Home / Sci-Fi / AETHERITH: Perang Planet Astarhea / Chapter 2: Peluru yang Diputarbalikkan

Share

Chapter 2: Peluru yang Diputarbalikkan

Author: YRD20
last update Last Updated: 2025-11-03 03:23:26

Di dalam Bunker Snow Fang, suasana kontras dengan salju yang ganas di atasnya. Presiden Wei Shen menatap jam hitung mundur di layar utama.

Dr. Jian Li berdiri di sampingnya, pandangannya terarah pada feed video dari Pos Terdepan Frostfire milik mereka sendiri—pos perbatasan yang sebentar lagi akan dihancurkan oleh unit Republik yang menyamar.

​"Operasi ini mengandung risiko politik tertinggi, Jian Li," ujar Wei Shen, suaranya tegang. "Jika Panglima Jae-won menyadari bahwa lencana Naga Biru pada drone penyerang itu palsu, apalagi jika ia mengetahui detail Proyek Nexus Drive, kita tidak hanya akan memulai perang terbuka, kita akan kehilangan semua legitimasi di Astarhea."

​Jian Li tersenyum dingin. "Jae-won hanyalah Panglima, Tuan Presiden, bukan politisi ulung. Dia akan melihat api di garis perbatasannya, bukan asap di balik layar. Unit kamuflase kita telah memuat signature drone Federasi yang direkayasa sempurna. Mereka akan percaya bahwa Federasi-lah yang melancarkan agresi. Dan sementara dunia disibukkan oleh sandiwara ini, Tim Phantom sudah bergerak."

​Di sisi lain, tiga kilometer melintasi Garis Demarkasi Utara yang membeku, Panglima Jae-won sedang meninjau unit Soldierid beratnya di Markas Satuan Tugas Titan. Udara di sana begitu beku sehingga uap dari mesin jet Soldierid membeku seketika.

​Tiba-tiba, sirene darurat meraung dari panel utama Federasi. Sebuah peringatan intrusi di Sektor Perbatasan Gamma, mengindikasikan serangan besar-besaran terhadap Pos Terdepan Republik di Frostfire yang berdekatan.

​"Ada apa ini?" seru Jae-won, kaget. "Serangan Republik? Mustahil, kami tidak menerima laporan intelijen akan ada pergerakan!"

​Bersamaan dengan itu, holo-kom pribadinya berkedip, menampilkan panggilan darurat dari Kekaisaran Phoenix Emas. Sebagai pusat diplomasi dan ilmu pengetahuan, Kekaisaran Phoenix Emas memiliki jaringan pengawasan global yang tak tertandingi, dirancang untuk mendeteksi setiap fluktuasi energi dan konflik yang berpotensi memicu ketidakstabilan di Benua Olympia. Karena itu, mereka adalah yang pertama mengonfirmasi dan menyiarkan berita konflik.

​Dari layar holo-kom Jae-won, muncul wajah Kapten Ren Mikami, tangan kanan Putri Akari, dengan ekspresi serius. "Panglima Jae-won!" teriak Ren, suaranya nyaris tenggelam oleh hiruk-pikuk yang terdengar dari sisi Kekaisaran. "Republik Serigala Putih baru saja diserang secara besar-besaran di Pos Frostfire! Mereka menyiarkan feed perang global dan sistem Kekaisaran mengonfirmasi! Republik menuduh Federasi menggunakan unit penyerang Tipe-33 Marauder!"

​Jae-won segera ke ruang komando. Di layar besar, terlihat Pos Frostfire milik Republik terbakar. Unit-unit drone cepat yang jelas-jelas dicat dengan lambang Naga Biru Federasi menghujani tembakan plasma. Kekacauan total.

​"Tipe-33 Marauder?" gumam Jae-won, matanya yang tajam menelisik setiap detail feed yang disiarkan. "Tidak mungkin. Tipe-33 sudah pensiun tahun lalu. Dan lihat formasi serangan itu—terlalu berantakan, terlalu tergesa-gesa untuk Federasi. Ini bukan upaya penaklukan. Ini... sandiwara murahan."

​Jae-won mengambil holo-tablet dan memproyeksikan data serangan real-time yang diterima intelijen mereka. "Pindahkan semua rekaman serangan ke filter analisis. Bandingkan pola tembakan. Ini penting: Federasi tidak pernah menyerang seperti pengecut."

​Di Bunker Snow Fang, Jian Li tertawa puas melihat tayangan berita global. "Panglima itu cerdas, tapi waktu Jae-won akan habis menganalisis rekaman. Fokus, Tuan Presiden. Tim Phantom hanya punya lima menit lagi."

​Wei Shen mengangguk, matanya terpaku pada feed kedua: Modul Kompensator Inti. "Ayahku membayar harga mahal 23 tahun lalu untuk Nexus Drive yang gagal. Dunia menganggapnya gila. Modul ini adalah kunci untuk membuktikan bahwa dia benar. Ini adalah warisan yang harus kubersihkan, bahkan jika aku harus membakar seluruh Benua Olympia untuk itu."

​Tepat saat itu, alarm merah berkedip di holo-tablet Jae-won. Bukan peringatan serangan, melainkan peringatan penyusupan tingkat Alpha di Gudang Intelijen Gamma-7—sebuah fasilitas yang terletak jauh dari Frostfire, tetapi sangat dekat dengan perbatasan.

​"Penyusupan?" bentak Jae-won. "Mereka tidak menyerang Pos Frostfire untuk menaklukkan. Mereka menyerang untuk mengalihkan perhatian kita dari Gamma-7! Pos Frostfire hanyalah peluru yang diputarbalikkan!"

​Jae-won menyadari motif sebenarnya: pencurian. Unit stealth Republik, Tim Phantom, telah memanfaatkan serangan false flag mereka sendiri di Frostfire (dengan drone Federasi palsu) untuk menyusup ke Gamma-7 yang pertahanannya dilucuti karena semua perhatian terfokus pada "serangan Federasi" di Frostfire.

​"Aktifkan kode Vanguard! Semua unit Soldierid Tipe-50 ke Gamma-7 sekarang! Jika mereka mendapatkan apa pun dari sana, Perang Dingin ini akan berakhir dengan penghancuran!" perintah Jae-won, suaranya bergetar karena amarah dan frustrasi karena telah dipermainkan.

​Namun sudah terlambat. Di Bunker Snow Fang, Jian Li menyeringai. "Modul telah diamankan, Tuan Presiden. Tim Phantom berhasil. Dan sekarang, Panglima Jae-won telah melanggar perjanjian gencatan senjata dengan mengerahkan Tipe-50 ke perbatasan, terlepas dari alasan apa pun. Dia terpojok. Kita menang di segala lini."

​Wei Shen menghela napas lega, ambisi ayahnya kini selangkah lebih dekat untuk terwujud.

​Sementara itu, di Markas Titan yang dingin, Jae-won menatap layar gudang Gamma-7 yang kini kosong, di mana Modul Kompensator Inti seharusnya berada. Dia menggenggam tinjunya erat-erat, wajahnya keras. Dia telah dipermainkan oleh kecerdasan Republik, dan kini dunia percaya Federasi adalah agresor.

​Jae-won melihat ke utara, ke arah Pegunungan Es yang menyembunyikan Bunker Snow Fang. "Mereka tidak menginginkan perang," bisik Jae-won pada dirinya sendiri, suaranya dipenuhi firasat buruk.

"Mereka menginginkan sesuatu yang jauh lebih besar, sebuah kekuatan yang bisa mengubah tatanan dasar Astarhea itu sendiri. Dan mereka rela mengorbankan segalanya untuk itu."

​Jae-won tahu dia sekarang bukan hanya Panglima yang kalah dalam pertarungan politik, tapi juga pelaku utama dalam drama krisis internasional yang disulap Republik. Dia seorang jenderal yang dipaksa menghadapi kebenaran pahit: musuhnya tidak bermain sesuai aturan perang konvensional.

​Pertanyaan yang kini membakar jiwanya bukanlah 'bagaimana cara membalas dendam atas kehinaan ini,' melainkan 'bagaimana cara menghentikan badai yang tak terlihat ini sebelum menelan kita semua ke dalam peperangan berdarah?' Dia tidak tahu apa yang sedang dibangun Republik, tapi dia tahu, dengan keyakinan yang dingin, bahwa itu akan jauh melampaui imajinasi terburuknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AETHERITH: Perang Planet Astarhea   Chapter 7: Kota Cakar Merah

    Fajar menyingsing dengan lambat di ufuk timur, mengusir dinginnya malam gurun dengan kehangatan lembut. Cahaya keemasan pertama menyelinap masuk melalui dinding transparan tenda-tenda auto-deploy yang ringkas, membangunkan tim Jae-won dari tidur lelap mereka. Mereka berkemah di garis batas Hutan Jaya, yang menjadi batas alami antara Gurun Tandus dan Kerajaan Harimau Merah. Aroma tanah basah dan dedaunan hutan yang masih menyusup masuk, memberikan kontras yang menyegarkan dari bau mesiu dan pasir yang telah mereka hirup berhari-hari. Ji-hoon adalah yang pertama bangkit, menguap lebar, lalu dengan cepat menekan tombol di kapsul tendanya, dan tenda itu pun mengempis, menyisakan tas ringkas di tanah. "Selamat pagi, para buronan," sapanya dengan nada ceria yang mengejutkan, meskipun semalam ia adalah yang paling lelah, "Waktunya melanjutkan perjalanan. Aku sudah perbaiki mesin sebisanya. Sekarang mobil itu seharusnya bisa menempuh beberapa ratus kilometer lagi sebelum benar-benar mogo

  • AETHERITH: Perang Planet Astarhea   Chpater 6: Dibawah Bintang-bintang

    Cahaya terakhir matahari telah memudar di balik punggung gurun yang kejam, digantikan oleh selimut malam yang dingin. Tim Jae-won akhirnya tiba di ambang batas Hutan Jaya, sebuah oase hijau yang menjanjikan perlindungan dari mata-mata Federasi dan bayang-bayang masa lalu mereka. Namun, memasuki hutan di malam hari bukanlah pilihan bijak, terutama dengan kendaraan pengangkut yang rusak dan Min-seo yang Soldierid-nya masih pincang. Mereka memutuskan untuk berkemah di tepi gurun, tepat di garis demarkasi antara kekosongan pasir dan rimbunnya pohon-pohon kuno.​Ji-hoon dengan cekatan menekan panel di samping kendaraan yang berasap, mengeluarkan sebuah kompartemen penyimpanan otomatis. Di dalamnya, tersusun rapi berbagai peralatan kemah futuristik."Setidaknya, kita tidak perlu mengkhawatirkan tempat tidur yang nyaman," ujarnya, seringai kecil muncul di bibirnya.​Dari kompartemen itu, ia mengeluarkan empat buah kapsul tenda auto-deploy yang seukuran telapak tangan. Hanya dengan satu sentu

  • AETHERITH: Perang Planet Astarhea   Chapter 5: Bantuan Menuju Harapan

    Matahari Astarhea yang meredup menggantung rendah di cakrawala gurun, mewarnai hamparan batu dan pasir dengan gradasi oranye dan merah darah yang muram. Di bawah langit yang begitu luas dan tak acuh, tim kecil pimpinan Jae-won bergerak maju. Mereka adalah sisa-sisa kesetiaan yang tak tergoyahkan: Jae-won sendiri, sang Panglima yang kini dicap pengkhianat; Kapten Ji-hoon, pengemudi andal dengan kesetiaan membaja; Mayor Hyun-woo, hantu infiltrasi yang bergerak di antara bayang-bayang; dan Kapten Min-seo, pilot Soldierid yang berani. Kendaraan pengangkut lapis baja mereka, yang tua namun telah dimodifikasi dengan susah payah, mendaki jalur kuno yang jarang dilalui—sebuah urat nadi perdagangan dari era lampau, kini sarang bagi bahaya dan ketidakpastian. Setiap derit roda, setiap embusan angin gurun yang dingin, membawa serta ketegangan yang lebih pekat daripada debu yang terangkat. Kesadaran pahit meresap ke dalam tulang mereka: mereka adalah buruan paling dicari di seluruh Olympia, seo

  • AETHERITH: Perang Planet Astarhea   Chapter 4: Jalan Sang Pengkhianat

    Pintu bunker baja di bawah Markas Satuan Tugas Titan berderit membuka, mengeluarkan hawa dingin ke udara malam. Ini bukan pintu depan menuju koridor markas yang kini dikuasai Faksi Naga Hijau, melainkan jalur evakuasi rahasia yang mengarah langsung ke pegunungan terjal di luar wilayah inti Federasi.Di hadapan Panglima Jae-won, kini seorang buronan, terbentanglah kehancuran yang tak terduga—bukan oleh musuh luar, melainkan oleh bangsanya sendiri.Kapten Ji-hoon, dengan wajah ditutupi hood dan mata yang hanya memancarkan cahaya laser dari senter kecil, memimpin jalan. Mereka mengendarai kendaraan pengangkut lapis baja yang tua dan dimodifikasi, satu-satunya yang berhasil mereka pertahankan dari gudang rahasia. Target mereka: Hutan Jaya, Kerajaan Harimau Merah, aliansi terakhir.​Perjalanan di jalur pegunungan terjal itu sunyi dan penuh ketegangan. Mereka berhasil melewati pos-pos terdepan Federasi yang kini telah mengibarkan bendera Faksi Naga Hijau, menyelinap di bawah radar yang sibu

  • AETHERITH: Perang Planet Astarhea   Chapter 3: Pembelotan Berdarah

    Tuduhan agresi Republik menyebar seperti api di seluruh Dewan Keamanan Astarhea. Dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam setelah insiden Pos Frostfire, Federasi Militer Naga Biru secara politik terasingkan, dipandang sebagai agresor oleh kekuatan global. Tanpa bukti nyata yang dapat membantah rekaman feed palsu Republik, Panglima Jae-won terpojok.Perintah dari Dewan Nasional Federasi, yang ditekan oleh kekuatan global, adalah untuk menahan diri dari pembalasan militer. Namun, itu adalah perintah yang terasa seperti belati yang mengiris hati seorang prajurit.​Jae-won, di Markas Satuan Tugas Titan, menahan amarah yang membara di dalam dirinya, sebuah bara yang siap meledak namun terkendali oleh akal sehat yang tajam. Dia tahu betul bahwa menyerang balik Republik hanya akan memainkan skenario yang telah dibuat Wei Shen, sebuah drama yang dirancang untuk membenarkan narasi mereka. Dia harus menahan diri, setidaknya sampai dia bisa mendapatkan kembali Modul Kompensator Inti yang dicu

  • AETHERITH: Perang Planet Astarhea   Chapter 2: Peluru yang Diputarbalikkan

    Di dalam Bunker Snow Fang, suasana kontras dengan salju yang ganas di atasnya. Presiden Wei Shen menatap jam hitung mundur di layar utama.Dr. Jian Li berdiri di sampingnya, pandangannya terarah pada feed video dari Pos Terdepan Frostfire milik mereka sendiri—pos perbatasan yang sebentar lagi akan dihancurkan oleh unit Republik yang menyamar.​"Operasi ini mengandung risiko politik tertinggi, Jian Li," ujar Wei Shen, suaranya tegang. "Jika Panglima Jae-won menyadari bahwa lencana Naga Biru pada drone penyerang itu palsu, apalagi jika ia mengetahui detail Proyek Nexus Drive, kita tidak hanya akan memulai perang terbuka, kita akan kehilangan semua legitimasi di Astarhea."​Jian Li tersenyum dingin. "Jae-won hanyalah Panglima, Tuan Presiden, bukan politisi ulung. Dia akan melihat api di garis perbatasannya, bukan asap di balik layar. Unit kamuflase kita telah memuat signature drone Federasi yang direkayasa sempurna. Mereka akan percaya bahwa Federasi-lah yang melancarkan agresi. Dan seme

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status