Share

Bab 3

Penulis: Vie Junaeni
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-10 20:14:41

"Hai, Kakak!"

Anak laki-laki yang Alina lihat tadi sudah duduk di kursi yang berada di samping ranjang. Ia menyapa gadis itu dan melambaikan tangan. Anak itu melemparkan senyuman dengan wajah pucatnya.

"Ka-Kamu, kamu hantu, kan?"

Sontak saja gadis itu langsung mengalami hilang kesadaran saking takutnya.

Seorang pria dengan postur tubuh tinggi, menggunakan kaca mata dan memakai seragam dokter datang ke ruang perawatan Alina sore itu. Ia datang bersama Dokter Ridwan.

"Selamat sore! Halo perkenalkan nama saya Indrawan," ucapnya pada Alina dengan senyum hangat.

Pria itu mengulurkan tangannya pada Alina. Gadis itu mengamati pria di hadapannya itu dengan saksama. Dia melihat nama pada kartu pengenal yang menggantung di saku kemeja seragam dokternya.

"Psikolog, dokter kejiwaan? Oh... berarti kau dikirim menemui aku karena mereka menganggapku gila, ya?" tanya Alina.

Suara Dokter Ridwan yang tertawa terdengar meski langsung ia tahan. Ia lantas menepuk punggung Indra.

"Apa semua pasien yang bertemu dengan dokter jiwa seperti saya itu sudah pasti dianggap gila?" tanya Indra menunjuk dirinya sendiri.

"Bukankah cara kerja dokter seperti itu, menangani para pasien gila," sahut Alina dengan nada ketus.

"Bukan begitu, saya hanya kemari karena ingin berbincang-bincang saja, kok, sekalian kenalan," tuturnya seraya melayangkan senyuman manis.

"Saya capek tau, dari pagi dua orang polisi itu sudah memberondong saya dengan banyak pertanyaan, memangnya Dokter mau tanya apa lagi dari saya?" tantang Alina.

Kedua mata gadis itu menatap tajam ke arah pria yang memperhatikan sekeliling ruangan tersebut.

"Saya hanya ingin berbincang, boleh saya duduk?" tanyanya.

Namun, tanpa menunggu persetujuan Alina, dia sudah merebahkan bokongnya di kursi samping ranjang gadis itu.

"Baiklah kalau begitu saya tinggal kalian berdua, ya, saya masih harus ke ruangan pasien lain," ucap Dokter Ridwan lalu melangkah pergi dari ruangan tersebut.

"Apa Dokter percaya hantu?" tanya Alina tiba-tiba mengejutkan Indra.

"Saya percaya, sih, memangnya kamu benar ya bertemu hantu, seperti pengakuan suster Irma tadi?"

"Benar, aku enggak bohong, mereka ada di sekitar kita," bisik Alina sembari kedua bola mata gadis itu berkeliling mengamati sekitar.

"Apa hantu yang kamu lihat itu menyeramkan?" tanya Indra.

Alina menganggukkan kepalanya.

"Saya ketemu dua, satu seperti kuntilanak, yang satu anak kecil berwajah pucat, hiiiiiy...!"

Alina menutup wajahnya dengan selimut karena takut bertemu dengan para hantu itu lagi.

Tiba-tiba suara ponsel di saku seragam milik Indra berbunyi dan membuat Alina tampak gusar.

"Matikan, matikan ponsel itu!" bentak Alina.

Indra yang tadinya hendak mengangkat sambungan ponsel itu jadi mengamati Alina dan membiarkan ponselnya berdering. Bahkan pria itu bangkit dan mendekatkan ponsel itu ke dekat si gadis.

"Ada apa dengan hape saya?" tanya Indra.

Ponsel itu kembali berdering tepat di telinga Alina. Gadis itu melotot menatap ke arah dokter tersebut lalu meraih ponsel dari tangan Indra dan melempar benda itu ke lantai.

"Lho, hape saya kenapa dilempar?"

Indra menghampiri ponsel miliknya di lantai dan meraihnya.

"Sudah saya bilang, matikan!" bentak Alina.

Wajahnya terlihat pucat ketakutan. Gadis itu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut meskipun sesekali ia mengintip.

"Hape saya jadi mati karena kamu banting, memangnya ada apa dengan hape saya?" tanya Indra.

"Dia, dia akan datang, dia akan membunuh kita semua," ucap Alina dengan nada ketakutan sampai ia tutupi semua tubuhnya dengan selimut sampai ke kepala. Ia menyembunyikan dirinya di balik selimut itu.

Indra masih menatap tak percaya ke arah gadis itu seraya menyalakan ponsel di tangannya kembali.

"Ada apa dengan gadis ini, ckckckc," gumamnya.

***

Alina tersadar saat berada di ranjang rumah sakit malam itu. Seorang pasien sudah berada di samping ranjangnya.

"Hai...!" sapa gadis berusia 17 tahun itu.

"Kamu, sejak kapan ada di sini?" tanya Nadia.

"Baru aja, Kok. Halo nama aku Laila, kamu namanya siapa?"

"Aku Alina."

Tiba-tiba seorang wanita masuk ke dalam ruangan itu.

"Laila anak Mamah, kamu enggak apa-apa kan, Nak?" Seorang wanita paruh baya datang langsung memeluk gadis itu.

"Aduh, jangan kenceng-kenceng, sakit ini kepala aku," jawab Laila.

"Untung saja kamu selamat, kamu kok bisa sih seperti ini?"

"Mana Laila tau, Mah."

"Karena kamu mabuk, iya kan?" Seorang pria masuk seraya berkacak pinggang.

"Apa benar itu, Nak, kamu mabuk-mabukan?"

Nyonya itu menatap Laila dengan menahan air matanya, ia mencari kejelasan dari mulut putri semata wayangnya itu yang belum juga didapatkan.

"Aku cuma minum dikit kok, Mah," sahut Laila akhirnya.

"Dikit apanya? Tuh, buktinya dua kawan kamu lainnya mati, hah?" Sang ayah membentak Laila kala itu.

"Pah, ini rumah sakit tolong tenang sedikit, lagi pula bukan Laila yang menyetir, pasti kawannya lah yang mabuk," ucap sang ibu masih membela putrinya.

"Halah... terus saja kamu membela bocah tengik itu, dasar anak sial, selalu saja membuat orang tua malu!" Sang Ayah langsung keluar ruangan meninggalkan putrinya dan sang istri.

"Sudah jangan kamu dengarkan Papah kamu itu, kamu istirahat saja ya, Nak, sebentar lagi suster akan membawa kamu pindah," ucap sang ibu lalu mencium kepala putrinya.

"Kenapa harus pindah?" tanya Laila.

"Mamah mau bawa kamu ke rumah sakit yang lebih bagus. Dah kamu tenang aja enggak usah pikirin ayah kamu." Wanita itu lalu pamit pergi menyusul suaminya.

Alina yang melihat perlakuan ayah gadis itu ikut merasa sedih.

"Kamu enggak apa-apa, kan?" tanya Alina.

"Kamu lihat semuanya, ya? Papah aku tuh ya gak mandang ada orang lain juga kalau dia mau marahin aku, ya marah aja dia mah, aku udah biasa kok di gituin sama dia, dia tuh gak pernah nunjukkin kalau dia sayang sama aku hanya karena aku anak perempuan." 

Alina tahu ada kesedihan terpancar dari matanya yang berkaca-kaca, tetapi gadis itu berusaha untuk menyembunyikan sekuat wajahnya yang mencoba tersenyum.

Kedua gadis itu berbincang dan mencoba lebih akrab lagi.

******

To be continue...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • AFRAID   Bab 140

    Bab 140 AfraidTeriakan Nyi Asih nyaring terdengar, rupanya Rossa menusuk bola mata Nyi Asih dengan tusuk konde di tangannya."Rossa!" seketika Alina merasa dapat menggerakkan tubuhnya."Lari, Lin! Cepat lari!" pekik Rossa.Dengan mata berkaca-kaca, Alina masih enggan beranjak. Dia ingin lari bersama Rossa."Kita lari bareng!" ajak Alina."Aaaarrgghh, kalian kurang ajar! Aku akan habisi kalian berdua!" Nyi Asih mencabut tusuk konde di bola matanya. Wanita iblis itu lalu bergerak menghampiri Alina dan Rossa. Ia bersiap menghunuskan tusuk konde tersebut ke Alina. Tetapi Rossa menepisnya. Ia mengorbankan tangan kanannya dan tertusuk tusuk konde tersebut."Rossa!" teriak Alina seraya memegangi tangan Rossa.Darah mengucur dengan deras dari lukanya."Lari, Lin! Kamu harus lari! Selamatkan dirimu!" pinta Rossa."Nggak, aku nggak akan pergi tanpa kamu," lirih Alina.Nyi Asih semakin tertawa puas. Ia beranjak menghampiri dan kini hendak mencekik Alina. Tiba-tiba, sosok pria hadir dan mengha

  • AFRAID   Bab 139

    Bab 139 Afraid"Makhluk jadi-jadian, Do," bisik Indra."Aku juga tahu kalau itu mah. Jelasnya itu makhluk apa? Mana badannya gak lengkap gitu," bisik Aldo ketakutan.Indra dan Aldo yang sama-sama ketakutan akhirnya memutuskan untuk berteriak. Beberapa warga yang mendengar langsung menoleh dan menghampiri. Mereka lantas mengejar Ningsih.Anto terlihat kebingungan. Dia masih tak menyangka kalau yang dia pikirkan selama ini benar. Ningsih adalah makhluk yang meneror warga kampung selama ini. Hatinya sangat kalut. Namun, dia begitu mencintai Ningsih.Tubuh Anto gemetar hebat. Lemas dan tiada berdaya. Namun, lagi-lagi Anto menyerah. Dia tak bisa memburu sang istri. Dia tak akan meninggalkan sang istri, dia tak bisa.Malam itu, Anto menjerit dalam hati. Dia memaksa diri untuk mengejar sang istri. Dia mau melindunginya. Meskipun dia masih tetap ngeri dan ketakutan. Akan tetapi, Anto tetep nekat berlari."Ningsih, ingin rasanya aku pergi malam ini. Aku ingin pergi jauh dari tempat ini. Sung

  • AFRAID   Bab 138

    Bab 138 Afraid"Kita harus segera pergi dari sini, Lin. Tidakkah desa ini mengerikan jika ada kutukan seperti itu?" bisik Rossa pada Alina."Iya, kamu bener, Sa. Aku ingin segera pergi dari sini," sahut Alina."Tolong! Tolong! Tolong! Aaaaaaaaaa!" teriakan seorang wanita terdengar di kebun belakang dekat dengan arah Laras tadi berlari.Beberapa warga langsung datang mendekat. Mereka menemukan hal mengerikan lainnya. Rupanya, Laras yang tengah kerasukan baru saja menarik seorang wanita hamil dan membuatnya melahirkan. Laras merebut paksa bayinya lalu kabur."Apa yang terjadi dengan Laras?" pekik ibunya Laras."Dia pergi, Bu," jawab salah satu warga yang tengah membopong wanita korban yang baru saja kehilangan bayinya."Memangnya apa yang Laras lakukan?!" tanyanya lagi."Bu, dia bukan Laras yang kamu kenal. Dia sudah berubah seperti iblis," ujar kepala desa."Laras ditemukan, Pak Kades! Dekat sungai di sana. Katanya dia lagi makan ari-ari bayi dan menghisap darahnya," ucap salah satu w

  • AFRAID   Bab 137

    Bab 137 AfraidTiba-tiba, saat pencarian tengah berlangsung tadi, terdengar bunyi gemerisik dari daun kering yang terinjak sesuatu. Cepat-cepat salah satu penduduk mengarahkan obor."Suara apa itu?" tanya Tarno."Babi, No!" sahut Andi."Biasa aja ngomong babinya jangan sengaja banget muncrat ke muka aku," sungut Tarno. Sontak saja Indra dan Aldo menahan tawa mereka. Rupanya memang ada seekor babi hutan yang merasa terganggu muncul di sekitar mereka. Dua babi hutan yang induk dan anak itu, melarikan diri karena merasa terancam akan kedatangan manusia."Ahh... hanya babi, biarkan ia pergi. Ayo, kita harus secepatnya membawa Laras ke rumahnya. Soalnya nanti biar Pak Ustaz yang kasih air untuk menenangkan," kata salah satu penduduk. Indra akhirnya mengerti setelah dijelaskan karena memang sudah biasa para penduduk yang kesurupan atau diganggu hal di luar nalar yang mistis, mereka akan minta air kepada Pak Ustaz atau Kyai setempat. Mereka yakin kalau ada yang sakit atau kerasukan roh jah

  • AFRAID   Bab 136

    Bab 136 Afraid"Kamu kenapa, Istri?" tanya Indra cemas."A-aku, aku lihat–"Belum sempat Alina menjawab pertanyaan Indra seutuhnya, bus yang mereka kendarai menabrak sesuatu diikuti jeritan semua penumpang yang ada di dalamnya. Indra dengan sigap memegangi Alina. Ia melihat sekeliling dan mendapati para penumpang lainnya terhenyak di tempat duduknya. Lalu, seorang wanita berteriak ke arah jendela. "Ada yang ditabrak! Ada yang ditabrak!" serunya panik.Dua laki-laki di depan Indra dan Alina tadi segera melangkah turun dari dalam bus guna melihat siapa yang baru saja tertabrak. Beberapa penumpang lainnya mengikuti. Sementara itu, Indra tetap menemani Alina dan berusaha menenangkannya. Di depan bus tersebut langsung dipenuhi kerumunan orang yang penasaran dengan kejadian barusan. Setelah memberanikan diri, Alina mengajak Indra untuk turun. Saat itu lah mereka melihat seorang wanita tersungkur dengan darah tergenang dari tubuhnya. Tulang tangan serta kakinya patah. Perempuan ini pastil

  • AFRAID   Bab 135

    Bab 135 AfraidLastri dirawat di rumah sakit tempat Indra bekerja. Kejadian yang berlangsung di rumah kepala desa, Kakek Anjas, menggemparkan Kampung Hijau. Semua penghuni rumahnya meninggal dunia. Hanya Lastri yang tersisa. Namun sayangnya, wanita itu mengalami gangguan jiwa."Sa, aku kok deg deg an, ya?" tanya Alina pada Rossa saat menemaninya untuk cek ke dokter kandungan."Namanya juga mau liat dedek bayi. Terus Kak Indra mana? Katanya dia mau nyusul, kan?" tanya Rossa. "Harusnya udah dateng."Tak lama kemudian, Indra yang masih mengenakan jas putih seorang dokter, berlari kecil menghampiri Alina. "Nah, berhubung Kak Indra udah datang, aku mau kasih makan siang ke Aldo, ya. Sekali lagi aku ucapkan selamat buat kalian. Yeaaayy bentar lagi ada yang panggil aku aunty cantik hihihi," ucal Rossa lalu pamit menemui Aldo.Alina dan Indra pun masuk ke ruang dokter ginekolog, rekan kerja dari Indra juga di Rumah Sakit Pelita. Indra dan Alina melihat sang jabang bayi yang berusia hampir

  • AFRAID   Bab 134

    Bab 134 AfraidPasca membantu proses melahirkan makhluk halus, kini rumah Alina sering didatangi makhluk halus lainnya untuk meminta tolong. Sampai suatu hari, Indra berpapasan dengan seorang pria paruh baya. Seorang pria tua dengan rambut yang disanggul. Dia tampak begitu gagah meski usianya mulai renta. la berdiri di salah satu rumah yang Indra dan Alina lewati saat sedang lari pagi. Pria itu bersama seorang lelaki tua lainnya yang ada di belakangnya. Dia tersenyum ke arah Alina dan Indra.Selama beberapa saat, Alina dan suaminya melihat si kakek. Ada sesuatu yang membuat Alina tiba-tiba memperhatikannya dengan sorot mata yang tidak biasa. Setelah mata mereka akhirnya bertemu satu sama lain, akhirnya Indra menundukkan kepala sekilas memberi hormat kepada dua orang pria renta itu."Nak Indra, kan? Sini mampir! Ada yang mau saya bicarakan!" seru salah satu kakek.Indra menoleh ke Alina yang mengangguk mengiyakan. Mereka menghampiri si kakek. Namanya Kakek Anjas dan Kakek Mara. Mereka

  • AFRAID   Bab 133

    Bab 133 AfraidSatu bulan berlalu.Pukul satu dini hari, Alina tengah terlelap dalam tidurnya ketika sayup-sayup pintu rumahnya diketuk seseorang. Alina membangunkan Indra setelah membuka mata. Suara ketukan itu makin jelas terdengar. Saat Alina dan Indra keluar kamar, Rossa juga keluar dari kamarnya."Lin, kamu dengar juga ya kalau ada yang ketok-ketok?" tanya Rossa.Alina mengangguk. "Bangunin Aldo aja apa ya. kita suruh bukain," ucap Rossa."Kita aja yang liat." Indra melangkah menuju ke pintu utama."Suami, kalau rampok, gimana?" Alina menahan lengan Indra."Istri, mana ada rampok ketok rumah? Terus mereka ngucap salam, permisi bapak, ibu, mbak, mas, saya mau ngerampok, boleh?" Indra terkekeh."Nggak lucu, Suami! Aku tuh lagi takut gini tau," sahut Alina ketus.Alina dan Rossa lantas mengikuti Indra. Hanya Aldo yang tak tampak batang hidungnya karena sangat terlelap. Indra lantas mengintip dari balik tirai. Dia mendapati seorang pria dan wanita dengan perut buncit menahan sakit m

  • AFRAID   Bab 132

    Bab 132 Afraid"Tuh kan nggak ada siapa-siapa, Kak. Balik ke dalam aja, yuk!" ajak Aldo."Kalau gitu anterin aku ambil buku di mobil!" titah Indra yang sebenarnya agak takut juga setelah tak menemukan apa pun di atap dapur dan halaman belakang rumah.Suara misterius itu pun menghilang dan tam terdengar lagi. Pasalnya Alina dan Rossa yang ketakutan memutuskan untuk membaca Al-Qur’an Surah yasin dan memohon perlindungan pada Allah. Suara misterius itu pun hilang. Mereka pun bisa tertidur lelap dan tenang malam itu. Malah Indra akhirnya memutuskan untuk tidur satu kamar dengan Aldo dikarenakan takut diganggu lagi oleh makhluk halus seperti tadi.***Keesokan harinya, Indra dan Aldo berangkat ke rumah sakit untuk menemui Tuan Dadang dan memulai bekerja di sana. Indra akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan untuk Aldo sebagai tenaga medis yang menangani kamar mayat. Meskipun takut, tetapi demi mendapatkan uang untuk menikahi Rossa, Aldo siap dipekerjakan di kamar mayat. Toh, Indra juga aka

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status