“Ada banyak pilihan warna dalam pelangi, merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu, tetapi hatiku jatuh padamu dengan rasa yang kelabu”
[POV Alana]
Aku ingin bercerita, tentang hidupku. Bukan putih juga tidak melulu hitam. Sebutlah abu-abu. Masa dimana aku mulai mengenal kamu. Kamu yang mengajarkanku apa arti rindu. Kamu menguasai aku dengan pesonamu. Kamu menenggelamkan aku dengan tatapanmu. Aku sungguh takut jika kehadiranmu menciptakan cinta. Jujur, aku adalah salah satu dari sejuta perempuan yang takut jatuh cinta. Karena ujung dari cinta hanyalah luka.
Takut jatuh, aku lelah rapuh. Untuk kesekian kalinya.
Setelah mengenalmu, aku menjadi perempuan yang lebih ceria, suka berbagi tawa, dan selalu berharap kamu penyebab tawa. Kamu selalu mengerti caranya menghapus kalut dan luka dihati. Caramu untuk menghibur memang berbeda. Hingga aku sulit menahan untuk tidak tertawa. Kini, sulit mengendalikan rasa dan mulai sering bertanya-tanya,
"Apakah candamu yang terucap dalam kata, juga terselip cinta disana?"
Disini aku menanti, namun seakan kamu tak peduli.
Disini aku merindu, namun seolah kamu pura-pura tak tahu.
Disini aku mendoa, agar aku dan kamu menjadi kita, tetapi sedihnya kamu hanya menganggapku sebagai teman biasa.
Disini aku menjaga hati, namun kamu malah melangkah pergi.
Ketika kamu menawarkan cerita baru, aku mengangguk setuju.
Kamu tidak ragu mengenalkan aku pada duniamu.
Aku pun tidak ragu berbagi cerita hidup denganmu.
Kita sudah saling tahu, terlalu banyak tahu.
Melampaui dari yang seharusnya diketahui oleh sebatas teman.
Namun, masih ada satu hal yang tidak aku tahu, perasaanmu.
Dalam candamu, ada sesuatu yang lain. Sejak pertama berkenalan, aku menjadi tahu kamu adalah penyelamat hariku yang kelabu. Harusnya sekarang aku sibuk. Namun, aku seringkali merindumu, tanpa tapi, tanpa basa-basi. Kamu seringkali menanggapi, sesekali juga tidak peduli.
"Ah, memangnya apa pentingnya aku dalam hidupmu?" Alana mendengus kesal
Sebagai teman aku tidak berhak apa-apa. Sebagai teman aku tidak selayaknya mengaharap menjadi siapa-siapa.
Sejujurnya, aku tidak mampu menahan diri. Kamu terlanjur menerobos ke dalam hati. Menghapus sepi. Membangun mimpi. Memberi pelangi. Aku tidak pernah sabar menunggu waktu pertemuan kita lagi. Kamu mengenalkanku pada cinta sekaligus luka.
Aku selalu tidak ingin menunggu sampai Tuhan berbaik hati menyatukan kita lagi. Dalam setiap suara hati hanya namamu yang dengan lantang aku Aamiini. Mengapa kamu begitu sibuk? Aku sudah terbiasa jika kamu menghilang lagi. Apakah ini caramu memberitahuku tentang sosok yang selalu ingin datang dan pergi? Bahwa kamu memang tidak ingin aku berada di sisi? Rasa rindu ini menemukan titik temu di kamu, sayangnya rasa rindumu belum tentu untukku.
Sepertinya dengan atau tanpa aku, hidupmu akan sama saja. Perpisahan ini jelas tidak akan menyakitimu, tetapi jelas menghujam untukku. Menyukaimu adalah kesalahanku. Mencintaimu adalah kelemahanku. Kamu pandai dalam meninggalkan. Kamu juara dalam memberi harapan.
“Aku yang sempat kamu letakkan di tempat yang seakan penting, sekarang sudah berada di tempat paling asing.” mata Alana mulai berkaca-kaca
Bahagiakah kamu melihatku jatuh bangun mengikhlaskanmu pergi?
Kamu adalah harapan yang paling mencemaskan.
Kamu adalah sebesar-besarnya ketakutan.
Dan kamu, adalah bagian dalam hidupku yang sulit dilupakan.
[POV Alfarion]
Alana.
Satu kata yang cukup membuat Alfa merasa tertantang untuk mencari tahu kehidupan dan bahkan ingin menjadi bagian hidupnya. Mengapa hari-harinya di sekolah begitu ceria? Mengapa dia mudah bergaul dengan siapapun? Mengapa banyak cowok yang ingin dekat dengannya?
“Alana, siapa sebenarnya kamu?” Bisik Alfa dalam hati kecilnya.
Sesampainya di kelas Alfa mencari informasi terkait Alana melalui ponselnya. Alana adalah anak sosial yang terkenal di SMA Nusantara tetapi selalu berkata biasa saja jika ada yang memujinya. Unik dan berbeda. Cewek ini memancarkan aura bahagia bagi orang di sekitarnya. Pisces. Kerapkali memikirkan kebagiaan orang lain daripada kebahagiaanya sendiri. Suka berkorban demi persahabatan.
“Dasar lilin” Alfa mendengus kesal pda ponselnya karena mengamati Alana begitu baik, manis, dan polos.
Lilin adalah ungkapan dari Alfa untuk Alana.
Suatu ketika pulang sekolah dan Alana sedang menunggu jemputan di depan gerbang, Alfa tidak sengaja bertemu dengannya dan mengajak berbincang.
“Hai Alana, aku mau nanya, kamu itu seperti apa?” Tanya Alfa
“Maksudnya?” Alana bertanya kembali pada Alfa yang tiba-tiba menanyakan sesuatu yang sangat tidak jelas
“Ibarat air, bunglon, dan lilin kamu seperti apa?” Terang Alfa
“Lilin” Jawab Alana dengan singkat
“Kenapa?” Rasa penasaran Alfa semakin tidak tertahankan
“Karena lilin selalu memberi sinar untuk mengusir kegelapan di sekitarnya” Jelas Alana
“Walaupun lilin lama-kelamaan akan habis? Kamu rela berkorban demi orang lain?” Selidik Alfa
“Aku tahu dan hatiku berkata seperti itu, Alfa” Pungkas Alana
Alfa terdiam mendengar jawaban Alana, hatinya berdecak kagum dengan sosok yang sedang ada di hadapannya dengan kelembutan hati yang di miliki. Tiba-tiba Alana menanyakan hal yang sama.
“Kalau kamu seperti apa?” Tanya Alana pada Alfa
“Bunglon” Jawab Alfa dengan tegas
“Kamu suka berubah?” Alana mulai curiga
“Lebih tepatnya mudah beradaptasi di segala kondisi” Jelas Alfa
“Oh iya? Yakin?” Selidik Alana dengan sedikit menahan tawa
“Iya Alana, kamu tidak percaya padaku?” Tanya Alfa kembali
“Kenapa aku harus percaya padamu?” Alana tersenyum
“Dalam waktu dekat kamu akan dengan sendirinya menghapus kata kenapa dan harus pada ucapanmu itu” Alfa memulai aksinya untuk mencoba masuk ke dunia Alana
“Maksudnya?” Alana merasa bingung
“Suatu saat kamu akan menyadari, Alana” Jawab Alfa dengan teka-teki
“Bicaralah to the point, Alfa” Pinta Alana
Alih-alih menjawab pertanyaan Alana, Alfa menengok ke arah kanan dan memberitahu bahwa dia sudah dijemput.
“Kamu sudah dijemput, itu bundamu bukan?” Tanya Alfa sambil menebak dengan rasa percaya diri
“Kamu tahu darimana itu bunda?” Alana semakin tidak paham seberapa luas wawasan Alfa selama ini, apa karena itu dia menjadi berprestasi.
“Dari sorot matanya, tetapi kamu lebih manis dari bunda karena punya lesung pipi” Alfa mulai menggoda Alana, tetapi sebenarnya Alfa sedang mengutarakan hal yang sebenarnya
Akan tetapi, Alana tidak tertarik dengan rayuan Alfa di senja. Alana hanya tersenyum lalu segera menghampiri bunda dan pulang bersama. Alfa tampak melambaikan tangan dari kejauhan dengan tersenyum.
Selama perjalanan pulang, angkasa begitu biru dan elok. Intuisinya mengudara pada indahnya cakrawala. Ditemani sumburat warna jingga yang mempesona. Alana merasa bahagia mengenal Alfa, padahal baru sebentar mereka berbicara.
Setelah dari depan gerbang sekolah, Alfa menuju ke temapt parkir dan mengambil motor kesayangannya yang modern semi klasik. Mengendarainya dengan pelan hingga keluar area SMA Nusantara lalu melaju dengan kecepatan rata-rata karena ingin menikmati indahnya senja dan Alana dalam pikirannya.
Sesampainya di rumah, Alfa langsung menuju kamarnya dan mengganti seragam dengan pakaian yang lebih santai.
“Alana, aku ingin menaklukan dirimu, tetapi dengan cara apa?” Alfa berkata pada dirinya sendiri di sepanjang perjalanan
“Aku tidak akan membuatmu jatuh cinta, biarlah hatimu yang datang padaku” Alfa terkekeh
Tiba-tiba ponsel Alfa berbunyi dan mendapat notifikasi official account OSIS/MPK SMA Nusantara, dan Alfa menemukan potret Alana disana.
“Dia anak OSIS, perlukah aku mendaftar OSIS?” Alfa berpikir dengan serius sambil menatap ponsel dan dinding kamarnya.
“Jatuh cinta tidak menunggu kapan dan dengan siapa kita akan merasa nyaman”Usai malam memelukku begitu dingin, aku mulai membuka mata dan tersenyum ramah pada sang surya. Alunan kicauan burung yang merdu seolah menampik segala resah di benak kalbu. Baru saja aku membaca sebuah buku yang meyakinkanku akan makna sebuah cinta dan air mata.“Cinta tidak dimulai pada pagi hari dan tidak berakhir pada malam hari”“Cinta dimulai ketika kamu tidak membutuhkannya dan berakhir saat kamu paling membutuhkannya”“Begitu pula halnya dengan air mata, air mata tidak jatuh ketika kamu merindukan seseorang, akan tetapi air mata jatuh ketika kamu tidak ingin merindukan seseorang”Memang ada banyak hal di dunia ini yang terjadi di luar kendali kita. Mereka terjadi secara otomatis. Bahkan, perasaan terhadap seseorang pun terkadang kita tak dapat memilih ingin kepada siapa m
“Terkadang alasan kita masih sendiri bukan karena belum ada pengganti, tetapi lebih memilih berhati-hati dalam meletakkan hati”“Mengapa masih sendiri?”Pertanyaan tersebut seringkali terdengar di telinga Alana. Terkadang terdengar lucu, akan tetapi tidak jarang pula terdengar menyebalkan. Sebelumnya Alana pernah berpikir dua kali untuk pada akhirnya berani menuliskannya. Karena hal ini adalah sebuah jawaban dari pertanyaan banyak orang, yang terkadang hanya Alana jawab dengan sebuah senyuman dan tidak begitu dihiraukan. Karena dengan membaca ini, berarti kamu membaca sebagian kecil dari dunia Alana, yang sebenarnya tidak seindah kelihatannya.Setelah mendapatkan pertanyaannya yang diluar dugaan dari Arga. “Alana, kalau semisal aku suka kamu bagaimana?”Alana terdiam menatap jam dinding yang seolah berhenti dan memikirkan cara menanggapi yang baik. Karena sebenarnya di dalam hati Alana mae
“Tidak ada seorang pun yang ingin terjebak diantara pilihan persahabatan atau perasaan”Resah yang mendera pikiran dan benak Alana, membuatnya tidak dapat diam dan menunggu kabar dari Alfa. Dia terus mengumpulkan informasi dari teman-temannya. Mengapa seperti ada kejanggalan dan sesuatu yang aneh diantara Alfa dan Arka. Mereka memang satu OSIS dengan Alana, tetapi sepertinya ada hal lain yang disembunyikan oleh mereka dari Alana.Setelah mengambil beberapa berkas, surat, dan proposal di ruang OSIS SMA Nusantara. Disana terdapat lima orang anak OSIS yang juga teman Alana. Tiba-tiba Alana teringat dan ingin menanyakan hal tersebut kepada mereka“Kenapa ya Alfa sama Arka itu seperti musuhan? Kalian tahu tentang mereka?” tanya Alana pada teman-teman OSISnya“Banyak kesamaan di antara mereka” jawab Araya, salah satu teman Alana“Maksud kamu banyak yang sama apa, Araya?” tanya Alana kembali
“Sekecil apapun perhatianmu pada seseorang, jika itu tulus, pasti akan menyentuh bahkan melekat pada hatinya”Konon katanya masa SMA adalah masa-masa yang paling indah. Dahulu, saat Alana yang masih lugu dan polos sangat tidak mempercayai hal itu. Alana menentang keras dan berasumsi bahwa itu hanyalah bualan semata bagi mereka yang menemukan kisah cintanya di masa SMA. Mana mungkin Alana bisa merasakan hal begitu. Keadaan pun menjawab dan membuktikan bahwa hal tersebut benar adanya.Kini, setelah Alana melewati masa tersebut, dia percaya bahwa masa SMA adalah masa yang tak pernah bahkan tak akan dapat dilupakan. Masa dimana dia mengetahui banyak hal dan merasakan naik turunnya emosi jatuh cinta. Hingga jika Alana boleh meminta kepada Tuhan, dia ingin bisa dekat lagi dengan teman-teman SMA dengan perasaan dan sikap yang sama. Tidak hanya untuk sekadar bernostalgia, tetapi juga menjalin romansa. Hanya ego dan harga diri ya
“Salah satu kejujuran yang sulit aku lakukan adalah jujur terhadap perasaanku sendiri, bahkan berpura-pura baik-baik saja tidak sesederhana katanya”Aroma tubuh ternyata dapat memengaruhi mood kita. Aroma tubuh yang fresh membuat mood kita selalu cheerfull, ceria, dan bersemangat sepanjang hari. Namun, aroma tubuh yang terlalu kalem akan membuat kita kurang confident untuk menyambut hari. Terlalu terjebak pada aroma yang membuat nyaman.[POV Alana]Anganku mengudara entah kemana. Hatiku tersesat di labirin yang tidak tahu jalan keluarnya. Senja ini terasa kelabu, meski tak hujan, tidak juga panas, ataupun mendung, jingga tak akan senyum padaku. Suasana terasa sedu. Kepalaku terasa pening. Aku pun tak tahu apa penyebabnya.“Apakah ini karena logikaku melarang untuk merindukannya?” ucap Alana sambil mengamati dirinya di depan cerminHaha lucu. Jika saja benar begitu, tak a
“Sejak kau menyelinap ke hidupku, sejak itulah kau menjelma menjadi bait puisi bagi sang pujangga hati”Ujung masa SMA tinggal menghitung hari. Akan tetapi, jeda di antara Alfa dan Alana semakin tidak terkira. Alana gundah karena sebentar lagi akan berpisah. Berpisah kota bahkan wilayah. Dengan orang-orang yang begitu berarti dalam hidup Alana. Memberi goresan warna yang sangat bermakna.Sebelum wisuda kelulusan masa SMA, Alana pernah mendengar kabar bahwa Alfa yang dulu dekat dengan Alana lalu menjauh, kini sedang dekat dengan teman Alana sendiri, namanya Alma. Awalnya Alana terguncang lalu memilih untuk tidak mempercayai berita yang sedang beredar tersebut. Karena Alana percaya dengan mereka. Alfa dan Alma tidak mungkin mengkhianati kepercayaan yang dia berikan.Alana tetap kokoh berdiri dengan intuisi yang dia pegang selama ini tanpa menghiraukan hiruk pikuk kabar di sekitarnya. Alana telah menyiapkan segalanya yang dia tuangka
“Cinta datang karena terbiasa bersama”Satu bulan berlalu, setelah kelulusan SMA Nusantara, Alfa masih begitu lekat di ingatan. Alana mencoba mengusir secara perlahan, akan tetapi belum juga membuahkan hasil. Sebenarnya Alana mengerti satu cara agar dia bisa segera melupakan cowok tersebut, yaitu dengan mencari pelarian atau pengganti baru. Di satu sisi, hati Alana tidak menuntun untuk melakukan hal tersebut, karena Alana tidak ingin menciptakan luka baru di atas luka lama yang belum juga reda.“Mengapa seolah hatiku hanya terkhususkan untukmu?” tanya Alana sambil duduk di taman kotaOrang secara bertahap akan jatuh cinta dengan seseorang yang menghabiskan banyak waktu bersama orang tersebut. Seperti halnya teman sebaya atau partner semasa SMA. Fenomena ini disebut dengan Exposure Effect. Exposure Effect adalah fenomena psikologi dimana seseorang cenderung tertarik satu sama lain seir
“Hampir - Mampir - Berakhir? Manakah di antara 3 kata tersebut yang paling menyakitkan?”Hari sabtu pun telah tiba. Weekend yang selalu disukai Alana. Angga mengajak Alana untuk menjelajah perpustakaan kota. Alana sangat menyukai aroma khas dari setiap buku. Dia bisa dengan mudah jatuh cinta dengan buku baru yang ditemuinya.“Alana, ayo kota pergi ke perpustakaan kota” ajak Angga dengan tersenyum tulus“Aku mau, ayo Angga kita kesana” jawab Alana dengan riang gembira“Disana kamu akan bisa sepuasnya membaca dan mengetahui banyak hal yang kamu inginkan, Alana” balas Angga“Iya, apa perpustakaannya jauh dari sini?” tanya Alana“Tidak begitu jauh kok Alana, mari kita berangkat” kata Angga“Ayo, aku sudah penasaran ingin kesana” balas Alana dengan tersenyum manisAngga dan Alana berboncengan naik motor dengan kecepatan rata-ra