Malam itu, Alina terbangun tepat pukul dua belas malam.
"Duh mau buang air kecil lagi, nih," gumam Alina berusaha mengangkat tubuhnya beranjak menuju kamar mandi di ruangan itu. Ia melangkah perlahan dengan menggenggam alat infus di tangannya ke kamar mandi."Issshhh sakit banget nih tangan," gumam Alina seraya berusaha menurunkan celananya.Setelah selesai menuntaskan hajatnya, ia meraih tuas kloset yang tiba-tiba berbunyi sendiri mem-flush isi toilet."Wuidih bagus juga nih kloset, jangan-jangan pakai sensor yang langsung bersih seketika," gumam Alina.Lalu ia menyalakan keran air dan membasuh wajahnya. Saat ia mengangkat wajahnya terlihat bayangan seorang perempuan di cermin yang menyentak tubuhnya."Astaga... bayangan apa itu?" Alina berusaha mengusap cermin di hadapannya."Perasaan aku aja kali, ya," gumam gadis itu lalu membalikkan tubuhnya untuk keluar dari toilet.Boooooooo!!!Wajah seorang wanita dengan luka sayatan benda tajam menyilang terpampang mengerikan. Luka itu terbuka menunjukkan daging segarnya dan tulang pipi yang terlihat. Darah mengucur bercampur nanah menimbulkan bau anyir yang menusuk ke dalam hidung si penerima. Hantu wanita yang tak mempunyai kaki itu melayang di hadapan Alina. Terlihat di bagian ujung pahanya itu hancur, mengerikan."Aaaaaaaaa!!!" Alina berusaha berteriak sekuat tenaganya dan langsung panik menuju keluar kamar mandi. Dia terlupa kalau tangannya menggunakan selang infus yang langsung terlepas.Darahnya sampai menetes keluar dari lubang jarum infus yang masih tertancap di pergelangan tangannya. Alina sampai menabrak Laila yang datang tiba-tiba membantunya."Kamu kenapa?" tanya Laila."A-ada, ada hantu di dalam," ucap Alina langsung naik ke atas ranjangnya dan meringkuk, menutupi tubuhnya dengan selimut. Tubuh gadis itu gemetar ketakutan.Laila menghela napas panjang, lalu perlahan ia menguatkan diri membuka pintu kamar mandi. Tak ada siapapun dia dapati di sana."Enggak ada siapa-siapa, Lin," ucapnya saat menoleh ke Alina. Tiba-tiba pintu kamar mandi tertutup sendiri dengan kencang seolah ada yang membanting.Brak!!!"Lho kok? Hiy... kayaknya kamu bener deh, Lin, ada sesuatu di dalam sana." Laila langsung naik ke atas ranjangnya."Terus kalau aku mau pipis apa mau pup gimana?" tanya Alina dari balik selimutnya."Ya udah tahan aja hehehe," sahut Laila yang ikut menarik selimut untuk bersembunyi."Kamu jadi pindah rumah sakit?" tanya Alina dari balik selimut."Kok, kamu tau?""Kan tadi mama kamu udah bilang mau pindahin kamu, kata dia rumah sakit ini kurang bagus, kan?""Biarin aja. Alina, kamu ada tamu malam-malam begini?" tanya Laila."Maksud kamu?" Alina makin tak mengerti dan mencoba melihat ke arah Laila."Di samping ranjang kamu ada dua orang lagi berdiri, itu siapa?" tanya Laila."Ih... jangan ngaco deh!""Beneran aku enggak ngaco, lihat deh sendiri, aku cuma bisa ngintip kaki mereka aja," sahut Laila.Alina berusaha memberanikan diri untuk menoleh.Perlahan demi perlahan ia membuka selimut yang menutupi wajahnya."Hei! kalian pada ngapain jam segini masih berisik aja?" tanya seorang suster yang baru saja muncul."Suster tadi emangnya ada dua orang di samping ranjang saya?" tanya Alina."Hahaha ngaco kamu, saya dari tadi sendirian berdiri di sini, baru masuk juga.""Kamu salah lihat tuh Laila, enggak ada siapa-siapa di sini," ucap Alina."Tadi aku sempet lihat—""Selamat malam semuanya, saya suster Alda, saya cek suhu tubuh dulu ya sama infus kalian, terus ini obatnya langsung minum aja," ucap Suster Alda."Semalam ini minum obat?" tanya Alina."Iyes, udah nurut aja, harusnya jam 9 tadi saya kasih, tapi kalian tidur pulas semua, eh ini malah pada bangun.""Besok aja minum obatnya ya," pinta Alina."Suster datang berdua, ya?" tanya Laila yang mengintip dari balik selimut."Berdua dari mana, saya sendiri, kok.""Itu di belakang suster ada kaki," tunjuk Laila.Suster Alda menoleh ke arah yang di tunjuk Laila. Tak ada apapun di sana."Kamu lihat apa, sih? Enggak ada siapa pun di belakang saya," sahut suster Alda."Lha, aku beneran liat...."Laila membuka selimutnya dan melihat sosok hantu perempuan salah satu temannya yang meninggal itu sedang menyeringai menatapnya."Aaaaaaaa!" Laila berteriak sekuat tenaga sampai tak sadarkan diri kemudian."Sus, itu Laila kenapa?" tanya Alina."Mungkin dia berhalusinasi," jawab Alda.Suster itu lalu memeriksa keadaan Laila."Dia pingsan, tapi biarkan saja biar sekalian istirahat," ucap Suster AldaSuster itu lalu pamit pergi. Alina merasakan bulu tengkuknya meremang. Ia menoleh perlahan ke belakangnya karena merasa ada sesuatu yang seolah sedang memandangnya. Gadis itu langsung menelan air liurnya yang terasa berat di batang tenggorokkan kala ia melihat dua sosok mengerikan itu.*****To be continue...Bab 140 AfraidTeriakan Nyi Asih nyaring terdengar, rupanya Rossa menusuk bola mata Nyi Asih dengan tusuk konde di tangannya."Rossa!" seketika Alina merasa dapat menggerakkan tubuhnya."Lari, Lin! Cepat lari!" pekik Rossa.Dengan mata berkaca-kaca, Alina masih enggan beranjak. Dia ingin lari bersama Rossa."Kita lari bareng!" ajak Alina."Aaaarrgghh, kalian kurang ajar! Aku akan habisi kalian berdua!" Nyi Asih mencabut tusuk konde di bola matanya. Wanita iblis itu lalu bergerak menghampiri Alina dan Rossa. Ia bersiap menghunuskan tusuk konde tersebut ke Alina. Tetapi Rossa menepisnya. Ia mengorbankan tangan kanannya dan tertusuk tusuk konde tersebut."Rossa!" teriak Alina seraya memegangi tangan Rossa.Darah mengucur dengan deras dari lukanya."Lari, Lin! Kamu harus lari! Selamatkan dirimu!" pinta Rossa."Nggak, aku nggak akan pergi tanpa kamu," lirih Alina.Nyi Asih semakin tertawa puas. Ia beranjak menghampiri dan kini hendak mencekik Alina. Tiba-tiba, sosok pria hadir dan mengha
Bab 139 Afraid"Makhluk jadi-jadian, Do," bisik Indra."Aku juga tahu kalau itu mah. Jelasnya itu makhluk apa? Mana badannya gak lengkap gitu," bisik Aldo ketakutan.Indra dan Aldo yang sama-sama ketakutan akhirnya memutuskan untuk berteriak. Beberapa warga yang mendengar langsung menoleh dan menghampiri. Mereka lantas mengejar Ningsih.Anto terlihat kebingungan. Dia masih tak menyangka kalau yang dia pikirkan selama ini benar. Ningsih adalah makhluk yang meneror warga kampung selama ini. Hatinya sangat kalut. Namun, dia begitu mencintai Ningsih.Tubuh Anto gemetar hebat. Lemas dan tiada berdaya. Namun, lagi-lagi Anto menyerah. Dia tak bisa memburu sang istri. Dia tak akan meninggalkan sang istri, dia tak bisa.Malam itu, Anto menjerit dalam hati. Dia memaksa diri untuk mengejar sang istri. Dia mau melindunginya. Meskipun dia masih tetap ngeri dan ketakutan. Akan tetapi, Anto tetep nekat berlari."Ningsih, ingin rasanya aku pergi malam ini. Aku ingin pergi jauh dari tempat ini. Sung
Bab 138 Afraid"Kita harus segera pergi dari sini, Lin. Tidakkah desa ini mengerikan jika ada kutukan seperti itu?" bisik Rossa pada Alina."Iya, kamu bener, Sa. Aku ingin segera pergi dari sini," sahut Alina."Tolong! Tolong! Tolong! Aaaaaaaaaa!" teriakan seorang wanita terdengar di kebun belakang dekat dengan arah Laras tadi berlari.Beberapa warga langsung datang mendekat. Mereka menemukan hal mengerikan lainnya. Rupanya, Laras yang tengah kerasukan baru saja menarik seorang wanita hamil dan membuatnya melahirkan. Laras merebut paksa bayinya lalu kabur."Apa yang terjadi dengan Laras?" pekik ibunya Laras."Dia pergi, Bu," jawab salah satu warga yang tengah membopong wanita korban yang baru saja kehilangan bayinya."Memangnya apa yang Laras lakukan?!" tanyanya lagi."Bu, dia bukan Laras yang kamu kenal. Dia sudah berubah seperti iblis," ujar kepala desa."Laras ditemukan, Pak Kades! Dekat sungai di sana. Katanya dia lagi makan ari-ari bayi dan menghisap darahnya," ucap salah satu w
Bab 137 AfraidTiba-tiba, saat pencarian tengah berlangsung tadi, terdengar bunyi gemerisik dari daun kering yang terinjak sesuatu. Cepat-cepat salah satu penduduk mengarahkan obor."Suara apa itu?" tanya Tarno."Babi, No!" sahut Andi."Biasa aja ngomong babinya jangan sengaja banget muncrat ke muka aku," sungut Tarno. Sontak saja Indra dan Aldo menahan tawa mereka. Rupanya memang ada seekor babi hutan yang merasa terganggu muncul di sekitar mereka. Dua babi hutan yang induk dan anak itu, melarikan diri karena merasa terancam akan kedatangan manusia."Ahh... hanya babi, biarkan ia pergi. Ayo, kita harus secepatnya membawa Laras ke rumahnya. Soalnya nanti biar Pak Ustaz yang kasih air untuk menenangkan," kata salah satu penduduk. Indra akhirnya mengerti setelah dijelaskan karena memang sudah biasa para penduduk yang kesurupan atau diganggu hal di luar nalar yang mistis, mereka akan minta air kepada Pak Ustaz atau Kyai setempat. Mereka yakin kalau ada yang sakit atau kerasukan roh jah
Bab 136 Afraid"Kamu kenapa, Istri?" tanya Indra cemas."A-aku, aku lihat–"Belum sempat Alina menjawab pertanyaan Indra seutuhnya, bus yang mereka kendarai menabrak sesuatu diikuti jeritan semua penumpang yang ada di dalamnya. Indra dengan sigap memegangi Alina. Ia melihat sekeliling dan mendapati para penumpang lainnya terhenyak di tempat duduknya. Lalu, seorang wanita berteriak ke arah jendela. "Ada yang ditabrak! Ada yang ditabrak!" serunya panik.Dua laki-laki di depan Indra dan Alina tadi segera melangkah turun dari dalam bus guna melihat siapa yang baru saja tertabrak. Beberapa penumpang lainnya mengikuti. Sementara itu, Indra tetap menemani Alina dan berusaha menenangkannya. Di depan bus tersebut langsung dipenuhi kerumunan orang yang penasaran dengan kejadian barusan. Setelah memberanikan diri, Alina mengajak Indra untuk turun. Saat itu lah mereka melihat seorang wanita tersungkur dengan darah tergenang dari tubuhnya. Tulang tangan serta kakinya patah. Perempuan ini pastil
Bab 135 AfraidLastri dirawat di rumah sakit tempat Indra bekerja. Kejadian yang berlangsung di rumah kepala desa, Kakek Anjas, menggemparkan Kampung Hijau. Semua penghuni rumahnya meninggal dunia. Hanya Lastri yang tersisa. Namun sayangnya, wanita itu mengalami gangguan jiwa."Sa, aku kok deg deg an, ya?" tanya Alina pada Rossa saat menemaninya untuk cek ke dokter kandungan."Namanya juga mau liat dedek bayi. Terus Kak Indra mana? Katanya dia mau nyusul, kan?" tanya Rossa. "Harusnya udah dateng."Tak lama kemudian, Indra yang masih mengenakan jas putih seorang dokter, berlari kecil menghampiri Alina. "Nah, berhubung Kak Indra udah datang, aku mau kasih makan siang ke Aldo, ya. Sekali lagi aku ucapkan selamat buat kalian. Yeaaayy bentar lagi ada yang panggil aku aunty cantik hihihi," ucal Rossa lalu pamit menemui Aldo.Alina dan Indra pun masuk ke ruang dokter ginekolog, rekan kerja dari Indra juga di Rumah Sakit Pelita. Indra dan Alina melihat sang jabang bayi yang berusia hampir
Bab 134 AfraidPasca membantu proses melahirkan makhluk halus, kini rumah Alina sering didatangi makhluk halus lainnya untuk meminta tolong. Sampai suatu hari, Indra berpapasan dengan seorang pria paruh baya. Seorang pria tua dengan rambut yang disanggul. Dia tampak begitu gagah meski usianya mulai renta. la berdiri di salah satu rumah yang Indra dan Alina lewati saat sedang lari pagi. Pria itu bersama seorang lelaki tua lainnya yang ada di belakangnya. Dia tersenyum ke arah Alina dan Indra.Selama beberapa saat, Alina dan suaminya melihat si kakek. Ada sesuatu yang membuat Alina tiba-tiba memperhatikannya dengan sorot mata yang tidak biasa. Setelah mata mereka akhirnya bertemu satu sama lain, akhirnya Indra menundukkan kepala sekilas memberi hormat kepada dua orang pria renta itu."Nak Indra, kan? Sini mampir! Ada yang mau saya bicarakan!" seru salah satu kakek.Indra menoleh ke Alina yang mengangguk mengiyakan. Mereka menghampiri si kakek. Namanya Kakek Anjas dan Kakek Mara. Mereka
Bab 133 AfraidSatu bulan berlalu.Pukul satu dini hari, Alina tengah terlelap dalam tidurnya ketika sayup-sayup pintu rumahnya diketuk seseorang. Alina membangunkan Indra setelah membuka mata. Suara ketukan itu makin jelas terdengar. Saat Alina dan Indra keluar kamar, Rossa juga keluar dari kamarnya."Lin, kamu dengar juga ya kalau ada yang ketok-ketok?" tanya Rossa.Alina mengangguk. "Bangunin Aldo aja apa ya. kita suruh bukain," ucap Rossa."Kita aja yang liat." Indra melangkah menuju ke pintu utama."Suami, kalau rampok, gimana?" Alina menahan lengan Indra."Istri, mana ada rampok ketok rumah? Terus mereka ngucap salam, permisi bapak, ibu, mbak, mas, saya mau ngerampok, boleh?" Indra terkekeh."Nggak lucu, Suami! Aku tuh lagi takut gini tau," sahut Alina ketus.Alina dan Rossa lantas mengikuti Indra. Hanya Aldo yang tak tampak batang hidungnya karena sangat terlelap. Indra lantas mengintip dari balik tirai. Dia mendapati seorang pria dan wanita dengan perut buncit menahan sakit m
Bab 132 Afraid"Tuh kan nggak ada siapa-siapa, Kak. Balik ke dalam aja, yuk!" ajak Aldo."Kalau gitu anterin aku ambil buku di mobil!" titah Indra yang sebenarnya agak takut juga setelah tak menemukan apa pun di atap dapur dan halaman belakang rumah.Suara misterius itu pun menghilang dan tam terdengar lagi. Pasalnya Alina dan Rossa yang ketakutan memutuskan untuk membaca Al-Qur’an Surah yasin dan memohon perlindungan pada Allah. Suara misterius itu pun hilang. Mereka pun bisa tertidur lelap dan tenang malam itu. Malah Indra akhirnya memutuskan untuk tidur satu kamar dengan Aldo dikarenakan takut diganggu lagi oleh makhluk halus seperti tadi.***Keesokan harinya, Indra dan Aldo berangkat ke rumah sakit untuk menemui Tuan Dadang dan memulai bekerja di sana. Indra akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan untuk Aldo sebagai tenaga medis yang menangani kamar mayat. Meskipun takut, tetapi demi mendapatkan uang untuk menikahi Rossa, Aldo siap dipekerjakan di kamar mayat. Toh, Indra juga aka