“Jatuh cinta tidak menunggu kapan dan dengan siapa kita akan merasa nyaman”
Usai malam memelukku begitu dingin, aku mulai membuka mata dan tersenyum ramah pada sang surya. Alunan kicauan burung yang merdu seolah menampik segala resah di benak kalbu. Baru saja aku membaca sebuah buku yang meyakinkanku akan makna sebuah cinta dan air mata.
“Cinta tidak dimulai pada pagi hari dan tidak berakhir pada malam hari”
“Cinta dimulai ketika kamu tidak membutuhkannya dan berakhir saat kamu paling membutuhkannya”
“Begitu pula halnya dengan air mata, air mata tidak jatuh ketika kamu merindukan seseorang, akan tetapi air mata jatuh ketika kamu tidak ingin merindukan seseorang”
Memang ada banyak hal di dunia ini yang terjadi di luar kendali kita. Mereka terjadi secara otomatis. Bahkan, perasaan terhadap seseorang pun terkadang kita tak dapat memilih ingin kepada siapa menjatuhkan hati. Hati memiliki sensorik sendiri untuk mengirim sinyal ketika kita mulai ada rasa dengan seseorang. Walaupun, salah satu atau keduanya saling bungkam. Hati tidak dapat berdusta.
Keesokan harinya Arga bertemu dengan Alana di lapangan sekolah SMA Nusantara
“Alana, nanti sepulang sekolah aku ingin berbicara padamu” pinta Arga
“Tentang apa?” tanya Alana pada Arga
“Nanti akan ku ceritakan padamu” bisik Arga
“Tetapi sepulang sekolah aku ada rapat OSIS, Arga” jawab Alana dengan nada sedih
“Kalau begitu nanti malam aku akan mengirimimu pesan” terang Arga
“Boleh, itu sepertinya lebih baik” balas Alana
Malam seusai mentari terbenam, Arga belum juga mengiriminya pesan. Alana tampak heran dan merasa bingung sebenarnya apa yang ingin dibicarakan Arga.
Ketika Alana sedang bergurau dengan teman sekelasnya, dan membuat cerita di salah satu aplikasi chatting, Arga tiba-tiba mengupdate cerita yang sama persis dengan Alana, seolah-olah itu merupakan cerita couple. Kemudian Alana merasa geram.
“Apa maksudmu membuat cerita yang sama denganku, itu bisa menimbulkan kesalahpahaman, Arga” Alana mengirim pesan pada Arga dengan nada kesal
“Memang tujuanku itu membuat kesalahpahaman” jawab Arga dengan jawaban menggantung
“Apa maksudmu?” tukas Alana
“Kamu mau membantuku, Alana? Tolong ya bantu aku” tanya Arga segaligus meminta dan memohon pada Alana
“Membantu dalam hal apa?” tanya Alana kembali
“Rencanaku untuk mengetahui apakah Arunia masih temanku atau sudah tidak lagi” Arga mencoba menjelaskan pada Alana
“Maksud kamu apa? Kamu dengan Arunia sudah berteman sejak lama dan kamu meragukan pertemanan kalian?” Alana merasa terheran-heran
“Dia temanku, tetapi itu dulu” Arga menjawab dengan singkat
“Please, bantu aku Alana, hanya kamu yang bisa membantu dalam rencanaku ini” balas Arga
“Tetapi Arga, ini risikonya sangat besar, jika sampai Alisa salah paham padaku, dia akan marah padaku, Arunia temanku. Bagaimana kalau yang salah paham bukan hanya Arunia, tetapi juga Alisa, pacarmu itu” Alana merasa bimbang antara ingin mencoba membantu Arga atau mencoba mencari aman
“Alana, kamu sudah janji padaku untuk menolong kapan pun aku butuh bantuan, masalah Arunia dan Alisa kalau sampai salah paham atau marah padamu itu biar aku saja yang urus” terang Arga
“Aku tahu Arga, kamu adalah temanku di SMA dan Alisa juga temanku sejak SMP, kalian berdua adalah teman baikku, aku takut kalau aku membela salah satu pihak akan menimbulkan bencana” Alana tampak muram
“Tidak Alana, percayalah padaku, semua akan baik-baik saja” Arga mencoba meyakinkan Alana untuk membantunya
“Baiklah, aku akan membantumu asalkan kamu yang bertanggungjawab bagaimana jika terjadi masalah” jawab Alana
“Iya, Alana. Aku yang akan mengurusnya nanti” balas Arga
“Aku harus apa sekarang, Arga?” tanya Alana
“Kamu harus mengupdate postingan yang seolah-olah kita berdua ada hubungan lebih dari teman” permintaan Arga yang sangat aneh dan berisiko
“Apa-apaan coba? Tidak ada cara lain apa?” tukas Alana
“Big no, sudahlah Alana buat saja, nanti aku juga akan mengupdate postingan yang sama denganmu untuk menarik perhatian dan respon respon dari Arunia” kata Arga
“Arga, ini hampir tengah malam, kamu yakin Arunia akan menanggapi cerita yang kita posting?” selidik Alana
“Yakin. Alana, ayo kita posting bersama” ajak Arga
Kling... [Alana baru saja menambahkan cerita, ketuk untuk melihatnya]
Kling... [Arga baru saja menambahkan cerita, ketuk untuk melihatnya]
Dalam hitungan detik, cerita yang di posting Alana dan Arga mendapat banyak sorotan dari teman-teman SMA Nusantara. Terlebih Arga yang sudah memiliki pacar, dan Alana dikenal tidak ingin terlibat pacaran. Layaknya sebuah berita hangat yang langsung menyebar dengan cepat, secepat kilat. Cerita yang Arga posting ramai di kalangan anak sains dan cerita yang Alana posting menjadi buah bibir di kalangan anak sosial. Lengkap sudah seantero SMA Nusantara akan mengetahui.
Dan BOOOM.
Tiba-tiba Arunia membalas cerita Alana, yang sontak membuat Alana merasa bingung dan panik harus membalas dengan jawaban apa.
“Alana, kamu dekat dengan Arga?” tanya Arunia tanpa basa basi
“Kata siapa?” Alana mencoba mengalihkan perhatian
“Jawab, iya atau tidak?” Arunia menjadi tidak sabar
“Arga dan aku berteman” jawab Alana pelan
“Tetapi, mengapa kalian memposting cerita yang sama?” desak Arunia
“Memangnya kenapa? Tidak boleh kah?” Alana kembali bertanya
Dalam hal ini, Alana merasa tidak enak hati karena membalas pesan Arunia dengan kalimat-kalimat seperti itu, karena itu bukanlah keinginan Alana. Semua kata-kata yang Alana kirim ke Arunia adalah perintah dan kemauan dari Arga. Ini adalah cara Arga untuk menguji sifat dan karakternya Arunia saat ini pada Arga.
Tidak lama kemudian, Alana dikejutkan oleh balasan dari Arunia yang sangat membuat hatinya terheran-heran dan meragukan kebenarannya.
“Kamu mau menjadi target Arga selanjutnya?” tanya Arunia
“Maksudmu apa Arunia? Aku tidak mengerti” balasa Alana
“Arga itu tidak sebaik yang kamu pikirkan, Alana” Arunia mencoba menjelaskan sesuatu, tetapi mengarah pada keburukan Arga.
Dalam hati Alana merenung bukankah orang yang menjelekkan seseorang di mata orang lain juga bukanlah orang baik?. Akan tetapi, Alana hanya diam sembari memperhatikan Arunia yang sedang mengetik pesan selanjutnya
“Arga itu playboy ulung. Pacarnya ada di mana-mana. Tetapi, berkedok dalam naungan Rohis” Arunia semakin menjunjukkan sisi lain yang baru Alana sadari saat ini.
Alana tidak menyangka, kalau Arunia yang selama ini dia kenal menjadi berubah. Akan tetapi, dengan Alana percaya langsung sepenuhnya kepada Arunia juga bukanlah hal yang tepat.
“Mengapa kamu bicara seperti itu, Arunia? Bukankah kamu dengan Arga pernah menjadi teman dekat?” tanya Alana yang mencoba mencari tahu lebih banyak informasi dan mencocokkan jawaban di antara Arga dan Arunia.
“Pernah, sangat dekat. Tetapi sekarang sudah jauh” jawab Arunia
“Kenapa menjauh?” tanyaku pada Arunia dengan spontan
“Karena dia sudah tidak seperti dulu lagi. Semenjak dia menjadi playboy dan punya banyak mantan aku menjadi malas berteman dengannya” terang Arunia pada Alana
Belum sempat Alana membalas pesan dari Arunia, ternyata sudah ada pesan masuk lagi
“Sifatnya Arga itu misal dia pacaran sama si A, lalu jalan dengan si A seminggu sekali waktu weekend, tetapi di satu sisi dia juga mendekati si B, dan dia jalan sama si B itu lebih sering, hampir setiap hari dalam seminggu. Lalu, Arga putus dengan si A dia langsung pindah ke si B. Arga sekarang sudah punya pacar dan banyak mantan, kamu mau menjadi si B selanjutnya, Alana?” terang Arunia menggunakan asumsi dan ilustrasi agar Alana mudah memahami penjelasannya
Alana terdiam dan seolah terkejut dengan kalimat yang dilontarkan oleh Arunia dengan mudahnya. Resah, gelisah, dan pikiran berkecamuk menjadi campur aduk. Di tambah dengan waktu yang sudah menunjukkan pukul 03.00 WIB dini hari. Sedari satu jam yang lalu, Alana sudah mengantuk dan tidak mengerti harus merespon bagaimana. Sejuta pertanyaan melayang-layang dalam intuisi Alana, yang ingin ditanyakan langsung pada Arga. Banyak rasa penasaran yang membutuhkan jawaban. Akan tetapi, rasa kantuk sudah sangat merajai mata Alana untuk terlelap dengan selimut hangat.
Pagi hari, Alana bergegas berangkat menuju sekolah dan berlari ke arah kelas sains, untuk mencari Arga. Alana tidak sabar untuk mendapat kejelasan dari setiap pernyataan yang disampaikan Arunia semalam. Apakah benar atau salah besar?
“Arga, tunggu. Aku mau bicara penting” pinta Alana
“Iya, kenapa Alana?” balas Arga sambil bertanya kembali
“Semalam kita berhasil menarik perhatian Arunia dan dia merespon postingan ceritaku. Tetapi aku ingin bertanya padamu, jawab jujur dan jangan marah ya?’ Alana bertanya dengan nada memohon
“Tentang apa? Pasti Arunia berkata hal buruk tentangku kan?” Arga menebak dengan tepat
“Bagaimana kamu tahu, Arga?” Alana terheran
“Itulah yang aku ingin sampaikan padamu Alana, dia berubah” pungkas Arga
Alana tahu bahwa Arga bukanlah orang yang mudah terbuka untuk masalah pribadi dan masa lalunya. Tetapi, dengan tekad, Alana memberanikan diri untuk bertanya pada Arga.
“Arga, apa benar kamu punya banyak mantan?” tanya Alana
“Iya” jawab Arga
“Kamu ingat berapa mantanmu?” tanya Alana kembali
“Sembilan” Arga membalas spontan
“Apa? Sembilan itu dalam waktu berapa lama?” Alan bertanya dengan penuh kehati-hatian karena takut menyinggung perasaannya
“Aku akan bercerita padamu, tetapi jangan bilang siapa-siapa ya? Karena aku hanya akan memberitahumu saja, aku tidak percaya dengan yang lainnya, terutama Alisa” tegas Arga
“Iya iya, ceritakan Arga” balas Alana
“Jadi, sebenarnya dulu waktu SMP kelas 1 dan kelas 2 tidak pernah pacaran, hingga suatu saat ketika SMP kelas 3 aku punya pacar, dalam waktu 9 bulan aku punya 9 mantan, Alana. Ini aku serius” Arga membuat Alana menggeleng-gelengkan kepala
“Berarti, sebulan sekali pacarmu ganti, Arga?” Alana memastikan padanya
“Iya, bisa dibilang begitu” jawab Arga dengan santai
“Tetapi kenapa kamu melakukan itu?” tanya Alana kembali dengan sedikit marah
“Karena aku tidak mau kesepian. Semenjak aku memiliki tiga orang adik, orang tuaku lebih memberikan perhatiannya kepada adik-adikku. Aku melakukan apa-apa sendiri, bahkan jarang diperhatikan dan diperdulikan. Sampai aku pernah mengalami maag dan sakit demam tetapi orang tuaku sama seolah tidak peduli dan lebih memberikan kasih sayangnya kepada adik-adikku. Aku kesepian dan aku juga butuh perhatian. Rasanya ingin marah, tetapi sulit melampiaskannya. Maka dari itu, aku mencari seseorang dan menerima yang menyukaiku untuk menjadi pacarku. Karena aku ingin selalu diperhatikan Alana. Aku ingin selalu ada yang sayang dan perhatian padaku” Arga mengatakan dengan suara lirih
“Arga, maafkan aku, aku tidak mengetahui permasalahanmu ini. Terima kasih ya sudah mau terbuka dan bercerita. Kamu tidak sendiri Arga, aku juga temanmu. Kamu bisa mencariku kalau kamu merasa dunia terasa sesak atau kamu butuh aku” Alana mencoba menenangkan Arga usai berkata banyak hal tentang dirinya
“Alana, kalau semisal aku suka kamu bagaimana?” tanya Arga
Deg.
Alana terdiam.
“Terkadang alasan kita masih sendiri bukan karena belum ada pengganti, tetapi lebih memilih berhati-hati dalam meletakkan hati”“Mengapa masih sendiri?”Pertanyaan tersebut seringkali terdengar di telinga Alana. Terkadang terdengar lucu, akan tetapi tidak jarang pula terdengar menyebalkan. Sebelumnya Alana pernah berpikir dua kali untuk pada akhirnya berani menuliskannya. Karena hal ini adalah sebuah jawaban dari pertanyaan banyak orang, yang terkadang hanya Alana jawab dengan sebuah senyuman dan tidak begitu dihiraukan. Karena dengan membaca ini, berarti kamu membaca sebagian kecil dari dunia Alana, yang sebenarnya tidak seindah kelihatannya.Setelah mendapatkan pertanyaannya yang diluar dugaan dari Arga. “Alana, kalau semisal aku suka kamu bagaimana?”Alana terdiam menatap jam dinding yang seolah berhenti dan memikirkan cara menanggapi yang baik. Karena sebenarnya di dalam hati Alana mae
“Tidak ada seorang pun yang ingin terjebak diantara pilihan persahabatan atau perasaan”Resah yang mendera pikiran dan benak Alana, membuatnya tidak dapat diam dan menunggu kabar dari Alfa. Dia terus mengumpulkan informasi dari teman-temannya. Mengapa seperti ada kejanggalan dan sesuatu yang aneh diantara Alfa dan Arka. Mereka memang satu OSIS dengan Alana, tetapi sepertinya ada hal lain yang disembunyikan oleh mereka dari Alana.Setelah mengambil beberapa berkas, surat, dan proposal di ruang OSIS SMA Nusantara. Disana terdapat lima orang anak OSIS yang juga teman Alana. Tiba-tiba Alana teringat dan ingin menanyakan hal tersebut kepada mereka“Kenapa ya Alfa sama Arka itu seperti musuhan? Kalian tahu tentang mereka?” tanya Alana pada teman-teman OSISnya“Banyak kesamaan di antara mereka” jawab Araya, salah satu teman Alana“Maksud kamu banyak yang sama apa, Araya?” tanya Alana kembali
“Sekecil apapun perhatianmu pada seseorang, jika itu tulus, pasti akan menyentuh bahkan melekat pada hatinya”Konon katanya masa SMA adalah masa-masa yang paling indah. Dahulu, saat Alana yang masih lugu dan polos sangat tidak mempercayai hal itu. Alana menentang keras dan berasumsi bahwa itu hanyalah bualan semata bagi mereka yang menemukan kisah cintanya di masa SMA. Mana mungkin Alana bisa merasakan hal begitu. Keadaan pun menjawab dan membuktikan bahwa hal tersebut benar adanya.Kini, setelah Alana melewati masa tersebut, dia percaya bahwa masa SMA adalah masa yang tak pernah bahkan tak akan dapat dilupakan. Masa dimana dia mengetahui banyak hal dan merasakan naik turunnya emosi jatuh cinta. Hingga jika Alana boleh meminta kepada Tuhan, dia ingin bisa dekat lagi dengan teman-teman SMA dengan perasaan dan sikap yang sama. Tidak hanya untuk sekadar bernostalgia, tetapi juga menjalin romansa. Hanya ego dan harga diri ya
“Salah satu kejujuran yang sulit aku lakukan adalah jujur terhadap perasaanku sendiri, bahkan berpura-pura baik-baik saja tidak sesederhana katanya”Aroma tubuh ternyata dapat memengaruhi mood kita. Aroma tubuh yang fresh membuat mood kita selalu cheerfull, ceria, dan bersemangat sepanjang hari. Namun, aroma tubuh yang terlalu kalem akan membuat kita kurang confident untuk menyambut hari. Terlalu terjebak pada aroma yang membuat nyaman.[POV Alana]Anganku mengudara entah kemana. Hatiku tersesat di labirin yang tidak tahu jalan keluarnya. Senja ini terasa kelabu, meski tak hujan, tidak juga panas, ataupun mendung, jingga tak akan senyum padaku. Suasana terasa sedu. Kepalaku terasa pening. Aku pun tak tahu apa penyebabnya.“Apakah ini karena logikaku melarang untuk merindukannya?” ucap Alana sambil mengamati dirinya di depan cerminHaha lucu. Jika saja benar begitu, tak a
“Sejak kau menyelinap ke hidupku, sejak itulah kau menjelma menjadi bait puisi bagi sang pujangga hati”Ujung masa SMA tinggal menghitung hari. Akan tetapi, jeda di antara Alfa dan Alana semakin tidak terkira. Alana gundah karena sebentar lagi akan berpisah. Berpisah kota bahkan wilayah. Dengan orang-orang yang begitu berarti dalam hidup Alana. Memberi goresan warna yang sangat bermakna.Sebelum wisuda kelulusan masa SMA, Alana pernah mendengar kabar bahwa Alfa yang dulu dekat dengan Alana lalu menjauh, kini sedang dekat dengan teman Alana sendiri, namanya Alma. Awalnya Alana terguncang lalu memilih untuk tidak mempercayai berita yang sedang beredar tersebut. Karena Alana percaya dengan mereka. Alfa dan Alma tidak mungkin mengkhianati kepercayaan yang dia berikan.Alana tetap kokoh berdiri dengan intuisi yang dia pegang selama ini tanpa menghiraukan hiruk pikuk kabar di sekitarnya. Alana telah menyiapkan segalanya yang dia tuangka
“Cinta datang karena terbiasa bersama”Satu bulan berlalu, setelah kelulusan SMA Nusantara, Alfa masih begitu lekat di ingatan. Alana mencoba mengusir secara perlahan, akan tetapi belum juga membuahkan hasil. Sebenarnya Alana mengerti satu cara agar dia bisa segera melupakan cowok tersebut, yaitu dengan mencari pelarian atau pengganti baru. Di satu sisi, hati Alana tidak menuntun untuk melakukan hal tersebut, karena Alana tidak ingin menciptakan luka baru di atas luka lama yang belum juga reda.“Mengapa seolah hatiku hanya terkhususkan untukmu?” tanya Alana sambil duduk di taman kotaOrang secara bertahap akan jatuh cinta dengan seseorang yang menghabiskan banyak waktu bersama orang tersebut. Seperti halnya teman sebaya atau partner semasa SMA. Fenomena ini disebut dengan Exposure Effect. Exposure Effect adalah fenomena psikologi dimana seseorang cenderung tertarik satu sama lain seir
“Hampir - Mampir - Berakhir? Manakah di antara 3 kata tersebut yang paling menyakitkan?”Hari sabtu pun telah tiba. Weekend yang selalu disukai Alana. Angga mengajak Alana untuk menjelajah perpustakaan kota. Alana sangat menyukai aroma khas dari setiap buku. Dia bisa dengan mudah jatuh cinta dengan buku baru yang ditemuinya.“Alana, ayo kota pergi ke perpustakaan kota” ajak Angga dengan tersenyum tulus“Aku mau, ayo Angga kita kesana” jawab Alana dengan riang gembira“Disana kamu akan bisa sepuasnya membaca dan mengetahui banyak hal yang kamu inginkan, Alana” balas Angga“Iya, apa perpustakaannya jauh dari sini?” tanya Alana“Tidak begitu jauh kok Alana, mari kita berangkat” kata Angga“Ayo, aku sudah penasaran ingin kesana” balas Alana dengan tersenyum manisAngga dan Alana berboncengan naik motor dengan kecepatan rata-ra
“Yang patah, tumbuh. Yang hilang, berganti. Yang hancur lebur, akan terobati. Yang sia-sia, akan jadi makna. Yang terus berulang suatu saat nanti. Ternyata memang begitu alurnya”[POV Alana]Ada satu hal yang ingin aku beritahu padanya. Aku ingin memberitahu bahwa dia sejak awal sudah berhasil menyembuhkan hatiku dari luka yang begitu pilu. Angga adalah sosok yang sanggup mengembalikan kepercayaanku terhadap semua cowok yang semula aku telah menyerah pada rasa kecewa. Aku bahagia ketika ada yang bisa menemukan kembali sebagian jiwaku yang pernah hilang. Semesta mempertemukanku dengan seseorang yang dengan senang hati membersamai langkahku, menerima kekurangan, dan selalu mendukung dalam kondisi apapun.“Alana, liburan besok ayo kita travelling” ajak Angga ketika bertemu dengan Alana di persimpangan jalan“Travelling kemana?” tanya Alana“Indonesia” jawab Angga dengan na