Share

PART II Jatuh Cinta Diam-Diam

“Jatuh cinta memang tidak mudah, tetapi jatuh cinta diam-diam jauh lebih susah”

Semesta memang sering bercanda. Ternyata ketika Arga mengajak Alana berbicara di depan laboratorium fisika untuk membicarakan perjanjian paling gila di dunia, Alfa yang mengetahui mereka seolah berbicara hal serius, kemudian menjadi penasaran. Alfa ingin tahu mengapa Alana berbicara berdua dengan Arga? Apa hubungan diantara mereka? Perlahan Alfa mulai mendekati Alana.

Alfarion, sebut saja Alfa, cowok yang mendominasi seantero SMA Nusantara, hingga semua guru dan siswa mengenalnya. Dia tidak hanya memberi kepada sekolahnya sebuah prestasi, akan tetapi juga memberi Alana suatu luka di hati. Alfarion mengukir banyak kenang di ingatan banyak orang. Begitu melekat hingga menjadi sekat untuk Alana meninggalkan masa lalu yang pekat. 

[POV Alana]

Pagi ini pagi yang langka bagiku. Perlahan tapi pasti, dan mulai kusadari dia telah membawaku pada suatu tualang yang tak bisa aku kendalikan. Aku layaknya jatuh cinta pada dia. Dan tak kusangka rasa itu membuatku berjalan jauh mencari tahu.

Setengah bulan pun berlalu. Dan itu cukup mengaburkan segalanya. Aku adalah orang yang percaya dengan kekuatan harapan dan mimpi. Aku takut menyimpan harap yang berlebihan untuknya. Apalagi bermimpi untuk memilikinya. Rasanya biarlah semua berjalan seperti ini. Biarlah aku mencintainya dengan caraku sendiri. Yang membiarkan dia hidup, dalam ruang-ruang yang tidak pernah orang lain ketahui. Hanya Tuhan dan aku yang boleh tahu tentang ini. 

Aku tidak mengaharuskan dia tahu. Bahkan mengharuskan dia untuk membalas perasaan itu. Untuk saat ini cukuplah perasaan ini bahagia. Dengan caraku yang teramat sederhana. Dengan hanya melihatnya sepersekian detik. Selebihnya biar Tuhan yang menentukan akhirnya.

Dia telah mengenalkanku pada satu asa dari sebuah rasa. Yang sebenarnya menyakitkan, tapi begitu menyenangkan. Perasaan jatuh cinta diam-diam. Saat melihatnya dengan orang lain, hatiku terasa tecabik.

Logika melarangku untuk cemburu. Aku tidak pernah berhak untuk hal itu. Logika pun tidak pernah berjalan beriringan dengan hati. Ia selalu berlawanan. Seperti hitam dan putih, baik dan buruk, kanan dan kiri. Logika selalu memintaku untuk menyerah dan berhenti bermimpi. 

Berhari-hari kucoba menyibukkan diri dan berusaha melupakannya. Tetapi, seperti yang aku katakan, Sekuat apapun logika menyuruhku untuk menyerah. Tetapi, hati selalu memiliki kekuatan untuk menyimpan perasaan. Dan logika pun kalah. Hati terus menyuruhku untuk tidak memendam rasa ataupun harapan. Seredup apapun harapan, ia tetaplah harapan. Aku ingin menggapai harapan itu. Sebelum akhirnya ia redup. Bahkan menjadi harapan manusia lain. 

Aku tidak pernah menyangkal bahwa aku selalu memikirkan tentang bertemu dengan seseorang hanyalah kebetulan ataukah sebuah suratan takdir. Akan tetapi, siapa yang tahu, kalau pertemuan kami saat itu bukan hanya sebuah kebetulan. Pertemuan kami saat itu membuat kami menjadi teman akrab, bahkan sahabat dekat yang akhirnya menjadi saling membutuhkan dan melindungi satu sama lain.

Aku pun satu sekolah bahkan satu kelas dan satu jurusan dengannya, yang membuat kami semakin memahami satu sama lain dan juga saling membutuhkan. SMA Nusantara tepatnya.

"Dia populer?" tanya salah satu teman Alana padanya

"Dimataku iya. Dia populer karena ekstra volly yang ditekuninya dan olimpiade matematika yang disukainya. Banyak sekali teman-temanku SMP yang penasaran tentangnya. Terlebih lagi teman-temanku cewek selalu bertanya akan suatu hal darinya padaku. Yang membuatku semakin berurusan terus dengannya." jawab Alana

Awalnya semua itu hanya aku anggap sebagai angin lewat saja. Sayangnya, diriku ikut terjebak dalam pesonanya. Aku tidak pernah lupa saat-saat dimana aku mulai merasakan getar-getar perasaan itu. Awalnya, aku tidak menyadari perasaan itu. Sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, perasaan itu lama-kelamaan tumbuh dan lama-kelamaan membesar. Aku menjadi cemburu setiap ada cewek yang terlalu dekat dengannya. Yang tadinya pertanyaan dari temanku aku respon dengan biasa saja, kini menjadi sinis. Perlahan-lahan aku mulai sadar bahwa perasaan ini adalah perasaan yang istimewa. 

Sepertinya aku jatuh cinta padanya.

Cintaku yang pertama. Getar-getar yang berbeda selalu muncul, saat benakku membayangkan sosoknya. Telingaku seakan sanggup mendengar bunyi detak jantungku yang sangat keras, saat mendengar nama itu disebut. Degup jantungku pun bertempo lebih cepat dari lagu apapun yang ada di dunia ini, jika aku berada di dekatnya. Semua seakan menjadi gila. Perasaan itu sungguh tidak tertahankan. Memendamnya hanya akan menyesakkan. 

Aku selalu ingin berada bersamanya. Selalu ada di sisinya. Semakin hari debaran itu terus bertambah. Waktu selalu menambahkan debarnya setiap detik. Aku juga terus berusaha mengubah perasaan itu. Perasaan agar biasa saja, namun sia-sia. Perasaan itu semakin tumbuh besar. Semakin hari, aku semakin kagum padanya. Terlalu sulit bagiku untuk tidak mengagumi kemampuannya dan menatap wajah orientalnya.

Tidak ada yang benar-benar mengetahui. Kalau perasaanku padanya sudah bukan lagi sebatas perasaan teman biasa. Ku sembunyikan rapat-rapat perasaan itu. Ku segel dengan kunci. Yang hanya bisa dibuka oleh waktu secara perlahan. Karena aku tahu, rahasia tak akan tersimpan untuk selamanya. 

Semua tentang dia dan perasaanku adalah sesuatu yang serius untuk dipikirkan. Namun, itu hanya sudut pandangku. Sudut pandang Alana. Semua memanglah rumit. Mengubah keadaan pertemanan kami, yang sudah sedekat ini, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mencintainya diam-diam sudah cukup rumit buatku. Apalagi memikirkan untuk mengatakannya.

Ah tidak!

Aku ini perempuan. Dimana takdir perempuan hanyalah menunggu hingga laki-laki yang disukainya peka. Dan lazimnya perempuan adalah untuk diperjuangkan bukan memperjuangkan. 

Semuanya menjadi rumit bagaikan benang kusut. Yang tak akan kunjung kutemukan mana ujungnya. Kami sudah terlanjur seperti es yang mencair. Butuh usaha lagi untuk mengubah wujudnya menjadi padat.

Benar, aku tidak bisa terus menerus menyimpan perasaanku padanya. Aku tidak bisa selamanya diam-diam mencintainya. Lalu berpura-pura tidak memiliki perasaan kepadanya. Suatu saat aku ingin dia tahu tentang perasaanku ini. Namun, sekali lagi, semua ini begitu rumit. Terutama hubungan kami yang sudah terlanjur seperti ini. Sudah terlanjur dekat dan nyaman dengan status pertemanan kami. Namun, aku tetap harus menyelesaikan semuanya. Aku harus menyelesaikan langkah yang kuambil sejak awal. Tidak ada langkah untuk kembali lagi.

Aku mengakui, sebenarnya selama ini, aku hanya terlalu takut untuk mengubah hal-hal itu. Jika nantinya tidak sesuai harapan. Aku masih takut dengan semua risiko. Yang seharusnya kutanggung sejak awal. Aku belum siap menerima semuanya jika memang benar-benar gagal. Memang perasaan ini cukup sederhana. Tetapi, tidak sama seperti hubungan kami yang semakin tidak jelas ini. Salah sedikit. Segalanya bisa berubah menjadi buruk. Dan menghancurkan sesuatu yang bahkan sudah tegak dan mantap berdiri. Hubungan kami tidak sesederhana sebuah pertemanan. 

Kami adalah dua insan yang tumbuh bersama, saling membutuhkan satu sama lain. Sadar tidak sadar kami akan merasa kehilangan jika berpisah. Atau itu hanya perasaanku saja. Sesuatu yang selalu aku takutkan. Tatapannya yang hangat penuh canda tadi hilang. Digantikan oleh tegangan yang kini mendominasi atmosfer sekitar sini.

Sorot mata yang begitu teduh dan tajam yang begitu kukagumi. Sejak menyadari itu, menatapku dalam-dalam, aku hanya bisa menatapnya.

Diam.

Terpana.

Tidak ada sepatah kata pun yang meluncur keluar dari mulutku. Pikiranku kacau balau. Hatiku mengempis seketika. Saat itu juga kedua mataku memanas. Karena air mata yang mendesak keluar. Namun, masih kutahan. Bulir-bulir bening yang sempat aku tahan tadi, tidak mau lagi ku tahan. 

Benteng yang menahan air mataku hancur seketika, mengalir deras di pipiku. Skenario mengerikan. Yang ku bayangkan ketika dia tidak lagi di sisiku, kini kian membayangiku. Ketakutan akan kehilangannya kini didepan mata. Tangisku kemudian semakin menjadi, ketika teringat akan pertemuan pertama kami. Disitu waktu menyembunyikan. Apa yang akan terjadi dengan rapi. Dua insan yang polos itu, tidak akan pernah tahu kalau mereka akan terlibat dalam sebuah tali pertemanan dan salah seorang dari mereka akan mencintai yang lain lebih dari seharusnya. Setelah itu kini mereka akan dipisahkan.

Drama yang hebat.

Hubungan kami sekarang berantakan. Seperti yang ku takutkan. 

Setelah itu, dia tidak pernah lagi berbicara kepadaku. Saat bertemu di sekolah, kami hanya mengabaikan satu sama lain. Tidak ada yang berani menyapa lebih dulu.

Mungkin...dia marah padaku.

Kini aku semakin mengerti makna “Bunga di atas batu dibakar sepi”. Bunga ibaratnya adalah perasaan lebih dari teman. Bunga tidak sewajarnya tumbuh di atas batu, bunga pada umumnya tumbuh di atas tanah. Kalau bunga tersebut menyalahi aturannya dan tetap tumbuh di atas batu, maka akan dibakar sepi. Hubungan pertemanan akan menjadi canggung, sepi, sunyi, dan berubah. Terkadang banyak orang mengalami dan menyesali akan hal ini. 

Aku tak menyangka, jika aku akan merasakan hal itu di masa putih abu-abuku. Ketakutanku yang kedua terjadi. Kami berubah. Semuanya berubah. Betapa indahnya drama ini. Dua hal yang seharusnya ku hindari sebisanya, justru datang sekaligus. Dia sudah tidak selalu ada untukku, bahkan dia semakin menjauh. Dan hubungan kami sudah tidak sama lagi.

Sekali lagi, semuanya berubah.

Mengapa semuanya menjadi seperti ini?

Aku berusaha menganggap tidak ada apa-apa. Sebelumnya, kegiatanku di luar sekolah aku buat sepadat mungkin. Aku mengambil banyak kegiatan ekstrakulikuler. Tidak peduli lelah atau apapun. Hanya berusaha mencari kegiatan, agar tidak terus memikirkannya. Semua tugas OSIS dan Rohis aku lakukan semaksimal mungkin. Aku menjadi lebih parah. Setelah tidak ada kesibukan-kesibukan itu. Tujuan dari kesibukanku yang luar biasa itu, selain berusaha agar tidak memikirkannya, adalah supaya ketika di  atas tempat tidur, aku bisa langsung terlelap. Namun, tidak selalu berhasil juga. 

Terkadang semalaman suntuk aku tidak tertidur. Karena menangis melihat hubunganku dengannya sekarang. Satu windu kita tanpa komunikasi. Tanpa sapa. Menganggap seakan semua tak ada apa-apa. Jujur, aku merindukannya. Ingat lelucon dan humornya. Yang dingin diluar. Lalu, tiba-tiba berubah menjadi konyol dan hangat, ketika hanya berdua denganku. Awan badai langsung memporak-porandakan hatiku.

"Apa kabar Alfarion?" tanya Alana dalam hati

Aku sangat rindu. Rindu itu memang curang.

Setiap hari selalu bertambah, tetapi aku tidak bisa mencegah.

Dan rindu sekarang sudah menjadi urusanku, padahal dia yang menyebabkannya. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status