil bersama Raymond. Mobil pengantin mereka di kendarai oleh sopir pribadi keluarga Rabbani. Irani dan Raymond duduk di kursi belakang.Selama dalam perjalanan, mereka berdua saling berdiam diri. Raymond memperhatikan sang istri yang terlihat selalu murung dan tiada henti menangis. Namun, Raymond mendiamkannya saja karena dia memberi ruang waktu kepada Irani untuk beradaptasi dengan dunia baru dan keluarga baru.Tidak berapa lama kemudian, mereka pun telah sampai di rumah keluarga besar Rabbani. Irani menatap rumah yang sangat megah itu tanpa berkedip. Sungguh, betapa kaya rayanya suaminya tersebut. Namun, dia tidak merasakan kebahagiaan sama sekali walaupun sang suami bergelimang harta. Karena pernikahan mereka itu tanpa cinta. ***Satu minggu telah berlalu, kini Reynand telah kembali dari Kota Bandung. Sesampainya di rumah, Reynand langsung menuju ke dalam kamarnya. Dia belum mengetahui dan menyadari bahwa kakak iparnya itu merupakan Irani—sang mantan kekasih yang masih dia cintai hingga detik ini.Malam itu, Reynand yang sedang merasa kehausan turun menuju ke dapur untuk mengambil air minum. Karena persediaan air minumnya di dalam kamar telah habis.Ketika dia akan mengambil air minum di kulkas, tiba-tiba matanya tertuju pada sosok yang sedang berdiri di dapur yang sedang membuat kopi. Matanya menyipit melihat sosok itu karena dia sangat mengenali sosok tersebut walaupun hanya dari belakang.Perlahan, Reynand mendekati sosok perempuan yang sedang membuat kopi tersebut yang sangat ia yakini sebagai Irani, sementara perempuan tersebut saat berbalik dan sedang memegang segelas kopi sangat terkejut atas kehadiran Reynand.Prang!Suara gelas terjatuh dan kopi itu mengenai kaki Irani. Reynand yang melihat itu berniat akan menyentuh kaki Irani untuk membantunya, tetapi sebelum dia berhasil menyentuh kaki Irani, Raymond tiba-tiba datang. Kehadiran Raymond tersebut membuyarkan lamunan Irani dan Reynand."Sayang, ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Raymond.Reynand yang mendengar suara sang kakak yang memanggil mesra pada Irani, semakin dibuat terkejut. 'Sayang? Apa maksud Kak Ray memanggil Irani dengan sebutan, Sayang?' batinnya."Rey, kau sudah pulang dari Bandung?" tanya Raymond.Reynand yang sedang termenung itu terhenyak dan lamunannya pun seketika buyar. "Ah, iya, Kak, aku baru pulang," jawabnya.Kini, Irani yang dibuat terkejut mendengar Reynand memanggil Raymond dengan sebutan—kakak. 'Kakak? Mengapa Rey memanggil Mas Ray dengan sebutan, kakak?' batinnya."Kau ini bagaimana, Rey? Kakak menikah, tetapi kau malah pergi ke kuar kota. Kau malah lebih mementingkan urusan bisnis daripada kakakmu ini," celetuk Raymond."Maafkan aku, Kak. Karena aku benar-benar tidak bisa meninggalkan pekerjaan itu. Sebab, bisnis itu juga demi kelangsungan perusahaan keluarga kita," dusta Reynand.Reynand terpaksa berdusta demi menutupi masalah pribadinya. Matanya tidak pernah luput dari sang kakak dan juga Irani yang pada saat itu sang kakak tengah sibuk membersihkan kaki Irani dari bekas tumpahan kopi."Rey, perkenalkan, ini Irani, istriku, kakak iparmu. Sayang, perkenalkan, ini Reynand, adik kandungku, adikku satu-satunya," terang Raymond.Bagaikan dihantam beribu pukulan dan ditusuk beribu jarum, hati Reynand sangat sakit mendengarnya. Matanya berkaca-kaca sembari menatap Irani. Bagaikan disambar petir mendengar kabar tersebut bahwa ternyata istri dari sang kakak merupakan Irani—sang mantan kekasih dan wanita yang telah dinodainya.Begitu pula dengan Irani, dia sangat terkejut mendengar ucapan Raymond yang mengatakan bahwa Reynand merupakan adik kandungnya. Tiba-tiba, Raymond membopong tubuh Irani."Sayang, kakimu memerah. Ayo, kita ke kamar, aku akan mengobatimu." Raymond pun langsung melangkah menuju ke kamar.Mata Irani terus menatap Reynand yang masih berdiri mematung sembari menatapnya tanpa berkedip. Tanpa terasa, buliran bening itu pun jatuh membanjiri pipi Reynand. Ya ... Reynand menangis.Hatinya sangat sakit dan sedih melihat pemandangan tersebut. Bagaimana tidak, sang kakak dengan begitu mesranya membopong tubuh Irani, sementara Irani merupakan wanita yang sangat ia cintai dan sudah ia nodai.Reynand sudah tidak kuat lagi melihat pemandangan tersebut. Lalu, ia bergegas menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya. Namun, ketika ia melewati kamar Raymond, langkahnya terhenti di depan kamar sang kakak. Hatinya semakin terasa sakit ketika ia mendengar suara Raymond dan Irani."Akh ... sakit, Mas," desis Irani."Tenang, Sayang, aku sudah melakukannya dengan pelan-pelan sekali agar kau tidak merasa sakit," sahut Raymond.Suara itu terdengar begitu jelas di telinga Reynand. Kemudian, dia bergegas masuk ke dalam kamarnya dan dia pun langsung menyambar kunci mobilnya.Reynand langsung berlari menuruni anak tangga. Lalu, menuju ke parkiran. Reynand mengendarai mobil seperti orang kesetanan. Dia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Bayangan dan suara Irani dan Raymond tadi, masih menari-nari di pelupuk matanya dan juga masih terngiang-ngiang di telinganya."Aakkhh ... mengapa harus Irani?! Mengapa harus Kak Ray?!" Reynand berteriak sembari memukul-mukul setir mobil."Tuhan, mengapa kau mengujiku dengan ujian seperti ini? Ini sungguh sangat menyakitkan. Aku mengira bahwa laki-laki yang akan menikahi Irani itu adalah laki-laki lain, bukan kakakku!" Reynand berteriak histeris."Ternyata, laki-laki itu adalah kakakku sendiri, kakak kandungku. Dan Irani adalah wanita yang sangat aku cintai, tetapi kini dia menjadi kakak iparku!" imbuhnya yang benar-benar merasa sangat kesal dan emosi.Reynand yang tengah mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi itu, tidak bisa menghindari saat ada sebuah mobil truk yang dengan kecepatan tinggi berada di depannya.Reynand menghindari mobil truk tersebut dengan membanting setir ke kiri sehingga ia menabrak trotoar jalan. Wajah dan kepalanya berlumuran darah. TO BE CONTINUEDSudah 3 minggu semenjak Reynand mengalami kecelakaan, dia belum sadarkan diri dari koma. Reynand dirawat di ruang ICU agar kondisinya dapat terpantau secara intensif. Tubuhnya dipasang alat bantu napas untuk menjaga laju pernapasannya. Hingga saat ini, tubuh Reynand masih terlentang tak berdaya di brankar rumah sakit. Saat itu, kedua orang tua Reynand, Raymond, dan Irani, sedang berada di ruangan ICU untuk memantau perkembangan Reynand.Papa Rabbani dan Mama Risa, terlihat sangat terpukul melihat keadaan sang putra bungsu mereka yang lemah tak berdaya tersebut. Begitu pula dengan Raymond—sang kakak, dan Irani—sang mantan kekasih sekaligus kakak iparnya, mereka ikut terpuruk dan sangat terpukul sekali melihat kondisi Reynand. "Ma, Pa, lebih baik kalian pulang saja, biarkan aku dan Irani yang akan menjaga Rey," ujar Raymond."Tapi kalian juga butuh istirahat, 'Nak," sahut Mama Risa."Tidak apa, Ma. Mama dan Papa yang perlu beristirahat total.""Baiklah jika begitu, mama dan Papa pulang
"Siapa kau? Siapa mereka? Siapa kalian?" tanya Reynand.Irani, Raymond, Mama Risa, dan Papa Rabbani, sangat terkejut mendengar pertanyaan Reynand tersebut. Mereka langsung berlari menghampirinya."Rey, syukurlah kau sudah sadar, 'Nak," ujar Mama Risa."Iya, 'Nak, kami sangat mengkhawatirkanmu," timpal Papa Rabbani."Terima kasih, Tuhan karena kau telah menyembuhkan adikku," Raymond pun menimpali."Siapa kalian?" tanya Reynand kembali.Deg!Semua orang yang berada di tempat tersebut sangat terkejut mendengarnya. Mereka saling berpandangan satu sama lain. Bahkan, sejenak mereka melupakan ucapan Irani yang menyatakan bahwa Reynand yang telah menghamilinya. Kini, mereka tengah fokus pada Reynand yang terlihat sangat aneh sekali.Raymond langsung berlari ke luar untuk memanggil dokter. Tidak berapa lama kemudian, dokter pun datang bersama dua orang suster yang mendampinginya, sementara Mama Risa dan Papa Rabbani, terlihat sangat tegang dan cemas. Begitu pula dengan Irani, ia pun tak kalah c
"Irani! Apa yang telah kau lakukan terhadap putraku?!"Irani tersentak tatkala ia mendengar suara teriakan sang ibu mertua. Mama Risa bergegas menghampiri Reynand yang tengah kesakitan."Dasar wanita jalang! Tidak tahu malu! Kau pasti sengaja 'kan ingin menggoda putra bungsuku karena kau sedang mencari tumbal untuk menutupi anak harammu itu!" hardik Mama Risa.Betapa sakit dan hancurnya hati dan perasaan Irani, tatkala mendengar sumpah serapah yang dilontarkan oleh sang ibu mertua. Butiran bening telah membanjiri pipinya yang tirus."Ma, mengapa Mama berbicara seperti itu terhadap Kakak ipar? Bukankah bayi yang dikandungnya merupakan calon cucu Mama? Anak Kak Ray?" tanya Reynand.Mama Risa tidak menjawab pertanyaan Reynand, ia justru mengajak sang putra untuk kembali ke kamarnya. "Sudahlah, 'Nak, lebih baik kau beristirahat saja di kamarmu," ujar Mama Risa untuk mengalihkan pertanyaan Reynand."Iya, Ma," sahut Reynand patuh.Mama Risa membantu Reynand bangkit berdiri, kemudian, mereka
"Sedang apa kalian di dalam kamar mandi berduaan?!"Suara Mama Risa terdengar melengking. Dia tiba-tiba sudah berdiri di pintu kamar mandi. Betapa terkejutnya Irani dan ketakutannya pun semakin terpancar dari wajahnya karena kini dia dipergoki tengah berduaan di dalam kamar mandi bersama Reynand—adik iparnya, yang merupakan mantan kekasihnya itu."Dasar tidak tahu malu kau, ya! Dasar wanita jalang. Apa-apaan kau ini, Irani? Ingat! Bahwa Rey adalah adik iparmu! Jadi, kau tidak pantas jika ingin menggodanya!" teriak Mama Risa.Irani hanya menundukkan wajahnya, air mata pun sudah berlinangan membasahi pipinya. Dia tidak berani untuk mengangkat wajahnya untuk melihat wajah sang ibu mertua. Tubuhnya gemetaran dan keringat dingin pun sudah membanjiri tubuhnya."Kau benar-benar tidak tahu diri, ya! Kau mencari kesempatan dan memanfaatkan putra bungsuku untuk kau jadikan tumbal sebagai ayah biologis dari anak harammu itu!" dada Mama Risa terlihat naik turun karena dia sedang dilanda emosi. "K
Pagi itu, Irani sedang membersihkan halaman belakang rumah. Dia sedang menyapu dedaunan kering yang sangat banyak. Karena di belakang rumah keluarga Rabbani tersebut terdapat kebun buah-buahan.Sebenarnya, di kediaman keluarga Rabbani itu ada banyak asisten rumah tangga dan mereka memiliki peran masing-masing atau tugas masing-masing. Namun, semenjak Irani ketahuan hamil bukan anak Raymond maka sejak saat itu pula, Mama Risa—sang ibu mertua, selalu menghukumnya dan memperlakukannya seperti pembantu.Semua pekerjaan pembantu di rumah tersebut, Irani lah yang harus mengerjakannya, sementara Raymond yang kecewa dan masih marah pada Irani, tidak mempedulikan hal tersebut, dia justru selalu menunjukkan kebenciannya terhadap sang istri.Ketika Irani sedang menyapu di bawah pohon mangga dan sedang berbuah lebat, dia melihat ke atas pohon tersebut. Di atas pohon itu terlihat berjuntaian buah mangga yang masih muda-muda. Irani menelan air liurnya sembari mengusap-usap perutnya. 'Sepertinya ena
"Irani! Apa yang tengah kau lakukan?!"Suara teriakan Mama Risa terdengar melengking. Irani seketika melepaskan dirinya dari tubuh Reynand. Reynand dan Irani langsung bangkit. Mereka melihat kedatangan Mama Risa yang tergesa-gesa dengan wajah yang sudah memerah."Irani, apa yang kau lakukan terhadap putraku?!" Mama Risa kembali berteriak."Ma, a-aku —" "Aku apa?" Mama Risa langsung menyela ucapan Irani."Ma, jangan marah pada kakak ipar, dia tidak bersalah," Reynand menimpali.Seketika Mama Risa menatap Reynand. Matanya terbelalak ketika melihat wajah dan tubuh putra bungsunya itu sudah merah dan dipenuhi bentol. "Ya, Tuhan, Rey, kau kenapa, Nak? Apa yang terjadi padamu?" tanya Mama Risa dengan cemas.Mata Mama Risa melihat ke arah buah mangga yang tergeletak di tanah dan dia melihat tangga yang masih berdiri di pohon mangga tersebut. Mama Risa menatapnya lama, lalu matanya beralih menatap ke arah Irani."Ini pasti perbuatanmu 'kan, wanita jalang? Kau 'kan yang menyuruh putraku untuk
"Rey, Irani, kalian sedang apa duduk berdua di gazebo belakang rumah?!"Reynand dan Irani yang sedang menikmati rujak buah mangga muda tersebut, seketika tersentak mendengar suara Raymond yang tiba-tiba sudah berdiri di dekat gazebo.“Kak Ray,” ucap Reynand.“Mas, kau sudah pulang?” tanya Irani.Raymond menatap Reynand dan Irani dengan tajam karena pada saat itu Reynand masih bertelanjang dada. “Kalian sedang apa? Dan kau, Rey, mengapa kau bertelanjang dada seperti itu? Apa yang terjadi?” tanya Raymond.“Ah … maaf, Kak, tadi Kakak ipar menginginkan mangga muda yang ada di atas pohon. Jadi, aku berinisiatif menolongnya untuk mengambilkan buah mangga muda tersebut,” jawab Reynand, “Tetapi karena di pohon mangga itu banyak serangga sehingga aku digerogoti serangga. Makanya aku membuka bajuku,” imbuhnya.“Oh, begitu!” ucap Raymond dengan ketus.Raymond menatap Irani dengan tatapan yang jijik, sedangkan Irani hanya menundukkan kepalanya. Dia tidak berani untuk membalas tatapan sang suami. R
Setelah Reynand keluar dari kamar pembantu tersebut, Irani kembali menumpahkan tangisannya. Dia masih membayangkan perempuan yang tadi datang ke rumah bersama Raymond dan bergelayut manja dengan suaminya tersebut. ‘Siapa perempuan itu sebenarnya? Mengapa dia bersikap manja pada Mas Ray. Jika hanya sekretaris, tidak akan mungkin dia bersikap seperti itu,’ batin Irani, ‘Apakah dia tidak tahu bahwa aku adalah istrinya Mas Raymond dan apakah Mas Raymond tidak memberitahu bahwa dia sudah memiliki istri,’ batin Irani kembali.Irani masih sesenggukkan. ‘Ya Tuhan, begitu berat cobaan hamba setelah menikah. Apakah hamba mampu menghadapi ujian ini untuk seterusnya? Bagaimana dengan nasib dan masa depan anakku nanti, Tuhan,’ Irani kembali membatin.“Enak sekali, ya, pagi-pagi begini kau sudah tidur di kamar!”Suara Mama Risa terdengar melengking. Irani yang kala itu sedang membaringkan tubuhnya, seketika terduduk. Dia langsung mengusap air matanya dan langsung berdiri. “Maaf, Ma, aku … aku sedan