MasukDi dalam Bunker Snow Fang, suasana kontras dengan salju yang ganas di atasnya. Presiden Wei Shen menatap jam hitung mundur di layar utama.
Dr. Jian Li berdiri di sampingnya, pandangannya terarah pada feed video dari Pos Terdepan Frostfire milik mereka sendiri—pos perbatasan yang sebentar lagi akan dihancurkan oleh unit Republik yang menyamar. "Operasi ini mengandung risiko politik tertinggi, Jian Li," ujar Wei Shen, suaranya tegang. "Jika Panglima Jae-won menyadari bahwa lencana Naga Biru pada drone penyerang itu palsu, apalagi jika ia mengetahui detail Proyek Nexus Drive, kita tidak hanya akan memulai perang terbuka, kita akan kehilangan semua legitimasi di Astarhea." Jian Li tersenyum dingin. "Jae-won hanyalah Panglima, Tuan Presiden, bukan politisi ulung. Dia akan melihat api di garis perbatasannya, bukan asap di balik layar. Unit kamuflase kita telah memuat signature drone Federasi yang direkayasa sempurna. Mereka akan percaya bahwa Federasi-lah yang melancarkan agresi. Dan sementara dunia disibukkan oleh sandiwara ini, Tim Phantom sudah bergerak." Di sisi lain, tiga kilometer melintasi Garis Demarkasi Utara yang membeku, Panglima Jae-won sedang meninjau unit Soldierid beratnya di Markas Satuan Tugas Titan. Udara di sana begitu beku sehingga uap dari mesin jet Soldierid membeku seketika. Tiba-tiba, sirene darurat meraung dari panel utama Federasi. Sebuah peringatan intrusi di Sektor Perbatasan Gamma, mengindikasikan serangan besar-besaran terhadap Pos Terdepan Republik di Frostfire yang berdekatan. "Ada apa ini?" seru Jae-won, kaget. "Serangan Republik? Mustahil, kami tidak menerima laporan intelijen akan ada pergerakan!" Bersamaan dengan itu, holo-kom pribadinya berkedip, menampilkan panggilan darurat dari Kekaisaran Phoenix. Sebagai pusat diplomasi dan ilmu pengetahuan, Kekaisaran Phoenix memiliki jaringan pengawasan global yang tak tertandingi, dirancang untuk mendeteksi setiap fluktuasi energi dan konflik yang berpotensi memicu ketidakstabilan di Benua Olympia. Karena itu, mereka adalah yang pertama mengonfirmasi dan menyiarkan berita konflik. Dari layar holo-kom Jae-won, muncul wajah Kapten Ren Mikami, tangan kanan Putri Akari, dengan ekspresi serius. "Panglima Jae-won!" teriak Ren, suaranya nyaris tenggelam oleh hiruk-pikuk yang terdengar dari sisi Kekaisaran. "Republik Serigala Putih baru saja diserang secara besar-besaran di Pos Frostfire! Mereka menyiarkan feed perang global dan sistem Kekaisaran mengonfirmasi! Republik menuduh Federasi menggunakan unit penyerang Tipe-33 Marauder!" Jae-won segera ke ruang komando. Di layar besar, terlihat Pos Frostfire milik Republik terbakar. Unit-unit drone cepat yang jelas-jelas dicat dengan lambang Naga Biru Federasi menghujani tembakan plasma. Kekacauan total. "Tipe-33 Marauder?" gumam Jae-won, matanya yang tajam menelisik setiap detail feed yang disiarkan. "Tidak mungkin. Tipe-33 sudah pensiun tahun lalu. Dan lihat formasi serangan itu—terlalu berantakan, terlalu tergesa-gesa untuk Federasi. Ini bukan upaya penaklukan. Ini... sandiwara murahan." Jae-won mengambil holo-tablet dan memproyeksikan data serangan real-time yang diterima intelijen mereka. "Pindahkan semua rekaman serangan ke filter analisis. Bandingkan pola tembakan. Ini penting: Federasi tidak pernah menyerang seperti pengecut." Di Bunker Snow Fang, Jian Li tertawa puas melihat tayangan berita global. "Panglima itu cerdas, tapi waktu Jae-won akan habis menganalisis rekaman. Fokus, Tuan Presiden. Tim Phantom hanya punya lima menit lagi." Wei Shen mengangguk, matanya terpaku pada feed kedua: Modul Kompensator Inti. "Ayahku membayar harga mahal 23 tahun lalu untuk Nexus Drive yang gagal. Dunia menganggapnya gila. Modul ini adalah kunci untuk membuktikan bahwa dia benar. Ini adalah warisan yang harus kubersihkan, bahkan jika aku harus membakar seluruh Benua Olympia untuk itu." Tepat saat itu, alarm merah berkedip di holo-tablet Jae-won. Bukan peringatan serangan, melainkan peringatan penyusupan tingkat Alpha di Gudang Intelijen Gamma-7—sebuah fasilitas yang terletak jauh dari Frostfire, tetapi sangat dekat dengan perbatasan. "Penyusupan?!" bentak Jae-won. "Mereka tidak menyerang Pos Frostfire untuk menaklukkan. Mereka menyerang untuk mengalihkan perhatian kita dari Gamma-7! Pos Frostfire hanyalah peluru yang diputarbalikkan!" Jae-won menyadari motif sebenarnya: pencurian. Unit stealth Republik, Tim Phantom, telah memanfaatkan serangan false flag mereka sendiri di Frostfire (dengan drone Federasi palsu) untuk menyusup ke Gamma-7 yang pertahanannya dilucuti karena semua perhatian terfokus pada "serangan Federasi" di Frostfire. "Aktifkan kode Vanguard! Semua unit Soldierid Tipe-50 ke Gamma-7 sekarang! Jika mereka mendapatkan apa pun dari sana, Perang Dingin ini akan berakhir dengan penghancuran!" perintah Jae-won, suaranya bergetar karena amarah dan frustrasi karena telah dipermainkan. Namun sudah terlambat. Di Bunker Snow Fang, Jian Li menyeringai. "Modul telah diamankan, Tuan Presiden. Tim Phantom berhasil. Dan sekarang, Panglima Jae-won telah melanggar perjanjian gencatan senjata dengan mengerahkan Tipe-50 ke perbatasan, terlepas dari alasan apa pun. Dia terpojok. Kita menang di segala lini." Wei Shen menghela napas lega, ambisi ayahnya kini selangkah lebih dekat untuk terwujud. Sementara itu, di Markas Titan yang dingin, Jae-won menatap layar gudang Gamma-7 yang kini kosong, di mana Modul Kompensator Inti seharusnya berada. Dia menggenggam tinjunya erat-erat, wajahnya keras. Dia telah dipermainkan oleh kecerdasan Republik, dan kini dunia percaya Federasi adalah agresor. Jae-won melihat ke utara, ke arah Pegunungan Es yang menyembunyikan Bunker Snow Fang. "Mereka tidak menginginkan perang," bisik Jae-won pada dirinya sendiri, suaranya dipenuhi firasat buruk. "Mereka menginginkan sesuatu yang jauh lebih besar, sebuah kekuatan yang bisa mengubah tatanan dasar Astarhea itu sendiri. Dan mereka rela mengorbankan segalanya untuk itu." Jae-won tahu dia sekarang bukan hanya Panglima yang kalah dalam pertarungan politik, tapi juga pelaku utama dalam drama krisis internasional yang disulap Republik. Dia seorang jenderal yang dipaksa menghadapi kebenaran pahit: musuhnya tidak bermain sesuai aturan perang konvensional. Pertanyaan yang kini membakar jiwanya bukanlah 'bagaimana cara membalas dendam atas kehinaan ini,' melainkan 'bagaimana cara menghentikan badai yang tak terlihat ini sebelum menelan kita semua ke dalam peperangan berdarah?' Dia tidak tahu apa yang sedang dibangun Republik, tapi dia tahu, dengan keyakinan yang dingin, bahwa itu akan jauh melampaui imajinasi terburuknya.Langit-langit di Level B3 Menara Babelia mulai berderit hebat. Lempengan baja titanium setebal satu meter melengkung seolah ditekan oleh kekuatan raksasa yang tak terlihat. Debu teknologi—butiran logam mikro yang bersinar keperakan—jatuh menghujani ruangan, menciptakan kabut metalik yang menyesakkan napas. Di tengah laboratorium yang berantakan, kolam air raksa setinggi sepuluh meter mendadak mendidih. Cairan berat itu meledak ke atas, lalu memadat membentuk sesosok pemangsa purba: Argentum, sang Naga Mekanis. Wujud Argentum adalah perpaduan antara keindahan dan kengerian teknologi. Tubuhnya tidak memiliki bentuk statis; seluruh kulit dan ototnya adalah aliran logam cair perak yang terus berdenyut. Setiap kali ia melangkah, cakar-cakarnya memanjang dan menajam, menciptakan bunyi denting logam yang menyayat telinga saat bersentuhan dengan lantai. Sepasang matanya berupa sensor merah tajam yang menyapu seluruh ruangan dengan ketepatan yang mematikan. "Kartika, awas di sampingmu!" t
Kontras dengan badai pasir yang mengamuk dan puing-puing Menara Babelia yang berserakan di permukaan Gurun Utara, Level B1 Substratum Babelia adalah sebuah mahakarya arsitektur futuristik yang tersembunyi jauh di perut bumi. Begitu kaki melangkah masuk, keheningan yang steril segera menyambut. Ruangan ini tidak mengenal kegelapan; seluruh koridor bermandikan cahaya putih bersih dari panel spektrum luas yang tertanam mulus di langit-langit, menciptakan atmosfer laboratorium yang sangat cerah dan modern. Dinding-dindingnya terbuat dari polimer putih mengilap dengan aksen logam kromium yang memantulkan setiap gerakan seperti cermin yang jernih. Di tengah aula utama yang luas, Kapsul Regenerasi Aetherik (KRA) berdiri tegak bagaikan sebuah monumen kehidupan. Cairan regenerasi di dalamnya berdenyut pelan, memancarkan cahaya hijau zamrud yang hangat dan menenangkan. Di dalam tabung kaca yang tebal itu, tubuh Jae-won tampak mengapung dengan tenang, terhubung pada ribuan kabel halus yang men
Kontras dengan Gurun Utara Genevivre yang tadinya panas luar biasa, begitu melewati Gerbang Babelia, suhu di dalam kompleks mendadak lenyap, digantikan oleh keheningan total. Rasanya seperti masuk ke dalam ruangan hampa, dindingnya terbuat dari batu hitam monolitik yang dingin dan lembap. Tim Aliansi terpincang-pincang masuk, ambruk ke lantai koridor heksagonal yang mengilap, memantulkan cahaya biru redup dari kristal tersembunyi. Ruangan itu berbau ozon, logam dingin, dan esensi mineral purba. Prioritas utama mereka hanya satu: Jae-won. Kartika segera mendekat, meminta Enya mengecek kondisi Panglima yang tak sadarkan diri. "Racunnya parah sekali," bisik Enya. "Penolakan energi total. Jantungnya berjuang. Kita hanya punya waktu sangat sedikit." Ilias Zaire, sang Penjaga Babelia, berdiri tegak di ujung lorong, mengamati. "Anda lolos tes niat. Sekarang buktikan kecepatan. Lab Karantina ini tidak akan menyesuaikan dirinya dengan kelemahan Anda," kata Ilias datar. Kageyama da
Udara di Gurun Genevivre terasa mendidih di bawah tekanan energi yang sangat besar. Jae-won terkapar tak berdaya di balik bebatuan purba; keracunan Aethernya memburuk dengan setiap denyutan kilat biru kobalt dari Badai Aether yang Hidup. Enya dan Kageyama berjuang menjaga formasi, sementara Kartika menggenggam Gulungan Dunia yang berpendar liar.Tiba-tiba, Badai Aether itu bereaksi. Pusaran awan putih itu menyentak ke atas; tekanan frekuensi Badai memuncak hingga membuat telinga tim berdenging, seolah-olah seluruh atmosfer baru saja berteriak secara internal. Energi tersebut membentuk Pilar Siklon Murni yang menjulang tinggi hingga menembus lapisan awan. Kilat-kilat biru kobalt berputar di sekeliling pilar itu seperti ular yang marah. Suara angin, desisan listrik, dan gemuruh Badai mendadak lenyap, digantikan oleh keheningan total yang terasa lebih mencekik daripada Badai sebelumnya.Dari pusat Pilar tersebut, di antara cahaya putih kebiruan, seorang pria berbalut syal tebal muncul.
Pesawat Angkasa Phoenix Ascendant meluncur dalam keheningan yang dalam, memotong kegelapan di atas Planet Astarhea. Kapal itu adalah mahakarya Kekaisaran Phoenix—sebuah ruang operasi stealth. Di dalamnya, suasana terasa sangat tenang, kontras dengan misi berbahaya yang mereka emban.Di ruang makan, Chef Zacharia menyajikan hidangan dengan ketelitian yang tenang. Mangkuk-mangkuk Soto Harimau Emas memberikan kehangatan yang menenangkan. Di tengah meja, tersaji Bulgogi Sang Naga yang Kembali, daging panggang yang harum. Di sudut, diletakkan Mie Panjang Umur Giok yang mengilat—sebuah ironi pahit mengingat Ratu Aruna dan Putri Akari kini terbaring koma, menuntut penyembuhan yang segera. Piring-piring kecil berisi irisan tipis Sashimi Bintang Jatuh, elegan dan dingin. Akhirnya, ada Khao Pad Rajin, nasi goreng nanas yang mewah.Jae-won, Kartika, dan Enya duduk bersama. Di sisi lain meja, Kageyama dan Pedang Bayangan duduk kaku."Tujuannya adalah kelangsungan hidup," balas Kartika. "Tabib
Kecepatan Kumbang melampaui segala sesuatu yang pernah dikendarai Kartika atau Jae-won. Panther besar itu, dengan bulunya yang sehitam malam dan matanya yang memancarkan cahaya hijau stabil, bukanlah sekadar hewan pendamping; ia adalah manifestasi fisik dari Aether yang dikontrol penuh oleh Enya. Mereka melaju di atas atap perumahan padat Kesultanan Omar.Kumbang meluncur dari atap terakhir dan mendarat dengan mulus di halaman belakang yang gelap milik Penginapan milik Chef Zacharia. Di sana, Chef Zacharia, pemilik penginapan mewah, berdiri menunggu, masih mengenakan celemek koki yang bersih, wajahnya pucat karena ketegangan.Enya turun dari Kumbang. Risa melompat dan langsung berlari ke pelukan ayahnya. Chef Zacharia dengan cepat membawa putrinya ke ruang penyimpanan yang remang-remang.Setelah isak tangis yang singkat, Jae-won mendesak. “Anda harus bergerak sekarang. Setiap detik yang kita habiskan di sini adalah risiko.”Zacharia melepaskan pelukannya, mengambil kotak Gulungan







