“Tidak perlu terlalu terang, cukup ada, dan tak kunjung padam”
Malam yang terasa sangat terang dan bertabur gemerlap cahaya bintang membuat rasa sunyi di malam hari menjadi pergi. Kerlap-kerlip bintang akan menemani simulasi Agha dan Alana
Agha telah sampai lebih awal daripada Alana, dia berniat untuk memastikan lapangan kosong dan nantinya tidak menganggu orang lain
Saat melihat Alana menuju ke arah lapangan, Agha berteriak memanggilnya, karena lapangan kampus cukup gelap, hanya ada beberapa lampu led meteor jatuh berwarna putih seperti salju yang menetes dari pepohonan yang rindang
“Alana” panggil Agha
“Iyaa” jawab Alana sambil mengangguk dari arah kejauhan
“Sini, cepat” pinta Agha
“Oke” balas Alana
“Bagaimana kalau kita latihan sekarang saja? Lebih cepat lebih baik bukan?” tanya Agha
“Boleh, tapi ajarin ya?” pinta Alana sambil bertanya
“Oke” balas Agha
Agha dan Alana bersiap-sia
“Kagumi saja dari jauh, daripada dia tahu, lalu menjauh” Hari yang telah dinantikan banyak orang telah tiba Pagi hari di kampus kota yang terkenal dingin itu mendadak menjadi hangat dan riuh dengan desas-desus acara ‘Voice Of The Day’. Akan tetapi, Agha dan Alana yang seolah tidak begitu terusik dengan berbagai pembicaraan hangat yang muncul dari kalangan teman-temannya Agha dan Alana berangkat bersama agar lebih efisien dan alasan lain agar mereka jauh lebih yakin dengan satu sama lain. Agha berjalan lebih dahulu, dan Alana mengikuti di belakangnya “Halo, selamat pagi Agha, by the way cool banget ” sapa Algebrata “Pagi, apanya yang keren?” tanya Agha “Kau tidakkah tahu bahwa setiap jeritan histeris dari perempuan di luar sana itu karena melihatmu” balas Algebrata “Thank you” jawab Agha Lalu, Algebrata mengamati cewek yang sedang berdiri membelakangi dirinya dan Agha
“Aku jatuh hati, kepada hati yang tidak pernah jatuh kepadaku” “Dari mana kamu tahu aku pernah sakit hati lebih dari sekali?” tanya Alana pada Agha “Apakah kamu tidak menyadarinya?” Agha kembali bertanya “Maksudnya?” tanya Alana dengan rasa penasaran “Aku tahu semuanya” balas Agha “Tahu apa?” tanya Alana kembali “Walaupun kamu memilih diam seribu bahasa, kedua mata kamu dapat mengatakan yang sejujurnya” terang Agha “Itu hanya kebetulan” balas Alana singkat “Tidak, ucapanmu itu hanya untuk mengelak dari kenyataan yang tidak dapat ditolak” jelas Agha kembali Alana tidak bergeming dan hanya memandangi Agha dengan tatapan datar “Bagaimana kamu bisa mengetahui semua itu?” tanya Alana dengan nada heran “Aku mempelajarinya” balas Alana “Apa? Kalau begitu kamu tidak perlu menerapkannya padaku” ujar Alana “Kenapa?” tanya Agha “Karena aku tidak ingin kamu mengetahui s
“Aku melangkah hingga lelah, ternyata kamu melangkah ke lain arah” Dari arah kejauhan, Arka melihat Algi dan Alana berkenalan dengan berjabatan tangan. Arka tidak menyukai pemandangan tersebut dan berusaha merusak suasana “Apaan sih? Kenalan aja lama banget” kata Arka dengan nada tinggi “Ha? Kok? Kamu?” ucap Alana dengan terbata-bata “Kenapa kaget ya aku ada disini?” tanya Arka dengan mendekatkan wajahnya ke wajah Alana Alana menunduk kepala “Eh Algi, jangan bilang, kamu temannya si cowok paling ngeselin di dunia ini?” tanya Alana Algi hanya mengangguk dengan pasrah “Nggak mungkin. Ini nggak mungkin” ucap Alana “Apanya yang nggak mungkin?” tanya Arka “Kenapa bisa iblis kejam kayak kamu punya teman malaikat mulia seperti dia?” tanya Alana dengan nada menyindir Arka Seketika semua teman Arka tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Alana. Bukan untuk menertawakan Alana, akan tetapi me
“Aku kira mengenalmu hanya sampai nyaman, ternyata hingga aku merasa takut kehilangan” Agha mengajak Alana untuk foto bersama dengan cara selfie, hal ini tidak lain karena Alana penasaran dengan ciptaan Tuhan yang lebih indah dari pelangi. Kepolosan Alana terkadang membuatnya membutuhkan waktu agak lama untuk memahami beberapa ucapan cowok, karena sejak Alana mengalami patah hati paling hebat karena Alfa, dia tidak pernah berekspektasi apapun terhadap orang lain “Ayo, selfie” ajak Agha “1...2...3...oke” hitung Agha “Ini” lanjut Agha sambil menunjukkan hasil foto selfie tersebut “Apa?” tanya Alana dengan penuh rasa penasaran “Tadi kamu bertanya ciptaan Tuhan yang lebih indah dari pelangi, jawabannya ya ini” balas Agha dengan menunjuk hasil foto selfie mereka di ponsel Agha “Iya, terus?” tanya Alana “Astaga Alana, harus banget ya aku bilang ‘kamu’? tanya Agha dengan nada merasa jengkel aka
“Aku merindukanmu dengan sebuah rasa, sedangkan kamu hanya membalas dengan sebatas kata” Agha dan Alana telah melenggang pergi dengan suara motor yang tidak terlalu bising, meningkalkan cafe coffee dan segala kenangannya “Sebenarnya kamu sama dia itu pernah dekat atau bagaimana sih?” tanya Algi penasaran “Sama Alana?” tanya Arka Algi mengangguk sambil meminum segelas americano coffee “Kamu mau aku beri tau sesuatu?” tanya Arka pada teman-temannya dengan sedikit ragu-ragu “Apa?” tanya teman-teman Algi dengan serentak “Dulu cewek itu yang mengejarku” kata Arka “Mana mungkin?” tanya Algi dengan memicingkan sebelah matanya “Seriusan” balas Arka “Lalu?” tanya Algi kembali “Waktu itu aku melakukan kesalahan besar” ucap Arka “Kenapa?” tanya teman Arka di sisi sebelah kanan “Aku mengacuhkan, mengabaikan, menghindari, dan bahkan aku meminta teman dekatnya m
“Mengikhlaskan berarti merelakan dia bersama siapapun. Karena, akhirnya kita paham, bahwa kita dipertemukan hanya untuk menjadi teman” Kling... [Satu pesan dari Algi belum dibaca] “Ha? Apa dia tahu aku sedang stalking dia? Astaga” bisik Alana dalam benak denganrasa heran Alana terkejut bukan main dan segera membaca pesan tersebut “Alana, aku Algi. Apa Arka sekarang mengejarmu?” tanya Algi dengan tiba-tiba “Nggak” jawab Alana dengan singkat “Berarti belum, dan dia sepertinya akan mengejarmu” lanjut Algi “Kamu tahu sosial mediaku darimana?” tanya Alana “Bukan hal sulit untuk mengetahui hal itu” balas Algi “Kenapa emangnya kamu tanya tentang Arka tadi?” tanya Alana “Kamu pernah dijauhi Arka bukan?” tanya Algi yang sebenarnya dia sendiri sudah mengetahui jawabannya, akan tetapi dia menginginkan jawaban langsung dari Alana Ketika membaca pesan tersebut, rasanya gemuruh suara hu
“Dan, sekarang hati yang pernah kamu sembuhkan, kembali kamu patahkan” Alana tidak memiliki pilihan lain, yang terpikirkan dalam pikirannya sekarang hanyalah Arga “Aku harus minta tolong ke Arga” bisik Alana dalam hati “Tapi, bagaimana caraku meminta tolong?” tanya Alana dalam benaknya Alana mulai mengetik pesan dan menghapusnya kembali Mengetik dan menghapusnya lagi Mengetik lagi, lalu menghapusnya lagi “Bagaiamana kalau Arga tidak mau membantuku?” tanya Alana dalam benaknya “Sudahlah, itu urusan nanti, sekarang aku harus mencobanya dulu, tidak apa-apa jika dia tidak mau membantu” ucap Alana Tanpa berpikir panjang lagi, Alana segera mengetik dan mengirim pesan kepada Arga Kling... [Satu pesan dari Alana belum dibaca] “Gha, kamu lagi sibuk nggak?” tanya Alana “Nggak, kenapa?” tanya Arga pada Alana “Aku mau minta tolong” lanjut Alana “Apa?” tanya Arga
“Apabila ingin mengetahui rasanya menyembunyikan rasa sakit, tanyakan pada orang yang terlihat bahagia” X Iblis Kejam X Bolehkah aku bertanya? Mengapa kau mengalir pergi Kala ucap terpatri di hati Akankah kau buktikan kau benci dirimu sendiri Kau tolak empat mata Namun, kau suka main mata Nan, bolak balikkan kata Laksana bunga tidur yang terasa Pijar yang ku cari Bukan kata manis yang kau beri Nostalgia yang ku rasa Apa kau merasa hal yang sama? Iblis kejam... Lihat tanda tanya ini Bisakah kita menjadi sahabat? Atau Berteman hingga akhir hayat? Nan, maaf kutelusupkan kau dalam puisi ini 26-04-2018 Arka membaca kembali puisi tersebut dan mengamati tulisan tangan di kertas yang sedang dipegangnya. Lalu, tiba-tiba dia teringat bahwa satu-satunya yang memanggilny