Share

3.Pernikahan Irani dan Raymond

Hari-hari pun berlalu, kini saatnya Irani melangsungkan pernikahannya bersama pria yang bernama Raymond Rabbani yang ternyata merupakan kakak kandung dari Reynand Rabbani—sang mantan kekasih.

Akan tetapi, Reynand belum mengetahui bahwa Irani akan menikah dengan sang kakak. Begitu pula dengan Irani yang belum mengetahui bahwa Reynand dan Raymond adalah kakak dan adik.

Reynand yang mendengar bahwa hari itu Irani akan menikah merasa sangat frustasi. Dia hari itu memilih pergi ke Kota Bandung untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau.

Reynand pun menjadi pusat perhatian keluarganya karena di saat hari pernikahan sang kakak, mengapa Reynand justru pergi. Reynand beralasan bahwa dia sedang melakukan perjalanan bisnis yang tidak bisa ditinggalkan.

Setelah ijab qobul selesai dan resepsi pernikahan yang sangat mewah itu pun telah usai, kini saatnya Irani diboyong untuk dibawa ke rumah sang suami. Irani berpamitan kepada ayah dan ibunya serta adiknya dengan bercucuran air mata. Dia merasa sangat sedih karena terpaksa menikah dengan Raymond.

"Ibu, Ayah, Irsyad, aku pamit. Aku akan ikut bersama suamiku. Jaga diri kalian dan jaga kesehatan kalian. Jika ada apa-apa, tolong hubungi aku," pinta Irani sekaligus berpamitan.

"Iya, 'Nak, kau juga harus menjaga kesehatanmu. Dan ingat, bahwa kau sekarang sudah menjadi seorang istri. Jadi, kau harus berbakti pada suamimu," nasehat Bu Ina.

"Apa yang dikatakan ibumu itu benar, 'Nak. Suamimu sekarang merupakan pengganti orang tuamu. Jadi, kau harus berbakti padanya," timpal Pak Ahmad.

"Iya, Yah, Bu. Kalau begitu, aku mohon pamit."

Lalu setelah itu, Irani pun masuk ke dalam mobil bersama Raymond. Mobil pengantin mereka di kendarai oleh sopir pribadi keluarga Rabbani. Irani dan Raymond duduk di kursi belakang.

Selama dalam perjalanan, mereka berdua saling berdiam diri. Raymond memperhatikan sang istri yang terlihat selalu murung dan tiada henti menangis. Namun, Raymond mendiamkannya saja karena dia memberi ruang waktu kepada Irani untuk beradaptasi dengan dunia baru dan keluarga baru.

Tidak berapa lama kemudian, mereka pun telah sampai di rumah keluarga besar Rabbani. Irani menatap rumah yang sangat megah itu tanpa berkedip. Sungguh, betapa kaya rayanya suaminya tersebut. Namun, dia tidak merasakan kebahagiaan sama sekali walaupun sang suami bergelimang harta. Karena pernikahan mereka itu tanpa cinta.

***

Satu minggu telah berlalu, kini Reynand telah kembali dari Kota Bandung. Sesampainya di rumah, Reynand langsung menuju ke dalam kamarnya. Dia belum mengetahui dan menyadari bahwa kakak iparnya itu merupakan Irani—sang mantan kekasih yang masih dia cintai hingga detik ini.

Malam itu, Reynand yang sedang merasa kehausan turun menuju ke dapur untuk mengambil air minum. Karena persediaan air minumnya di dalam kamar telah habis.

Ketika dia akan mengambil air minum di kulkas, tiba-tiba matanya tertuju pada sosok yang sedang berdiri di dapur yang sedang membuat kopi. Matanya menyipit melihat sosok itu karena dia sangat mengenali sosok tersebut walaupun hanya dari belakang.

Perlahan, Reynand mendekati sosok perempuan yang sedang membuat kopi tersebut yang sangat ia yakini sebagai Irani, sementara perempuan tersebut saat berbalik dan sedang memegang segelas kopi sangat terkejut atas kehadiran Reynand.

Prang!

Suara gelas terjatuh dan kopi itu mengenai kaki Irani. Reynand yang melihat itu berniat akan menyentuh kaki Irani untuk membantunya, tetapi sebelum dia berhasil menyentuh kaki Irani, Raymond tiba-tiba datang. Kehadiran Raymond tersebut membuyarkan lamunan Irani dan Reynand.

"Sayang, ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Raymond.

Reynand yang mendengar suara sang kakak yang memanggil mesra pada Irani, semakin dibuat terkejut. 'Sayang? Apa maksud Kak Ray memanggil Irani dengan sebutan, Sayang?' batinnya.

"Rey, kau sudah pulang dari Bandung?" tanya Raymond.

Reynand yang sedang termenung itu terhenyak dan lamunannya pun seketika buyar. "Ah, iya, Kak, aku baru pulang," jawabnya.

Kini, Irani yang dibuat terkejut mendengar Reynand memanggil Raymond dengan sebutan—kakak. 'Kakak? Mengapa Rey memanggil Mas Ray dengan sebutan, kakak?' batinnya.

"Kau ini bagaimana, Rey? Kakak menikah, tetapi kau malah pergi ke kuar kota. Kau malah lebih mementingkan urusan bisnis daripada kakakmu ini," celetuk Raymond.

"Maafkan aku, Kak. Karena aku benar-benar tidak bisa meninggalkan pekerjaan itu. Sebab, bisnis itu juga demi kelangsungan perusahaan keluarga kita," dusta Reynand.

Reynand terpaksa berdusta demi menutupi masalah pribadinya. Matanya tidak pernah luput dari sang kakak dan juga Irani yang pada saat itu sang kakak tengah sibuk membersihkan kaki Irani dari bekas tumpahan kopi.

"Rey, perkenalkan, ini Irani, istriku, kakak iparmu. Sayang, perkenalkan, ini Reynand, adik kandungku, adikku satu-satunya," terang Raymond.

Bagaikan dihantam beribu pukulan dan ditusuk beribu jarum, hati Reynand sangat sakit mendengarnya. Matanya berkaca-kaca sembari menatap Irani. Bagaikan disambar petir mendengar kabar tersebut bahwa ternyata istri dari sang kakak merupakan Irani—sang mantan kekasih dan wanita yang telah dinodainya.

Begitu pula dengan Irani, dia sangat terkejut mendengar ucapan Raymond yang mengatakan bahwa Reynand merupakan adik kandungnya. Tiba-tiba, Raymond membopong tubuh Irani.

"Sayang, kakimu memerah. Ayo, kita ke kamar, aku akan mengobatimu." Raymond pun langsung melangkah menuju ke kamar.

Mata Irani terus menatap Reynand yang masih berdiri mematung sembari menatapnya tanpa berkedip. Tanpa terasa, buliran bening itu pun jatuh membanjiri pipi Reynand. Ya ... Reynand menangis.

Hatinya sangat sakit dan sedih melihat pemandangan tersebut. Bagaimana tidak, sang kakak dengan begitu mesranya membopong tubuh Irani, sementara Irani merupakan wanita yang sangat ia cintai dan sudah ia nodai.

Reynand sudah tidak kuat lagi melihat pemandangan tersebut. Lalu, ia bergegas menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya. Namun, ketika ia melewati kamar Raymond, langkahnya terhenti di depan kamar sang kakak. Hatinya semakin terasa sakit ketika ia mendengar suara Raymond dan Irani.

"Akh ... sakit, Mas," desis Irani.

"Tenang, Sayang, aku sudah melakukannya dengan pelan-pelan sekali agar kau tidak merasa sakit," sahut Raymond.

Suara itu terdengar begitu jelas di telinga Reynand. Kemudian, dia bergegas masuk ke dalam kamarnya dan dia pun langsung menyambar kunci mobilnya.

Reynand langsung berlari menuruni anak tangga. Lalu, menuju ke parkiran. Reynand mengendarai mobil seperti orang kesetanan. Dia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Bayangan dan suara Irani dan Raymond tadi, masih menari-nari di pelupuk matanya dan juga masih terngiang-ngiang di telinganya.

"Aakkhh ... mengapa harus Irani?! Mengapa harus Kak Ray?!" Reynand berteriak sembari memukul-mukul setir mobil.

"Tuhan, mengapa kau mengujiku dengan ujian seperti ini? Ini sungguh sangat menyakitkan. Aku mengira bahwa laki-laki yang akan menikahi Irani itu adalah laki-laki lain, bukan kakakku!" Reynand berteriak histeris.

"Ternyata, laki-laki itu adalah kakakku sendiri, kakak kandungku. Dan Irani adalah wanita yang sangat aku cintai, tetapi kini dia menjadi kakak iparku!" imbuhnya yang benar-benar merasa sangat kesal dan emosi.

Reynand yang tengah mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi itu, tidak bisa menghindari saat ada sebuah mobil truk yang dengan kecepatan tinggi berada di depannya.

Reynand menghindari mobil truk tersebut dengan membanting setir ke kiri sehingga ia menabrak trotoar jalan. Wajah dan kepalanya berlumuran darah.

TO BE CONTINUED

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status