Share

PART VI Tidak Tahu adalah Jawaban Perasaanku Padamu

“Tidak ada seorang pun yang ingin terjebak diantara pilihan persahabatan atau perasaan”

Resah yang mendera pikiran dan benak Alana, membuatnya tidak dapat diam dan menunggu kabar dari Alfa. Dia terus mengumpulkan informasi dari teman-temannya. Mengapa seperti ada kejanggalan dan sesuatu yang aneh diantara Alfa dan Arka. Mereka memang satu OSIS dengan Alana, tetapi sepertinya ada hal lain yang disembunyikan oleh mereka dari Alana.

Setelah mengambil beberapa berkas, surat, dan proposal di ruang OSIS SMA Nusantara. Disana terdapat lima orang anak OSIS yang juga teman Alana. Tiba-tiba Alana teringat dan ingin menanyakan hal tersebut kepada mereka

“Kenapa ya Alfa sama Arka itu seperti musuhan? Kalian tahu tentang mereka?” tanya Alana pada teman-teman OSISnya

“Banyak kesamaan di antara mereka” jawab Araya, salah satu teman Alana

“Maksud kamu banyak yang sama apa, Araya?” tanya Alana kembali

“Alfa sama Arka sama-sama anak OSIS, terus mereka juga berasal dari SMP yang sama, SMP Citra Bangsa, lalu mereka juga sama populernya, sama-sama anak sains,  dan satu yang pasti mereka tinggal di daerah yang sama, bisa dibilang mereka tetangga” terang Araya pada Alana

“Apa katamu Araya, mereka tetangga?” Alana mencoba memastikan kembali

“Iya, mereka tinggal di daerah dekat Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Kamu baru tahu Alana?” Araya merasa heran dengan Alana, karena tidak mengetahui hal sepele seperti ini

“Iya aku baru tahu” Alana diam dengan tatapan kosong, pikirannya mengudara kemana-mana

“Apa lagi yang kalian tahu tentang mereka?” desak Alana

“Semalam ada berita hangat tentang mereka dan ini sudah menyebar seantero SMA Nusantara. Ternyata mereka berdua menyukai cewek yang sama. Hanya saja cewek yang di maksud masih belum tahu siapa, katanya anak sosial. Wah gila, apa mereka mau saingan dengan teman dan tetangga sendiri?” jelas Araya

Belum sempat Alana menanggapi, Araya berbicara lagi

“Aku penasaran siapa cewek yang dimaksud? Dan apa yang akan Alfa dan Arka lalukan? Apa mereka akan taruhan atau salah satu mundur perlahan demi teman?” Araya begitu excited dan tertawa menebak kelanjutan kisah dua cowok paling populer di SMA Nusantara

Mendengar ucapan Araya tersebut, mata Alana terbelalak. Dan Alana berharap cewek yang di maksud bukanlah dia, agar tidak terjadi masalah besar nantinya. Pikiran Alana begitu rumit dan segera pergi keluar ruang OSIS.

“Terima kasih Araya, aku pergi dulu ya, ada urusan penting” Alana berlari sambil mengucapkan kata terima kasih pada Araya yang sudah memberi informasi

Alana berlari kesana kemari mencari Alfa, tetapi tidak kunjung menemukannya. Alih-alih menemukan Alfa, justru yang tiba-tiba muncul di depan Alana adalah Arka. Alana sangat sedih, mengapa seseorang yang dia cari belum ketemu tetapi justru bertemu dengan orang yang tidak ingin dia temui. Semesta sebercanda itu ternyata. Di depan ruang komputer di lantai dua Arka menyapa Alana.

“Hai Alana, kamu besok sabtu sibuk tidak?” tanya Arka

“Aku tidak tahu dan aku sekarang sedang bingung Arka. Kalau mau main-main cari yang lain” balas Alana

“Aku bertanya serius, Alana” Arka melanjutkan

“Aku belum lihat jadwalku, memangnya kenapa?” tanya Alana sambil menoleh kanan kiri mencari Alfa

“Ayo nonton ke bioskop” Arka mengajak dengan spontan

“Ha? Kalau mau bercanda, aku tidak ada waktu, Arka” Alana yang tadi menoleh sana sini sontak menatap Arka yang tiba-tiba sekali mengajaknya ke bioskop di saat weekend

“Dengerkan dan lihat aku dulu, Alana. Aku mau mengajak kamu meononton Film “Surat Cinta Untuk Starla” besok sabtu pagi, dan aku sekarang serius. Kamu mau?” tanya Arka

Dalam hati, Alana ingin pergi ke bioskop. Ini adalah pertama kalinya dia diajak cowok populer di SMA Nusantara untuk menonton bioskop bersama dan selama 18 tahun Alana hidup, dia sama sekali belum pernah pergi ke bioskop. Ketika Alana sedang berpikir di depan ruang komputer di lantai dua, tiba-tiba dari tengah lapangan SMA Nusantara muncul sosok Alfa yang melihat Alana dan  Arka, dan menurut Alana itu waktu yang sangat tidak tepat. Alfa muncul ketika mengetahui Alana dan Arka sedang berbicara berdua.

Alana langsung ingin berlari dan menghampiri Alfa, tetapi Arka menarik lengan Alana.

“Kamu mau kemana? Jawab dulu, Alana” Arka menarik lengan Alana tepat di depan mata Alfa

“Aku belum bisa janji, aku mau pergi. Arka lepas. Lepasin tanganku” pinta Alana sambil sedikit memberontak

“Dalam waktu 24 jam kamu tidak memberikan jawaban, aku anggap kamu setuju, Alana” Arka berteriak sambil melepaskan lengan Alana

“Terserah. Aku tidak peduli” Alana langsung berlari dengan cepat mencari Alfa, tetapi sayangnya Alfa telah masuk kelas, karena jam kelas anak sains dan sosial berbeda. Alana geram.

“Ini semua gara-gara, Arka” Alana mendengus kesal

Beberapa hari terakhir, salah satu teman Alana ada yang menyadari tentang perasaannya terhadap Alfa. Bahkan tanpa Alana memberitahu. Mungkin saja gerak gerik Alana yang terlalu nyata. Temannya mencoba membantu dengan berbagai hal. Dan selalu mengatakan bahwa Alana masih memilki harapan. Dia mencoba mendekatkan Alfa dengan Alana lagi. Dan harapan itu harus diperjuangkan.

Alana awalnya ragu dan takut jika mengikuti apa perkataan temannya, tetapi Alana tetapi mencoba mencari cara. Hingga ternyata hasil ekspektasi tidak sesuai realita, yang berujung kecewa. Dia menyarakan untuk kembali membuka ruang hati. Yang berarti kembali mengingat memori. Alana berusaha mencoba mengatakan pada temannya bahwa seharusnya mungkin tidak perlu dicoba. Tetapi, teman Alana tidak dapat diam dan terlihat begitu berusaha. Hal tersebut yang menjadikan tidak enak rasa padanya. Akhirnya dengan perlahan Alana mencoba untuk menghubungi Alfa setelah sekian lama. Dengan catatan

“Jika atmosfer diantara aku dengannya sudah berbeda, aku tak akan memaksa” kata Alana pada temannya

Alana mengumpulkan ribuan niat dan membuang ego untuk memuali percakapan virtual dengan Alfa kembali. Dia pun berusaha memperpanjang topik pembicaraan. Yang bahkan sebelumnya Alana tak pernah melakukan hal tersebut, selalu saja itu adalah peran Alfa. Alana bingung harus apa, bingung harus mulai darimana, dan bingung bagaimana perasaannya.

Dan ternyata dugaannya benar, suasana diantara Alana dengan Alfa sudah tidak lagi sama.

“Aku dan dia selayaknya orang asing yang mencoba untuk bertegur sapa.”

Dia memang membalas sapaan dan pesanku dengan baik, tetapi aku tahu kalimatnya yang digunakannya pun dulu dengan kini tak lagi serupa. Aku takut dan malu. Aku bingung tak tahu. Entah kenapa aku menyesal untuk memulai percakapan tersebut. Dalam benakku berkata,

“Apa seharusnya tak perlu kucoba?” bisik Alana dalam hati

Sebuah hal yang tiba-tiba Alana sesali, padahal awalnya begitu ingin dia lalukan.

Alana sebenarnya adalah orang yang percaya bahawa lebih baik melakukan sesuatu dan tahu akan hasilnya entah bagaimana pun itu, daripada tidak mencoba sama sekali. Karena dengan mencoba kita memiliki dua kemungkinan, berhasil dan gagal. Tetapi dengan kita tidak ingin mencoba kita hanya memiliki satu kemungkinan, yaitu gagal.

Kalimat tersebut seolah terngiang dan mengambang dalam pikiran Alana yang sekarang sedang kacau balau. Seolah dia mengingkari prinsipnya sendiri. Dia tak tahu lagi harus apa sekarang. Semesta begitu curang.   

“Apa aku gagal?”

“Lagi?” tanya Alana dalam benak.

Dinding kamar yang terasa dingin, menjalar menyelimuti kulit ari. Padahal di luar tidak hujan. Tidak juga mendung. Saat ini Alana sedang berusaha baik-baik saja. Merasa seperti tidak boleh kalah dengan keadaan. Dia tidak ingin lagi dipermainkan oleh semesta.

Seharusnya dia mengerti sedari awal, kalau suatu hubungan harus diperjuangkan oleh dua orang, dua pihak, dua sisi. Tidak bisa hanya satu saja yang berjuang. Tak dapat satu saja yang berkorban. Karena jika itu terjadi, maka hanya akan ada yang tersakiti.

Temanku bertanya satu hal padaku, “Apa kamu sudah move on?”

Untuk menjawabnya saja Alana bingung harus mengutarakan apa. Bahkan hanya untuk sekadar menjawab perihal sudah atau belum saja seperti harus memikirkan permasalahan negara. Jika saja ada pilihan jawaban “tidak tahu” tentu saja itu akan dipilih Alana untuk menggambarkan suasana hati saat ini. Alana benar-benar tidak tahu kemana hatiku pergi. Rasanya hampa tanpa rasa. Tetapi tetap saja, temannya mendesak untuk menjawab sudah atau belum, yang kemudian kuputuskan untuk menjawab belum. Karena sekuat apapun aku mencoba membohongi orang lain. Hati, mata, dan mulutku selalu bekerja sama dan memiliki cara untuk mengutarakan perasaan aslinya. Seolah-olah hal itu diluar kendaliku.

Memang fase remaja adalah fase dimana kita mulai diombang-ambingkan dengan perasaan. Mulai labil dengan hal-hal yang ada disekitar kita. Dan, memang sejatinya hati seseorang mudah terbolak-balik. Setiap kita bangun tidur dan membuka mata mungkin saja kita perasaan kita juga telah berubah. Kita tak dapat menuntut apapun dan siapapun atas hal tersebut.

Seingkali kita dihancurkan oleh ekspetasi yang kita bangun sendiri. Manusia memang makhluk yang suka berharap. Seharusnya mereka hanya menggantungkan harapan mereka kepada Tuhan, akan tetapi tak sedikit dari mereka yang terkadang lupa dan berharap pada ciptaan Tuhan. Alhasil, yang didapat kecewa. Aku pun pernah merasakan hal tersebut. Maafkan aku Tuhan.

“Aku merapuh. Dia yang kucinta kini semakin jauh, bahkan tak terengkuh. Tak tergapai. Jangan diamkan aku sesukamu, jangan diamkan aku semaumu. Aku butuh kamu”

Apa yang terjadi di masa lalu tidak perlu dipertahankan kalau memang tidak perlu.

Perasaan kita tak lagi sama.

"Seharusnya kita terus melangkah maju, bukan malah memunguti masa lalu."

"Jangan bersimpah darah untuk orang yang salah."

Simpan air mata untuk tawa bahagia kamu dengan dia, yang tentunya terbaik.

“Aku suka angkasa dan aku benci semesta. Angkasa membuatku sukmaku tenang dan damai. Sementara itu, semesta membuatku gundah dan gelisah. Selalu saja semesta bekerja tak sesuai rencana. Dan angkasa yang menjadi tempatku menceritakan semuanya. Angkasa begitu baik memberiku kehangatan di pagi hari, memberiku keteduhan di siang hari, memberiku kelembutan di sore hari, dan memberiku kegelapan di malam hari. Namun, angkasa tahu aku tak suka gelap, jadi angkasa meminta kepada bintang untuk menjaga dan menemaniku dengan sinarnya. Angkasa membiarkan dirinya gelap sementara, agar bintang memiliki kesempatan untuk bisa bersamaku. Sang bintang tak dapat bersinar terang tanpa adanya kegelapan” Alana bergumam dalam hati meratapi nasibnya yang semakin jauh dengan orang yang disukainya, Alfa.

"Aku tidak tahu apakah aku menyukaimu atau tidak, Alfa. Aku merasa, dalam setiap langkahku selalu ada kamu, Alfa. Dalam setiap tawaku, kamu penyebabnya. Dan, alasanku untuk membuka hati hanya kamu yang bisa" Alana tertuduk muram sambil meneteskan air mata.

Sayangnya Alfa belum tahu jika Alana menyukainya.

Dan Alana juga belum mengerti kalau Alfa sejak lama memiliki rasa suka pada Alana, bahkan sebelum Alana menyukainya.

Mereka belum pernah mengungkapkan perasaan satu sama lain. Akan tetapi, mereka berdua terlanjur saling asing dan berjauhan.

Lalu, apa yang akan terjadi pada Alfa dan Alana?

Bagaimana dengan Arga dan Arka?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status